Jack termangu melihat goresan tinta dia atas kertas berwarna putih kekuningan yang terpapar di depan matanya itu. Sang mentari yang mulai meninggi menggugah rasanya untuk keluar dari kamar dan mengajaknya bercengkerama.
Setelah mencermati lingkaran sihir dalam lembaran buku 'Sihir Sehari-hari' yang terbuka di sebelah kirinya itu, ia hanya mampu menyimpulkan satu hal. Inti dari lingkaran sihir yang tertulis pada buku tersebut semuanya serupa.
Setelah mencoba memutar otak selama beberapa tempo, Jack belum mampu memecahkan teka-teki kata tersebut. Meski ia tahu lingkaran sihir itu ditulis dengan aksara Jawa, pasangan dan tanda baca yang tersirat di dalamnya cukup rumit. Jack tidak mampu untuk menggali memori di benaknya yang pernah mempelajarinya sewaktu kelas enam dulu.
Ia pun memutuskan untuk bangkit dan berjalan ke kamar mandi untuk membasuh penat dan kotoran yang menempel pada tubuhnya.
…
Wangi sup daging yang bercampur dengan sayuran segar membuat Jack tak kuasa untuk memalingkan wajahnya saat berjalan di depan restoran yang berada tepat di depan apartemennya.
Dengan tekad yang kuat ia mengacuhkan rasa lapar di perutnya itu dan melanjutkan langkah kakinya menuju ke Perpustakaan Alexandrium.
Saat mendekati meja Departemen Pengembangan Obat, pelayan perempuan berbaju putih yang melihatnya menyapa, "Selamat pagi, hari ini kami mempunyai tujuh botol mana potion yang siap untuk anda gunakan."
Tanpa ragu Jack mengeluarkan dua koin emas dan menyerahkannya kepada pelayan itu. "Aku beli semuanya."
Pelayan itu pun tersenyum, setelah menaruhnya dalam sebuah wadah ia menyerahkannya pada Jack beserta 22 koin perak kembaliannya.
Jack pun tidak berlama-lama, setelah pamit ia memutuskan untuk pulang ke kontrakannya terlebih dahulu untuk menyimpan mana potion itu sebelum pergi ke workshop dan melihat penjualan kertas perdananya.
Saat berjalan melewati aula Guild, Jack merasa ada yang kurang. Orang-orang yang ada di tempat itu terlihat lebih sedikit dari biasanya. Di pojok aula ia melihat tiga orang Adventurer yang kemarin mencoba merampoknya sedang menundukkan kepala saat melihatnya memandang ke arah mereka.
Jack hanya menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum ia membuka pintu lalu berjalan menuju ke ruangan workshop Dragon Hammer.
Hari itu penjualan kertas pertama mereka melebihi apa yang mereka harapkan. Banyak Departemen dan organisasi yang tertarik dan memesan kertas buatan mereka, sampai-sampai jadwal cetak kertas mereka penuh untuk satu bulan ke depan. Padahal harga kertas mereka sama dengan kertas yang dijual di toko lain.
Jack meraup keuntungan 5 koin emas sore itu, bersama dengan Tarud ia memutuskan untuk pergi ke rumah barunya di Jalan Hawthorn no. 27.
Setelah sampai di sana Jack tertegun, ternyata rumah barunya itu persis di depan rumah Tarud. Tarud tertawa dan mengajaknya mampir di rumahnya dulu untuk makan malam.
"Istriku! Istriku…! Siapkan makanan untuk tamu kita Jack." Panggil Tarud ketika memasuki rumahnya.
Seorang wanita paruh baya berambut cokelat keluar dari dalam rumah. "Ah, Jack. Akhirnya kau mampir ke rumah kami juga. Silakan masuk." Sapa Lydia sambil mengamati anak muda di depannya itu dengan mata cokelatnya.
Mereka berempat pun melalui makan malam yang sederhana tetapi cukup berkesan. Masakan Lydia bisa dibilang masakan pedesaan, rasa yang masakan yang ia sajikan mirip dengan masakan Joana yang ia cicipi saat bertamu di Desa Toria.
