Dua orc knight dan dua puluh lima dark goblin menghalau Jack, Tarud dan Pak tua Izack untuk mengejar Urdon dan kereta kuda yang membawa rangakaian besi.
"Jangan takut Jack. Kau urus saja dark goblin itu, serahkan kedua orc knight pada kami." Kata Tarud sambil meregangkan otot di kedua bahunya.
Saat itu lima lingkaran sihir di tubuh Pak tua Izack menyala, beberapa angin puyuh kecil muncul di sekitar tubuhnya. Angin puyuh itu lantas maju dan mulai bergabung menjadi satu di depan kumpulan monster di depan mereka dan menerbangkan semua dark goblin lalu menghempaskan mereka sejauh lima puluh meter.
Jack melihat ke arah Pak tua Izack lalu mengangguk, setelah menghunus pedangnya ia pun berlari ke arah para goblin itu terjatuh. Karena pernah menghadapi monster ini sebelumnya, Jack merasa yakin dapat mengatasi dua puluh lima dark goblin sekaligus.
Ia pun tersenyum dan mengaktifkan lingkaran sihir yang ada di pedangnya untuk mempercepat ayunan tebasannya.
Swish! Swish! Swish!
Dalam beberapa detik tiga dark goblin terkapar di atas tanah sambil memegang tenggorokannya. Serangan tadi membuktikan kemampuan bermain pedang Jack meningkat drastis semenjak terakhir ia melawan dark goblin. Selain karena latihan dan fisiknya yang naik, mentalitasnya juga telah banyak berkembang. Ia tidak ragu lagi untuk mengayunkan pedangnya meskipun musuhnya seorang manusia.
Ia bergeser ke kiri untuk menghindari ayunan tongkat pemukul dari dark goblin yang menyerangnya sambil berlari lalu mengayunkan tameng di tangan kirinya untuk memukul wajah monster itu. Melihatnya kehilangan keseimbangan Jack menusukkan pedang ke dadanya lalu mundur dan menahan serangan dark goblin lain yang baru saja sampai.
Bam!
Serangannya lebih keras dari dark goblin yang ia lawan dulu, mungkin karena tongkat pemukul yang mereka pakai lebih baik dan di buat oleh seorang pandai besi.
Jack memutar tubuhnya dan menendang tepat di perut dark goblin yang menyerangnya, lalu mengayunkan pedangnya secara horizontal ke arah pita suara monster yang sedang kesakitan sambil memegang perutnya itu setelah maju satu langkah.
Ketika gerombolan berjumlah tiga sampai enam dark goblin mulai berdatangan. Jack mengangkat tamengnya setinggi bahu dan menempatkan ujung pedangnya di atas sejajar dengan matanya untuk bersiap menusuk musuhnya.
Dengan bantuan mana ia memperkuat otot-otot di kakinya dan mempersiapkan diri untuk menerjang sambil menghantamkan tamengnya ke arah dark goblin paling kanan sudah berada dalam jangkauannya. Saat tamengnya mengenai dada monster itu, sebuah pedang menusuk matanya secara bersamaan. Goblin itu perlahan ambruk setelah Jack mencabut pedangnya.
Melihat temannya mendekat, Jack menekuk kedua kakinya untuk merendahkan kuda-kuda sambil mengangkat tameng untuk melindungi kepalanya.
Saat memperhatikan langkah kaki goblin itu untuk memperkirakan kapan dia akan menyerang, Jack bangun sambil menangkis tongkat pemukul yang diayunkan monster itu ke kiri atas.
Melihat leher goblin itu tanpa pelindung apapun, ia mengayunkan pedangnya secara diagonal untuk memotongnya.
Pzzzzzt!
Darah memancar dari tenggorokannya.
Goblin di belakangnya menyerang tameng Jack beberapa kali, pada ayunan ke empat Jack melihat sebuah celah karena goblin itu mengambil ancang-ancang terlalu lebar. Ia pun maju dan menusukkan pedangnya di dada monster itu.
'Delapan tumbang. Tujuh belas lagi.' Batin Jack.
Melihat mana yang ada di pedangnya mulai menghilang, ia mengaktifkan lagi pedang sihirnya itu.
Sementara itu, Tarud sedang mengadu palu besarnya dengan tongkat pemukul yang dipakai orc knight itu dan membuatnya mundur beberapa langkah.
Di sisi lain, Pak tua Izack dengan mahir memainkan lingkaran sihir yang ada di sekujur tubuhnya untuk memancing orc knight menjauh dari temannya.
