webnovel

Takut.

Ponsel Odie begetar tanpa mengeluarkan suara di dekat telinganya. Matanya pun sontak terbuka lebar, karena ia hampir saja kesiangan. Setelah merapikan tempat tidurnya ia segera beranjak menuju kamar utama, di mana sang suami masih terlelap. Odie selalu bersikap profesional dalam menjalankan tugas-tugasnya, ia tak melupakan kewajibanya sebagai seorang istri. Sebelum berangkat bekerja tentu dia menyiapkan semua kebutuhan Diego, dari baju, sampai sepatu sudah tertata rapi di sofa. Memasangkan dasi juga menjadi pekerjaan baru Odie, ia tahu Diego memang selalu mengerjainya. Namun kembali lagi di sini ia adalah seorang istri, dan itu adalah kewajibanya.

Sudah satu bulan Odie dan Diego menjalani kehidupan rumah tangganya. Namun, hingga detik ini ancaman Odie pun tak pernah di lakukanya. Justru Diego lah yang selalu menggoda Odie. Tidur tanpa pakaian, beganti baju di depan Odie sudah menjadi kebiasaan barunya. Apalagi mengerjai Odie jika sedang tidur, ia akan memeluknya dari belakang. Dan itu yang membuat Odie kembali ke kamarnya dahulu, untuk menghindari kejahilan bos angkuh yang tak lain adalah suaminya itu.

"Diego bangun, sudah siang," dengan susah payah Odie membangunkan bos angkuhnya itu.

"Sebentar lagi," jawabnya dengan mata masih terpejam.

"Diego! Kau akan terlambat, cepat bangun," Odie kembali menarik selimut yang menutupi tubuh Diego. Lagi-lagi Odie harus menyaksikan kejahilan Diego, yang memamerkan tubuh naked nya.

"Diego! Kau gila ya?" teriak Odie sambil menutup wajah dengan kedua tanganya.

Tak ada jawaban dari Diego dia hanya bangkit dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Hanya butuh waktu tiga puluh menit bagi Diego untuk menyelesaikan ritual mandinya. Ia pun keluar hanya dengan sehelai handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya, dengan cuek dia memakai pakaianya di depan Odie yang sedang merapikan tempat tidur mereka.

"Bisa tidak, jangan mengotori mataku setiap hari!" celetuk Odie.

"Ini kamarku, jadi terserah aku. Dan juga bukanya kau pernah melihatnya? Jadi kenapa kau bilang aku mengotori matamu?" Perkataan Diego langsung membuat Odie terdiam, dan melanjutkan pekerjaanya sebelum berangkat bekerja menjadi bodyguard.

Odie beranjak ke dapur untuk membuatkan teh kesukaan Diego, dan meletakan secangkir teh itu di atas nakas.

Odie sudah siap dengan setelan bodyguard, dia berdiri di samping mobil menunggu bos besarnya, ia membukakan pintu mobil untuk Diego seperti biasa. Sopir melajukan mobil itu dengan kecepatan standar, membelah jalanan kota yang sudah mulai di penuhi lautan manusia yang akan beraktifitas. Sesekali Odie melihat sang bos sedang sibuk menatap layar laptopnya melalui spion. Sementara Diego tidak menyadari jika sedang di perhatikan oleh bodyguard nya itu.

Sesampainya di kantor, Odie berjalan di belakang bosnya dengan mengawasi sekitar. Odie kembali ke tempat khusus untuk memantau kondisi sekitar, setelah memastikan Diego masuk ke gedung berlantai 43 itu. Odie dengan sigap menyalakan peralatannya untuk memeriksa kondisi di sekitar Diego, ia juga terus memperhatikan CCTV di area kantor. ia juga selalu terhubung dengan semua anak buah Diego yang selalu siaga untuk keselamatan bos mereka. Jam kantor pun usai, Odie sudah siap di dekat mobil yang siap mengantar bos angkuhnya kembali ke rumah. itulah rutinitas Odie sebagai istri sekaligus menjadi bodyguard dari bos Jouller Enterprise,Diego.

Odie benar-benar bisa menjalankan semua kewajibanya dengan sangat baik. Nyonya Stevany sangat bahagia melihat semua perubahan pada putranya, secara tak langsung Diego jarang datang ke tempat terkutuk itu. Dia juga selalu berada di rumah setelah pulang dari kantor. Meski ada satu hal yang masih membuat Nyonya besar Jouller ini resah. Sampai saat ini menantunya masih belum hamil juga, padahal usia pernikahanya sudah satu bulan.

