Dengan sikap Leo yang seperti itu membuat Karin semakin kesal, "Terserah, aku tidak akan peduli lagi" Ucap Karin kecewa dan langsung berlari meninggalkan ruang kelas, sontak membuat Leny dan Clara bergegas mengikuti Karin.
Sandi yang melihat keadaan itu dengan cepat menghampiri Leo, "Apa yang terjadi? Kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Sandi dengan risau.
Sementara itu Geral dengan wajah bahagianya menuju ke kelas Niza untuk memberinya kejutan, sesampainya di sana, Geral langsung masuk dengan santai dan membuat para murid sedikit tercengang melihat ketampanannya secara langsung, ya walaupun tidak setampan Leo.
Melihat Geral datang langsung ke kelasnya, Niza bertanya-tanya dalam hati "Apa yang mau di lakukan buaya ini?". Geral mulai mendekati Niza, beberapa murid di dekat Niza dengan cepat beranjak menjauh.
Geral dan Niza sejak kecil sudah bertemu satu sama lain, mereka di pertemukan oleh keluarga masing-masing, dan berharap mereka bisa menjalin hubungan, dengan begitu kekayaan keluarga akan meningkat dengan pesat, dan beberapa murid dari keluarga terpandang lainnya juga sudah mengetahui hal itu.
Namun Niza tidak begitu peduli dengan hal tersebut, ia juga sebenarnya tidak begitu menyukai Geral yang angkuh bahkan sering menemukannya main perempuan di luar sana, itulah sebabnya ia menyebutnya buaya.
Sedangkan Geral sudah lama mengemis perasaan kepada Niza, karena menurutnya tidak ada yang lebih baik dari Niza untuk menjadi pasangan hidupnya, namun tidak jarang Geral mengajak Niza untuk sekedar makan namun terus mendapatkan penolakan.
Niza pada dasarnya bukan gadis yang angkuh ia hanya pura-pura melakukannya untuk melindungi diri agar tidak di remehkan oleh siapa pun, ya kecuali sifat nakalnya yang tanpa paksaan, namun Niza cukup cerdas khususnya dalam hal etika keluarga yang sudah di ajarkan sejak kecil agar ia selalu menjadi profesional.
"Hay Niz, gimana kabarmu? Rasanya sudah lama kita tidak bertemu? Tanya Geral lembut penuh perhatian, Niza tersenyum tipis tidak ingin menunjukkan rasa malasnya bertemu dengan Geral.
"Hay juga Ger, sebenarnya aku ingin segera menyapa mu setelah kelas selesai". Balas Niza dengan sopan, walaupun dalam lubuk hatinya ia sangat malas untuk sekedar melihat Geral, apalagi sampai mengunjungi untuk menyapa.
Niza berkata dengan sopan seperti itu pada Geral bukan tanpa alasan, itu semua semata-mata karena aturan yang telah ia pelajari dari keluarga yaitu tidak boleh menyinggung keluarga terpandang lainnya, lebih-lebih keluarga Geral yang lebih kaya dari keluarganya dan menjadi menjadi sahabat keluarga dari dulu.
Geral tersenyum tipis mendengar Niza, ya walaupun ia sudah tahu itu sama sekali tidak tulus, ia tahu Niza cukup cerdas untuk tidak menyinggungnya di tempat umum, namun walaupun ia tahu itu palsu sudah cukup untuk membuatnya sedikit bahagia.
"Justru aku tidak ingin membuatmu lelah untuk sekedar menyapa ku, itulah sebabnya aku disini, dan aku juga memiliki sesuatu untuk mu". Balas Geral dengan senyum tipis penuh semangat.
"Sesuatu ... Untuk ku, aku tidak yakin pernah memintamu memberikan sesuatu untuk ku". Balas Niza dengan suara pelan, perlahan ekspresi Niza mulai aneh sedikit khawatir dalam benaknya ia berpikir Geral akan nekat memberikan sesuatu yang romantis di tempat umum.
"Aku dengar seorang murid telah merendahkan mu di kantin pagi ini". Ucap Geral dengan ringan, mendengar Geral mengatakan hal itu ia sedikit terkejut, berita tentang kekalahannya begitu cepat menyebar seperti api yang melahap rumah kayu.
"Dari mana kamu mendapatkan berita itu". Tanya Niza dengan nada rendah namun tidak begitu peduli, karena ia tahu Geral akan sangat mudah mendapatkan info seperti itu, lebih-lebih yang berkaitan dengan dirinya.
"Kamu tidak perlu tahu dari mana aku mendapatkannya, yang jelas aku sudah memberi pelajaran kepada anak itu dan aku yakin ia tidak akan berani lagi mengganggu mu". Jawab Geral dengan penuh percaya diri.
Mendengar pernyataan Geral, Niza mulai penasaran apa yang telah ia lakukan kepada murid tersebut, "Apakah kamu tahu orangnya yang mana". Tanya Niza yang mulai penasaran tentang murid yang telah menghinanya itu.
"Mencari seseorang adalah hal yang mudah bagiku, apalagi sampah buangan seperti itu". Jawab Geral dengan sedikit mencibir, "Sampah buangan". Ucap Niza heran, "Ya sampah buangan yang tidak memiliki orang tua". Jawab Geral dengan angkuh.
"Bagaimana kamu bisa tahu sedetail itu". Tanya Niza lagi yang semakin penasaran, "Kamu tahu sendiri kan aku punya kekuasaan di sekolah ini, aku hanya tinggal minta riwayat lengkap sampah itu dari pihak sekolah". Jawab Geral dengan ringan.
"Sudahlah tidak perlu terlalu membahas tentang kehidupan sampah itu, tidak ada yang berarti darinya, justru kedatangan ku kesini ingin memberikan kesempatan untuk mu menghapus sampah itu dari sekolah ini selamanya". Sambung Geral dengan ringan dan senyum tipis penuh keangkuhan sambil mengarahkan tangan ke saku bajunya tempat ia menaruh rekaman suara berbentuk pulpen sebelumnya.
Niza sedikit kebingungan dengan ucapan Geral namun memilih untuk tidak bertanya, "Ah sial ... Dimana itu? Dimana rekamannya?" Ucap Geral gelisah mencari rekaman suara yang sebelumnya ia simpan di saku bajunya.
Ia mulai berdiri coba menemukan rekaman suara itu di seluruh pakaiannya, kemudian menjongkok lagi memeriksa di bawah meja dan Area sekitarnya, namun tetap saja ia tidak bisa menemukannya.
"Bagaimana itu, tidak mungkin rekaman suara itu bisa hilang begitu saja" Ucap Geral menggerutu dalam hati, Niza yang melihat Geral bertingkah aneh membuat Niza semakin bingung.
"Apa yang sebenarnya kamu cari". Tanya Niza dengan ekspresi bingung, Geral yang mendengar pertanyaan Niza, kini ia menjadi khawatir, ia yang awalnya yakin bisa mendapatkan perhatian lebih dari Niza dengan memberikan rekaman itu kini menjadi sirna.
"Tidak aku tidak mencari apa pun, Aku harus pergi sekarang". Jawabnya dengan terburu-buru dan langsung berjalan keluar dari ruang kelas Niza dengan cepat.