Untuk Menghadapi lima dark goblin sekaligus Jack harus menggunakan taktik tarik ulur. Dengan sabar ia menangkis dan mengayunkan pedangnya secara bergantian untuk melukai mereka sedikit demi sedikit sambil terus mundur.
Melihat gerombolan lain mulai berdatangan Jack memperkuat tubuhnya dengan mana dan menghabisi kelima goblin di depannya dengan cepat.
'Dua belas lagi.' Batin Jack.
Kedua belas goblin tiba secara bersamaan, lalu mulai menyerangnya. Tapi Jack tidak bertingkah bodoh dan menghadapi mereka sekaligus, ia justru berlari menjauhi mereka.
Karena ada beberapa goblin yang terluka saat terhempas sihir Pak tua Izack, kecepatan lari mereka berbeda antara satu dengan yang lain. Didorong oleh nafsu membunuh yang memuncak, mereka pun meninggalkan teman-teman yang terluka dan lari mengejar Jack.
Saat melihat ke belakang, sudut bibir Jack terangkat. Setelah merasa mereka berlari cukup jauh, ia berbalik dan mulai menghabisi monster-monster itu satu persatu.
Sambil terengah engah Jack melihat pedang sihirnya yang masih memiliki banyak energi mana lalu mengangkat kepalanya dan mengamati pertempuran antara Pak tua Izack dengan orc knight yang hampir usai.
Tiba-tiba Jack merasakan sebuah pisau keluar dari dadanya.
'Apa ini?' pikiran Jack berpacu dengan keras saat melihatnya. Ia tidak merasakan sakit atau sesuatu yang menusuk di punggungnya.
'Indra ke enam?' secara refleks Jack bergerak ke samping dan mengayunkan pedang sihirnya secara horizontal ke belakangnya. Sebuah energi mana berbentuk bulan sabit keluar dari ujung pedangnya dan melesat di udara.
Di tengah jalan energi mana itu berhenti karena mengenai sesuatu, darah mulai bercucuran ketika sosok pria berbaju hitam mulai terlihat sambil memegang lehernya. Pria itu adalah musuhnya yang sempat melarikan diri dalam pertarungan sebelumnya. Tak kuasa menahan laju darahnya, ia pun tewas di tempat itu.
Fuiiiiih …!
Dengan dahi yang mulai dipenuhi keringat dingin, Jack menghela nafas panjang. Sambil melihat tangan kirinya yang terasa kesemutan, ia mencoba menganalisa kejadian tadi di dalam hati. 'Tadi itu apa? Intuisiku tiba-tiba memperingatkan aku bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Ah … mungkin ini karena stats intuisiku sudah bertambah menjadi dua poin.' Ia merasa lega intuisinya bekerja pada saat darurat seperti tadi meski kakinya sedikit gemetaran saat mengingatnya.
Jack melihat ke arah Pak tua Izack saat bola api sebesar televisi 21 inch melesat dari tangannya ke wajah orc knight yang sedang terkapar di atas tanah.
BAMMMMM!
Ledakan besar membuat wajah monster itu terluka parah, kedua matanya hancur terbakar, darah mengucur keluar dari cekungan dimana dahi seharusnya berada.
Beberapa saat kemudian, erangan keras terdengar saat Tarud memukul patah lutut orc knight yang menjadi lawannya. Sesaat kemudian erangan itu tiba-tiba berhenti saat cahaya biru yang keluar dari palu Tarud menghantam kepala monster dan memisahkan wajah babi itu dari tubuh gemuknya.
Pak tua Izack dan Tarud berjalan ke arah Jack dan mengamati sisa-sisa pertarungannya. Saat melihat assassin dari Shadowcifer terbujur kaku di atas tanah Pak tua Izack mengangguk.
"Bagus, selalu aktifkan deteksi manamu dalam radius tertentu saat bertarung. Karena kita tidak tahu kapan musuh akan mengendap-endap di belakang kita." Puji Pak tua Izack.
Sudut bibir Jack berkedut saat mendengarnya, di dalam hati ia mengomentari ucapan gurunya itu. 'Kenapa baru bilang sekarang pak tua? Tidak tahu nyawaku hampir melayang tadi?'
"Kita tidak mungkin mengejar Udrorn sambil berlari. Kita juga tidak tahu ke mana tujuan mereka dan berapa banyak musuh yang akan menghadang kita jika kita mengikuti jejak mereka sekarang." Kata Tarud sambil menghela nafasnya.
"Sepertinya kau kenal baik dengannya?" Tanya Pak tua Izack.