Setelah bercakap-cakap sambil menikmati minuman rempah yang dibuat oleh Lydia, Jack dan Traud beranjak ke rumah yang ada di seberang jalan.
Rumah dua tingkat itu terlihat sangat gelap malam itu. Setelah kepemilikannya di pindah tangankan ke Jack kemarin, tidak ada yang menyalakan lilin dan lentera yang ada di dalamnya. Dengan kunci kuningan yang warnanya telah menghitam Jack membuka gerbang besi yang ada di depan rumah itu. Mereka pun berjalan melewati taman yang memisahkan gerbang dengan rumah di belakangnya.
Tanaman bunga yang menghiasi taman itu terlihat rapi dan terkesan elegan. Sepertinya, rumah ini tidak dibiarkan begitu saja walaupun tidak ditinggali oleh pemiliknya.
Bunyi pintu yang berderit menggema di ruang kosong itu saat kedua orang itu memasukinya. Jack berjalan mendahului Tarud dan menyelakan lentera yang ada di dinding untuk menerangi rumah barunya itu.
Rumah itu terlihat sederhana, tapi perabotannya yang sebagian besar terbuat dari kayu ditata sedemikian rupa, sehingga membuatnya terkesan elegan. Setelah melihat semua ruangan yang ada di sana Jack merasa puas dan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Rumah yang nyaman." Tutur Tarud ketika selesai mengamati rumah itu.
"Daerah ini terkenal dengan keamanannya, jadi kau tidak perlu khawatir saat sedang tertidur." Goda Tarud sambil terkekeh.
Setelah memastikan rumah itu aman, Tarud pamit dan kembali ke rumahnya.
Hal pertama yang Jack lakukan setelah melihatnya pergi adalah menaruh semua barangnya di kamar lalu turun ke ruang bawah tanah sambil membawa kotak besi dan beberapa botol mana potion. Malam itu ia memanen 1183 experiece dari dua belas mana potion yang ia punya.
"Tinggal 900 experience lagi …" gumam Jack setelah melihat statusnya. Ia pun kembali ke kamar dan mencoba untuk mengartikan aksara Jawa yang tertulis pada inti lingkaran sihir yang ia temukan pagi tadi.
Yang Jack ingat dari aksara Jawa hanya huruf utamanya saja. Baik tanda baca maupun pasangan huruf yang lain, ia tidak mengingatnya. Untuk itu, ia perlu mengerti terlebih dahulu tentang kegunaan dari aksara Jawa itu sebelum mulai menguraikannya.
…
Keesokan paginya saat Jack hendak membeli mana potion, ia menemukan pelayan perempuan yang kemarin melayaninya terlihat sedikit aneh. Bukan hanya wajahnya yang terlihat murung, tetapi matanya juga sedikit merah seperti baru saja meneteskan air mata.
Sambil memaksakan senyumannya perempuan itu berkata kepada Jack, "Selamat pagi kak. Maaf, karena banyaknya keluhan yang kami terima, hari ini toko kami mengeluarkan peraturan baru. Satu orang hanya boleh membeli satu botol mana potion per harinya."
Karena merasa kasihan Jack hanya menganggukkan kepalanya dan memberikan empat koin perak kepada pelayan itu. "Terima Kasih." Jawab Jack sambil tersenyum, ia mencoba untuk memberi semangat pada perempuan itu sebelum pamit.
Jack hanya kekurangan 6 botol mana potion untuk dapat mengupgrade pedang slimenya. Aturan baru tersebut tidak membuatnya kehilangan akal, dengan tenang ia meminta bantuan kepada orang-orang yang sedang berada di sekitar tempat itu untuk membelikan mana potion untuknya. Dengan imbalan tentunya.
Untuk membeli empat botol mana potion yang tersisa, Jack harus merogoh koceknya sebesar 20 koin perak dan 20 koin perunggu. Sekarang ia hanya membutuhkan dua botol lagi. Karena tidak punya pilihan lain, ia pergi ke tempat gurunya, Izack Newtown untuk membelinya. Pak tua itu memberikannya secara gratis tentunya.
