VOTE ITU JANGAN LUPA KELEN !!!
****
"Lo emang sinting." Kata Yuli sebal lalu memutar matanya malas, "Mas Widhi itu udah sangt-sangat berpotensial sebagai suami idaman tapi memang mata lo aja yang juling." Sambung Yuli berucap tak habis pikir.
Here we go again, setelah waktu itu Yuli sempat merancangkan sebuah kencan buta untuk sahabat nya yaitu Citra Wyonna dan berujung gagal, kali ini episode lain nya adalah Mas Widhi meminta kesempatan sekali lagi untuk mengenal lebih dekat lagi dan jelas saja Citra menolak nya.
Irham Setiawan adalah prioritas nya saat ini. Fokus untuk jatuh dan terbang bersama Irham dikemudian hari.
"Gue nggak tertarik dengan Mas Widhi, full stop OK." Ujar Citra tegas, "Gue nggak mau kasih harapan apa-apa."
Tuti menepukkan tangan nya semangat, "Nah itu gue setuju, Cong."
"Lu kata main-main apa, itu Mas-Mas uduh uzur* ya. No time to play-play lagi ye." Sambung Resti mencairkan suasana, mereka terkekeh mendengar kata Resti yang sembangan itu.
"OK fine, entar gue bilangin sama lakik gue kalo si Cicit nggak mau." Yuli menutup obrolan tentang Mas Widhi dengan kata mengalah, Ia harus paham kondisi bahwa nggak baik memaksakan kehendak.
"BTW, gue suka nongkrong disini. Lain kali gue mau ajak suami gue kesini." Kata Resti sambil memindai mata nya sepenjuru kafe.
Baby's Syad Café menjadi pilihan tempat nongkrong mereka kali ini, Citra dengan semangat nya menyarankan café ini untuk tempat mereka bertemu kali ini.
Tau kenapa ? Selain dari tempat nya bagus, minuman nya enak serta banyak cemilan, Citra punya satu kesempatan untuk bertemu kakak nya pemilik kafe ini, siapa lagi kalau bukan Irham Setiawan.
Hubungan mereka belum bisa didefinisikan sana-sini. Walau banyak hal sudah diperbincangkan oleh pihak-pihak tertentu, tapi baik dari mereka sendiri tidak banyak melakukan kontak. Bahkan setelah weekend kemarin menjenguk Irham di rumah nya, mereka tidak sama sekali terlibat chat basa-basi ala-ala gitu.
Kecewa ? Jelas tau. Citra gengsi dong mau chat dulu tapi nunggu Mas Badboy mengirimi nya pesan duluan pun agak-agak nya mesti menunggu 7 kali purnama deh.
"Barista nya ganteng banget !" Tunjuk Tuti pada lelaki tinggi, berkulit kuning langsang dengan wajah datar sedang fokus melakukan pekerjaan nya. Siapa lagi kalau bukan Irsyad.

Citra tersenyum tipis mendengar perkataan Tuti, melihat Irsyad di depan sana membuat Citra mengingat Kakak gondrong nya. Rindu ingin bertemu tapi mengingat masih bukan siapa-siapa, membuat langkah nya tertahan.
"Tapi yang ini lebih ganteng, fight me !" Tukas Yuli memberi kode kea rah pintu masuk kafe, lonceng berbunyi seakan memberi petanda bahwa lelaki tampan cipta Tuhan itu ingin memberikan euphoria berbeda hanya dengan melihat siluet nya. Beberapa wanita berlomba-lomba me-laser Irham dengan padangan kagum dan genit.
Yuli tentu saja benar, lelaki itu lebih ganteng 100x lipat, apalagi di mata Citra. Itu Mas Badboy nya yang datang. Kemeja putih dipadu dengan celana jeans berwarna coklat muda dan sandal hitam bertali di kaki nya, simple sekali tetapi mempesona. Rambut Irham di sore hari yang berbahagia ini di cepol rapi dan ada bendo hitam tipis melingkar di kepalanya. Lucu sih.
Resti dan Tuti sukses memekik kecil dan menutup mulutnya dengan girang, "Sial seksi bangeeeetttttt..." celoteh Tuti heboh.
"Astaghfirullah mata gue." Resti berusaha mengalihkan mata nya dari sosok Irham yang kini berjalan ke konter tempat ada sang barista ganteng dan kru nya. "Ingat suami, ingat suami !" lafal Resti sambil menepuk-nepuk pelan mata dan kepala nya.
Irham memang melampui batas, kata tampan dan ganteng tidak lagi cocok untuk mendeskripsikan bagaimana mempesona nya lelaki itu.
"Selama 25th gue hidup di bumi, kenapa harus hari ini gue bertemu dengan lelaki se-Masya Allah itu ? Kenapa coba ? Kenapa nggak waktu gue masih lajang ?" tanya Resti frustasi mengundang tawa ketiga sahabat nya.