"Aku, Tognuhr dan Udrorn pernah belajar pada guru yang sama di kota ini. Berbeda dengan kami, Udrorn suka membuat senjata aneh dan menjualnya kepada para penjahat untuk mencoba keampuhannya.
"Aku pernah meminta guru kami untuk menasihatinya, tapi ia keras kepala, ia beranggapan bahwa memaksanya untuk membuat sesuatu yang tidak ia inginkan akan menghambat perkembangannya.
"Di antara kami bertiga, bakat Udrorn memang paling menonjol. Karenanya guru kami bersikeras untuk mempertahankannya sebagai murid walau ia tahu tentang hobi anehnya itu.
"Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Aku khawatir dengan kemampuannya sekarang Shadowcifer akan mendapatkan apa yang mereka inginkan." Ungkap Tarud. Wajahnya yang penuh jenggot terlihat sedih.
"Kita akan kembali ke Alexandrium untuk meminta bantuan dari guild master Tigreal. Tapi sebelum itu kita akan mampir ke rumah Tognuhr terlebih dahulu untuk menanyakan sesuatu. Apa kau bisa membuatnya bicara?" Tanya Pak tua Izack kepada Tarud.
"Dia akan bicara dengan kita dengan lebih serius saat pekerjaannya selesai, malam hari adalah waktu yang tepat." Jawab Tarud.
Sambil membelai jenggot putihnya, Pak tua Izack pun berpikir. Setelah lima menit berlalu ia berkata. "Kalau begitu kita akan makan siang sambil mencari petunjuk terlebih dahulu sebelum menemuinya."
Setelah memeriksa gua persembunyian monster dan beristirahat untuk beberapa saat, mereka mengumpulkan batu mana dari tubuh monster itu lalu kembali ke kota Thurnalduhr.
…
Di pojok sebuah rumah makan mewah yang terletak di sebelah barat kota Thurnalduhr, Jack, Tarud dan Pak tua Izack menyantap hidangan khas Kerajaan Galilea, yaitu steak daging domba dan sup ulat dengan roti gandum keras sebagai karbohidratnya.
"Matahari akan terbenam sebentar lagi. Kita akan menunggu di tempat ini sampai matahari terbenam." Ujar Pak tua Izack.
"Pesanlah lagi kalau kau masih lapar Jack. Dengan banyak makan daging ototmu akan cepat berkembang." Tambahnya sambil terkekeh.
Jack yang sedang kekenyangan tidak menghiraukan candaan gurunya itu, ia lebih tertarik untuk memainkan alat sihir yang ia buat kemarin malam. Angin sejuk keluar dari lingkaran sihir yang terproyeksi dari batu zamrud itu.
'Daging di sini mantap, porsinya saja yang terlalu over untukku. Hmm …" Batin Jack saat berpikir sambil menikmati udara segar yang mengalir ke wajahnya. Tiba-tiba ia menyadari sesuatu.
'Ini bukan angin biasa! Oksigen?' Jack membuka tasnya dan mencari kertas lingkaran sihir yang ia buat sebagai latihan tadi malam. Setelah mengamati lingkaran terluar di bagian output, ia menemukan kata 'oksigen' yang tertulis dengan aksara Jawa.
Senyum di mulutnya melebar saat ide muncul di pikirannya. Tanpa pikir panjang ia mengambil sebuah pena dan menggambar sesuatu pada kertas yang berada di tangannya.
"Tarud, apa kau bisa membuatkan ini untukku?" Tanya Jack sambil menunjukkan gambar itu kepada Tarud.
Mudah, aku bisa menyelesaikannya dalam satu jam kalau bahan-bahannya tersedia.
'Cepat sekali! Benar-benar seorang master pandai besi.' Puji Jack di dalam hati.
"Kalau begitu buatkan satu untukku. Ukurannya jangan terlalu besar, agar aku bisa menggenggamnya dengan tanganku. Regulatornya juga harus bersih dan nyaman untuk dipakai. Aku juga ingin memasang ini di dasarnya." Papar Jack.
"Mudah, aku akan membuatkannya untukmu besok, saat sudah sampai di workshop." Jawab Tarud sambil mengetukkan tangannya yang mengepal di dada.
Pak tua Izack yang penasaran melihat ke arah Jack dan mengambil kertas berisi gambar yang sedang mereka diskusikan.
"Alat apa lagi ini Jack?" tanyanya setelah tidak mengetahui apa rencananya meski telah memeriksa gambar pada kertas tadi.
"Oh, ini alat untuk mengubah kita menjadi ikan untuk sementara." Jawab Jack.