Karena semua persiapan telah selesai, ia kembali ke rumahnya dan mulai memanen experience dari slime hasil ternaknya. Hanya dalam waktu setengah jam Jack mampu meraup 942 experience tanpa keluar dari Kota Alexandrium. Ia merasa sangat senang.
Sambil duduk bersila ia pun memeriksa statusnya. Setelah mengecek jumlahnya cukup ia mengeluarkan pedang slime dari tubuhnya dan mengalokasikan semua experience yang ia punya untuk mengupgradenya.
Pedang di tangannya itu tiba-tiba mengeluarkan cahaya redup berwarna biru, dari pedang tersebut keluar sebuah cairan yang terlihat seperti jelly berwarna biru yang menetes kemudian menyatu dan membentuk sebuah tameng. Warna biru yang ada pada pedangnya semakin gelap, terlihat seperti langit cerah di siang hari.
Tameng bundar itu memiliki warna biru yang sama, dan kelihatannya merupakan berpsangan dengan pedang slime yang ia punya. Jack pun memeriksa kedua equpment itu.
Slime Sword <Epic> <exp : 0/10.000> +
Description : Pedang yang terlahir dari esensi Raja Slime. Tumpul, tidak bisa digunakan untuk memotong lobak. <Speed -4>
Skills :
- Digest
- Metamorphosis
- Auto Regeneration
- Forcefull Mitosis
Digest: Melumat dan menyerap sebuah senjata. Pedang ini akan mengingat bentuk senjata yang diserapnya <Durasi : 4 hari>
Metamorphosis : Mengubah bentuk senjata menjadi senjata lain yang pernah diserap oleh pedang ini dengan menggunakan mana. <Waktu perubahan : 10 detik> <Mana yang dibutuhkan : 5> <Mengeluarkan 90% kekuatan senjata yang di serap>
Auto Regeneration : Dapat memperbaiki dirinya sendiri dengan menggunakan mana.
Forcefull Mitosis : Memaksa slime yang terkena tebasan pedang ini untuk bermitosis selama slime tersebut memiliki mana yang cukup.
Slime Shield <Epic>
Description : Tameng yang terlahir dari esensi Raja Slime. Dapat menahan serangan sihir dalam jumlah tertentu. <Speed -7>
Skills :
- Digest
- Metamorphosis
- Auto Regeneration
- Magic Reduction
Digest: Melumat dan menyerap sebuah senjata. Pedang ini akan mengingat bentuk senjata yang diserapnya <Durasi : 4 hari>
Metamorphosis : Mengubah bentuk senjata menjadi senjata lain yang pernah diserap oleh pedang ini dengan menggunakan mana. <Waktu perubahan : 10 detik> <Mana yang dibutuhkan : 5> <Mengeluarkan 90% kekuatan senjata yang di serap>
Auto Regeneration : Dapat memperbaiki dirinya sendiri dengan menggunakan mana.
Magic Reduction : Mengurangi damage yang diterima dari serangan yang memiliki kekuatan sihir dalam jumlah tertentu.
Kualitas senjata ini naik dari <magic> menjadi <epic>, experience yang dibutuhkan untuk meningkatkan levelnya pun ikut naik menjadi dua kali lipat. Senjata ini sangat berat, aku tidak mampu menggunakan keduanya secara bersamaan dengan kekuatanku sekarang.
Jack puas dengan hasil yang ia dapat. Setelah berpikir sejenak ia memutuskan untuk menggunakan skill digest dan menggunakan senjata yang ia punya sekarang sebagai bahan. Semoga saja beratnya menyesuaikan senjata yang kupunya sekarang.
Ia mengambil pedang dan tamengnya kemudian meletakkan pedang dan tameng slime di atasnya.
"Digest." Saat selesai mengatakan kata itu, kedua senjata berwarna biru mulai lumer dan membungkus senjata di bawahnya. Dalam beberapa detik senjata tersebut hilang di balik jelly berwarna biru, lalu jelly itu mendekati Jack dan masuk ke dalam tubuhnya.
