webnovel

Jebakan yang gagal

Odie dan Diego bingung, melihat Nyonya Stevany tersenyum. Mereka telah melakukan sebuah kesalahan namun, kenapa Nyonya Stevany malah tersenyum?

"Bu, kami baru saja melakukan kesalahan, tapi kenapa Ibu tersenyum?" tanya Diego penasaran.

"Sayang ... tentu Ibu tersenyum. Ibu lega ketika melihat siapa wanita yang telah besamamu semalam, aku bangga pada Bodyguard mu itu. Dia benar-benar menjagamu, sampai ia mengorbankan dirinya," ucap Nyonya Stevany dengan senyum yang anggun.

"Apa maksud Ibu? Kami di jebak! Dan apa tadi Ibu bilang? Dia mengorbankan dirinya?" Bagaimana Ibu bisa berpikiran seperti itu?" tanya Diego dengan nada tinggi.

"Memang ada yang salah dengan perkataan Ibu?" tanya Nyonya Stevany berlagak polos.

"Kami telah melakukan kesalahan, tapi Ibu malah berkata seperti itu!" ucap Diego.

"Apa kau ingat tadi apa yang kau ucapkan di depan media? Kau akan segera menikah dengan kekasihmu ini," ucap Nyonya Stevany sambil membelai lembut rambut Odie.

"Ibu! Tadi aku hanya menyelamatkan kami saja."

"Diego! Kau sadar apa yang baru saja kau ucapkan?" tanya Ibunya, karena mendengar perkataan anaknya.

"Apa aku salah?" tanya Diego pada Ibunya.

"Salah! Kau sudah menodai seorang gadis, jadi kau harus bertanggung jawab dengan menikahinya!"

"Tapi ... Bu?" Belum sempat Diego melanjutkan kalimatnya Ibunya sudah menyetop.

"Tak ada tapi-tapian, mengerti! Dan ingat aku akan menyiapkan semua secepat mungkin. Dan kau ... Odie, aku sudah memesankan baju untuk mu, nanti akan langsung di antar ke mari," ucap Nyonya Stevany tegas. Diego dan Odie hanya mengiyakan semua perkataan sang Nyonya besar Jouller.

♡♡♡♡

Sementara di kamar lain Leon sangat terkejut, mendapati wanita yang ada di sampingnya bukanlah Odie. Wanita yang ia cintai, ia langsung bangkit dari ranjangnya dan membangunkan wanita itu, " Siapa kau! Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Leon dengan emosi.

"Kau bertanya siapa aku? Semalam kau telah menodaiku, lalu seenaknya kau bilang siapa aku Tuan Diego, hiks hiks," ucap wanita itu.

"Apa! Diego? Kau salah orang Nona, aku Leon," terang Leon pada wanita itu.

"Apa! Kau ... Leon?" tanya wanita itu kebingungan.

"Sial! Jebakan ku gagal!" teriak Leon frustrasi.

"Apa! Jadi ... aku salah orang? Dan Ada adalah rekan Tuan Antony?" tanya wanita itu lagi.

"Ya, dan anak buah kami sungguh bodoh, kenapa mereka bisa salah kamar?"

Leon pun bergegas masuk ke kamar mandi, tak lama ia keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Ia pun meninggalkan sejumlah uang untuk wanita itu sebelum meninggalakan kamar. Ia langsung menghubungi Antony, menayakan kenapa anak buah mereka bisa seceroboh ini. Dan mencari di mana Diego dan Odie mereka antar.

Antony yang mendengar kabar tersebut langsung panik, pasalnya ia sudah mengirim para media ke kamar di mana ia pesan. Antony langsung menyalakan televisinya, dan ia sungguh sangat terkejut melihat Diego sedang mendekap wanita lain, bukan orang suruhanya, yang tak lain adalah wanita yang Leon cintai.

Ia langsung mengambil segelas air putih di meja, untuk menenangkanya. Jebakan yang sudah ia atur dengan sangat matang ternyata gagal. Ia hanya memijat pelipisnya yang mulai terasa pusing, apalagi mendengar kemarahan Leon.