Citra memperhatikan lelaki itu berinteraksi dengan kru kafe di sana, dia terlihat santai dan amat menikmati pembicaraan mereka. Sesekali Ia juga tampak mengajak Irsyad untuk terlibat dalam obrolan namun seperti biasa, lelaki yang kelewatan datar itu hanya menggoyangkan kepala abstrak atau hanya sesekali membuka mulut menjawab pendek.
Sayang nya, mereka sudah cukup lama berada di café itu. rasa nya tidak lagi relevan untuk terus berada di situ sementara masing-masing dari mereka punya tanggung jawab lain di rumah, ada anak di rumah misalnya seperti Resti. Rasa sedikit sedih menyusup ke hati Citra saat mereka sudah berberes meja dan bersiap meninggalkan Baby's Syad café.
Baru saja ingin menyetok Irham banyak-banyak dalam hati dan pikiran nya, tapi harus segara berpisah bahkan hannya untuk melihat lelaki itu dari jauh.
Ugh. . .
Kenapa dirinya tidak menyapa saja ? Hah gitukan seharusnya ! Then what ? setelah menyapa lelaki itu, Citra mau apa ? Mau manja-manjaan, bilang rindu. Big no ya. Walau dirinya sangat-sangat ingin melakukan nya. Gengsi nomor 1.
Citra dan kawan-kawan nya akhirnya keluar juga dari kafe milik Irsyad itu. sepanjang perjalanan menuju parkiran, ketiga sahabatnya dengan antusiaskan menggosipkan dua lelaki tampan yang tadi ada di dalam kafe, siapa lagi kalau bukan Setiawan bersaudara itu.
"Eh eh, itu mas nya ikutan keluar juga deh dan kayak nya searah dengan mobil kita." Kata Yuli setelah melihat di belakang bahwa ternyata Irham juga berada di belakang mereka. Yuli, Resti dan Tuti serempak cekikikan nggak jelas. Beda sekali reaksinya dengan Citra, Ia senang ketemu Mas Badboy nya tapi sekaligus sedih tak bisa berbuat apa-apa.
Tanpa Citra sadari Irham sudah ada di belakang tubuhnya dan dengan sigap mencekal pergelangan nya dengan lembut, "Eh Citra gue culik boleh nggak ?!" Tanya Irham tanpa basa-basi mengundang reaksi berlebihan dari tiga sahabat perempuan dokter muda itu.
Citra sukses membolakan matanya saat tahu Irham sudah mencekal tangan nya dan kini berubah menjadi genggaman tangan serta usapan lembut dengan jempolnya.
"Eh apa-apaan nih ?" kata Resti berusaha galak tapi malah gagal menempatkan ekpresinya.
"Cit, pulang sama Kakak ya!" Pinta Irham kemudian pada Citra, memalingkan wajahnya agar bisa melihat cantiknya sang dokter idaman. Citra tidak mengangguk malah menggeleng, walau sebenarnya ingin mengangguk dan berteriak 'YES' dengan suara yang nyaring.
"OOOHHHH..." teriak ketiga wanita itu dengan semangat, "Pantes dari tadi diam-diam bae, rupanya gebetan si Citra. Makanya nggak banyak komentar dia, takut ketahuan." Seloroh Resti dengan semangat.
Wajah Citra tanpa komando langsung memerah bahkan tangan nya mendingin dengan sendirinya, Citra berusaha mengelak namun salah tingkah yang Ia tunjukkan sudah menjelaskan semua pada ketiga sahabat nya itu.
Irham sudah cekikikan pelan melihat Citra yang salah tingkah.
"Culik aja deh, Culik. Ikhlas kami." Seru Tuti kemudian, "Asal jangan di grepe-grepe aja tuh dokter, masih polos soalnya." Tambah Tuti asal dan menatap jahil Citra.
"Amaan tuuh," kata Irham memberikan kedipan mata dan juga memberikan lingkarkan jempol dan jari telunjuk nya pada 3 wanita itu. "Gue cabut dulu, mau bawa nyonya jalan-jalan."
"Siiaaapppp!" sahut mereka serempak dengan nada meledek lalu melambaikan tangan nya dengan genit saat Irham sudah membawa Citra menuju mobil yang terparkir agak jauh dari mobil Resti parkir.
[***]
"Maluuuuuuuu !" rajuk Citra sambil menutup wajah dengan kedua tangannya, Irham yang sudah duduk di samping Citra terbahak keras melihat reaksi Citra yang menurutnya menggemaskan.
"Kenapa malu sih Cantik ?! karena disamperin sama orang ganteng kayak aku ?" tanya Irham narsis lalu tertawa lebih keras saat Citra menabok nya pakai tas yang dibawanya.
"Kenapa nggak sapa aku tadi, hm ?" tanya Irham lagi kini sambil mengelus lembut puncuk kepala Citra, "Nggak kangen ?!"
"Malu tau, kan tadi sama teman-teman." Kilah Citra, Irham sudah melajukan Toyota Land Cruiser meninggalkan kafe milik Irsyad.