"Bukankah sebelumnya Diego dan Odie juga pernah melakukanya? Tapi mengapa Odie belum juga hamil? Apa mungkin mereka tak melakukanya lagi?" pertanyaan konyol pun terlintas di pikiran Nyonya Stevany, yang memang menanti kehadiran buah cinta putranya.

Ia langsung mencari cara agar cucunya bisa hadir di tengah-tengah keluarga Jouller. Dan dengan berbagai informasi yang ia peroleh dari para pelayan, Nyonya Stervany mengetahui jika selama satu bulan ini Diego tak lagi menyentuh Odie.

"Apa kalian punya bukti?" tanya Nyonya Stevany pada para pelayan yang ia kumpulkan.

"Iya ... Nyonya, setiap malam kami lihat Nyonya Odie pergi ke kamar yang dulu, dan akan kembali ke kamar utama pagi-pagi," terang salah satu pelayan.

"Dasar ... anak bodoh! Baiklah, jika ini keinginan kalian, akan ku ubah permainanya, kita lihat apa kalian masih akan saling menjauh?" Ide cemerlang pun Nyonya Stevany rancang, agar rumah tangga putranya sesuai dengan harapanya.

♡♡♡♡

Di kamar barunya Odie sedang mondar-mandir, entah apa yang dipikirkannya?. Ia beranjak menuju kamar mandi berharap bisa menenangkannya,tetapi itu masih membuatnya tak tenang. Kini ia berda di dalam walk in closet, mencari pakaian untuk dia tidur. Sialnya tak ada pakaian yang pantas untuk di kenakan menurutnya. Di sana hanya tergantung kumpulan gaun malam yang kurang bahan dan transpran.

"Kenapa semua pakaian di sini berubah?" Odie berpikir siapa yang melakukan itu.

"Sial! Anak dan Ibu sama saja," umpat Odie saat membaca memo yang di tinggalkan mertuanya di dalam lemari.

Dengan amat sangat terpaksa ia mengambil salah satu lingerie itu, dan mengenakannya. Odie merutuki kebodohannya karena menantang Diego. Jangankan menggoda agar bos angkuhnya itu bisa mencintainya. Untuk berdekatan di suasana yang hanya ada dirinya dan Diego saja, membuat bulu kuduk Odie berdiri. Sosok Diego lebih menyeramnkan dari pada hantu baginya.

Odie masih berdiri di depan cermin walk in closet. Rasanya enggan sekali ia melangkah ke ranjangnya, akan tetapi tidak mungkin ia tidur di dalam sana. Dengan berat hati ia melangkah menuju ranjangnya. Kedatangannya di sambut hangat oleh sang suami, senyum lelaki itu seperti sedang menggoda Odie. Dengan malas ia duduk di tepi ranjang, dan mulai merebahkan diri.

Mau tidak mau Odie berbaring di samping Diego. Ia memejamkan mata dengan segera, jujur ia sangat tidak nyaman dengan keadaan ini. Namun, tak ada pilihan lain.

Tengah malam Odie pun terbangun saat merasakan ada yang menempel di kulit punggungnya. Ia pun berpikir keras, kenapa punggungnya terasa bersentuhan dengan sesuatu? Padahal ia mengenakan kaos longgarnya untuk menutupi bagian yang terbuka dari lingerie itu, lengan kekar Diego juga melingkar di tubuhnya. Otaknya pun kembali berpikir jika ini adalah ulah jahil Diego.

Ia pun membuka selimut yang menutupinya, jantung Odie seakan mau copot saat melihat mereka dalam keadaan naked. Odie berteriak kencang di dalam hatinya. Ia melepaskan pelukan Diego dengan sangat hati-hati, agar lelaki itu tak bangun dari tidurnya.

Odie segera mengenakan pakaiannya kembali, dan memilih kembali ke kamarnya yang dulu. Matanya mengawasi setiap sudut ruangan, berharap tak ada pelayan yang melihatnya.

"Dasar orang gila! dia sudah berani melepaskan pakaiannku!" umpat Odie yang merasa kesal pada Diego.

"Tunggu ... apa dia telah melakukannya? Tapi, Sepertinya tidak, karena aku tak merasakan apapun," batinya berbicara sambil memeriksa dirinya.

Odie pun membaringkan tubuhnya pada ranjang kesayangannya, yang sudah ia tempati lagi tanpa sepengetahuan suami dan Ibu mertuanya.

Bersambung...

下一章