Jack merasa sedikit ngeri, tapi ia tetap tenang karena tidak merasakan ada perbedaan pada tubuhnya.
"Sekarang tinggal menunggu empat hari sebelum aku dapat mencoba kemampuan senjata tersebut." Gumam Jack sambil tersenyum. Ia pun mengambil pedang cadangannya dan pergi ke tempat latihan di gedung Adventurer Guild Untuk berlatih dengan Nardar Ironsong.
Keesokan harinya di Toko milik Departemen Pengembangan Obat, Jack berhadapan dengan seorang pria paruh baya yang ternyata supervisor di tempat itu.
"Mohon maaf sebelumnya, Anda hanya boleh membeli mana potion satu botol setiap harinya karena Adventurer yang lain juga membutuhkannya. Ini adalah peringatan terakhir, tidak peduli trik apa yang kau gunakan, kami akan tahu" Pria paruh baya itu memberi peringatan keras kepada Jack karena banyaknya keluhan dari pelanggan lain.
Jack merasa bersalah, karena keserakahannya ia tidak berpikir sejauh itu, ia pun menanggapinya "Maaf, ini tidak akan terjadi lagi. Tapi, apa boleh saya mendepositokan uang untuk membeli satu botol setiap harinya? Jadi saya tidak perlu sering-sering datang."
Pria paruh baya itu mengerutkan dahinya, setelah berdeham ia pun menjawab dengan singkat. "Boleh."
"Terima Kasih." Kata Jack sambil sedikit menganggukkan kepalanya. Ia mendepositokan satu koin emas dan 15 koin perak kepada toko itu untuk sepuluh hari. Setelah menerima tanda terima pembayaran, ia pun pamit dan melanjutkan latihannya.
…
Tiga hari berlalu dengan cepat, Jack terus berlatih dengan Nardar di pagi hari selama empat hari itu. Pada siang hari ia pergi ke tempat Pak tua Izack untuk belajar tentang mana, kemudian sore harinya ia mampir ke worshop Dragon Hammer untuk melihat proses produksi di tempat itu.
Dari empat hari latihannya, Jack mempelajari teknik baru dari Pak tua Izack yang bernama Mana Control. Sedangkan Nardar sudah mulai mengajarinya cara menyerang dengan pedang, bahkan ia telah beberapa kali melakukan latih tanding dengannya.
Selama empat hari ini, Dragon Hammer juga tidak bersantai-santai. Anggota mereka bertambah menjadi 50 hanya dalam dua hari. Tentu saja untuk menjadi anggota mereka tidaklah mudah, mereka harus melewati seleksi yang cukup ketat. Dalam hal ini kemampuan Francis untuk menilai dan menyeleksi orang dapat diandalkan.
Dengan tambahan personil ini, mereka dapat memproduksi kertas dan barang-barang lain dengan lebih cepat dan dapat memenuhi pesanan sesuai jadwal. Tetapi semua itu bukan tanpa hambatan apapun, Blazing Trails berkali-kali melakukan percobaan untuk menyabotase dan menyusupkan anggotanya ke Dragon Hammer. Tapi karena kekompakan dan kemampuan anggota utama yang baik, mereka dapat melalui cobaan itu dengan mudah.
Setelah diselidiki lebih lanjut, ternyata Blazing Trails sudah diambil alih oleh Wimark Sherwood murid dari Kremas Rageaxe yang merupakan pemimpin mereka sebelumnya. Dan kabarnya, Kremas Rageaxe tidak diketahui keberadaannya sejak dua minggu yang lalu. Tarud yang merupakan teman lama Kremas sedikit khawatir. Ia meminta Jaxson dan kawan-kawannya yang baru pulang dari misi untuk menginvestigasi kejadian itu dan mencari keberadaan teman lamanya.
Mohon maaf kepada para pembaca, Update sementara tiap hari senin sampai proses kontrak dengan WN selesai.
Terima Kasih