"Kangen aku nggak ?" tanya Irham lagi. Citra langsung salah tingkah ditanya begitu oleh Irham, bisa banget emang pertanyaan nya. sebagai jawaban nya, dokter cantik itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Tipuuuu..." kata Irham dengan nada meledek Citra, "Masa nggak kangen, harus kangen dong!" kata Irham lalu mengenggam tangan Citra dengan satu tangan nya yang bebas.
"Kok maksa ?!"
"Ya suka-suka lah, aku kan ngangenin orang nya." kata Irham jumawa, "Masa kamu nggak kangen sama aku, nggak mungkin lah."
"Iiiiihhhh. . . Kakak narsis banget ternyata." Kata Citra tertawa geli. Sifat yang nggak pernah muncul dari sosok Irham yang selama ini Ia kenal.
"Biarin, narsis gini tapi banyak cewek suka."
"Suka doang, dinakahin enggak !" balas Citra telak.
"Kan mau nikahin kamu, Sayang." Jawab Irham sepontan mematahkan kata-kata Citra sebelum nya. selalunya, 'sayang' dari Irham itu bikin ketar-ketir.
"Aaaaaaa.... Kak Irhaammm.." pekik Citra manja dan tentu saja Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak tersipu malu. Emang sampah banget mulut Irham Setiawan ini, nggak Cuma ruman nya yang manis, mulutnya juga ikutan manis hingga bisa memberikan efek lumer dihati Citra......
Semburat merah yang memenuhi pipi Citra membuat Irham tertawa nyaring, Ia suka dan sudah meng-klaim bahwa reaksi malu manja ala Citra adalah bagian favorit nya saat ini.
"Temanin aku beli sepatu bentar mau nggak ? habis itu aku antar balik." Tanya Ikram pada Citra mengalihkan topik ke hal lain yang lebih berguna dari pada hanya menggoda Citra. Itu masih bisa dilakukan di waktu lain, fight me.
Dokter muda itu menggeleng pelan, "Nggak mau balik dulu." Katanya dengan suara kecil, dia sudah tidak bisa lagi mendewakan gengsi nya untuk pura-pura tidak mau dekat dengan lelaki itu.
Dibagian kangen tadi Ia sudah mati-matian berkilah dengan menjawab sebuah kebohongan, Ia kangen berat dengan lelaki itu tapi gengsi mengakuinya.
"Ok, siap Ratu." Sahut Irham semangat, "Hamba datang untuk quality time dengan Kanjeng Ratu." Tambah Irham berdrama ria lalu mengecup punggung tangan Citra.
Dalam hati, Irham sudah berdisko dan berdansa ria. Adik nya Atta ini malu-malu tapi mau. Bikin gemes aja. Ia yakin bukan hanya dirinya saja yang sangat tertarik dengan perempuan yang duduk disamping nya itu, tapi perempuan itu pun sebaliknya.
Huhuhu, mau nangis tau. Nggak disangka-sangka. Apa yang diharapkan Citra terwujudkan hari ini juga. Ajakan quality time oleh Irham membuat Citra senang bukan main. Itu hal yang Ia inginkan dari hari-hari kemarin bahkan.
"Ini mobil siapa btw, Kak ?"
"Mobil kakak lah," sahut Irham lalu menunjukkan gantungan yang ada didalam mobil, "Tuh ada tulisan nya, 'Mas Irham'." Kalung besi putih yang ada ukiran nama Irham disana. "Kayak pesan Ibu, kalau ajak jalan kamu harus pakai mobil, nggak boleh naik motor."
"Ih apaan, Citra mau kok naik motor." Argu Citra.
"Nanti kulit nya kebakar, gue lagi disate sama emak bar-bar itu."
"Haahhaha. . ." perkataan Irham membuat Citra tertawa geli. Irham emang sangat lengekt dengan ibu nya, Citra bisa melihat itu walau disetiap saat ada kesempatan mereka akan berbedat dengan hal-hal sepele yang nggak penting.
Hal itu menghangatkan hati Citra.
"Emak sendiri dikatain gitu."
"Elah posesip amat sih sama camer nya."
Bisa nggak sih Mas, sekali aja nggak godain adek. Adek kan maluuuu tapi mau juga , hehehe.
"Nanti pas pulang dari Bali, temanin aku cari motor baru, mau nggak ?" tanya Irham lalu menoleh melihat Citra yang kini tersenyum tipis. "Si sayang udah di begal." Tambah Irham.
"Mau." Mau banget tau. Sambung Citra dalam hati. Gila aja nolak diajak kencan oleh lelaki yang Ia sukai itu. Kalau bukan sekarang, kapan lagi coba.
Resepsi Atta di Bali akan dilaksanakan di penghujung Minggu ini, Irham sudah janji untuk datang mengingat kemarin saat akad dan resepsi yang pertama di Jakarta Ia berhalangan hadir.
We'll see, apa yang akan Irham lakukan di Bali untuk meluluhlantakkan hati Citra ?!
[***]

Sape nih ?