Ia pun langsung mengabari Leon tentang kabar ini, dan menyuruh Leon melihat sendiri kabar itu di televisi. Di tempat lain Leon sedang memarahi anak buahnya, karena kebodohan mereka Leon harus gagal dengan rencananya mendapatkan wanita yang ia cintai. Kemarahanya semakin memuncak ketika melihat berita di televisi, yang sedang membicarakan Diego dengan kekasihnya yang tak lain adalah Odie, akan segera menikah.

Ia langsung melempar remot ke sembarang tempat. Dia lalu memukul para anak buahnya yang sudah melakukan keasalahan semalam, ia juga langsung memecat mereka, "Odie, tak akan ku biarkan kalian menikah," ucap Leon dengan menggepalkan telapal tangannya.

♡♡♡♡

Perlahan Odie bangkit dari ranjangnya, dengan menggunakan jubah mandi yang di bawa Ibu Diego tadi. Hanya butuh waktu tiga puluh menit Odie sudah menyelasaikan ritual mandinya, ia lalu keluar menggunakan jubah mandinya. Saat keluar dari kamar mandi ia melihat sebuah baju lengkap sudah ada di atas ranjang.

Diego menoleh saat menyadari kedatangan Odie, ia lalu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi tanpa menutup anggota badannya. Tingkah konyol Diego membuat Odie menjerit karena kaget.

"Sir!"

"Kenapa? Bukanya kau sudah melihatnya semalam? Kenapa menutup matamu?" tanya Doego.

Wajah Odie langsung berubah merah seperti tomat karena mendengar kata-kata Diego. Ia menundukan wajahnya sampai Diego masuk ke kamar mandi. Odie langsung memakai bajunya ketika Diego sedang melakukan ritual mandinya. Setelah selesai ia menyiapkan sarapan yang sudah Ibu Diego pesan di meja. Diego pun keluar dari kamar mandi, ia lalu memakai pakaianya di depan Odie tanpa mersa malu, Odie langsung berbalik saat melihat tingkah bosnya yang tak tahu malu.

Mereka menyantap sarapan tanpa satu kata pun yang keluar dari mulut mereka, hanya dentingan sendok saja yang terdengar mengisi acara sarapan mereka. Sarapan pun selesai, Diego langsung mengajak Odie meninggalkan tempat itu, dan Odie pun mengikuti perintah bosnya.

Mobil yang membawa mereka  sampai di mansion Jouller, Diego langsung masuk ke dalam di ikuti Odie di belakangnya. Diego langsung memasuki kamarnya untuk beristirahat. Odie pun sama, ia memilih memasuki kamarnya untuk beriatirahat, ia berdiri di depan cermin di kamarnya. Ia membuka satu persatu pakainya, ia memandangi lukisan yang semalam Diego buat, air matanya langsung membasahi wajah cantiknya.

Ia berusaha menghapus lukisan itu agar tak menempel di tubuhnya, namun masih tak bisa, ia lalu meemasuki kamar mandinya, mencoba menggosok semuanya. Namun, itu justru melukai tubuhnya sendiri, "Odie kau sudah gila! Apa-apaan ini hah!" ucap Diego penuh emosi saat mendapati Odie tengan melukai tubuhnya.

Tanpa Odie ketahui ternyata Diego memasuki kamar Bodyguardnya, untuk memberitahu akan keputusanya. Namun, saat ia memasuki kamar Odie, Diego tak melihat Odie ada di sana. Dia pun mencoba mencari Odie di kamar mandi, Ia terkejut melihat apa yang Odie lakukan, orang yang selalu bisa melawan segala mara bahaya, kini begitu lemah hanya karena sebuah kesalahan yang semalam mereka perbuat.

Ia langsung berlari menghampiri Odie dan menghentikan semua kegilaan Odie, ia juga menarik tubuh polos itu ke dalam pelukanya, ia tak pernah menyangka seorang wanita akan segila ini hanya karena kehilangan hal yang terpenting dalam diri mereka. Karena selama ini Diego selalu menemui wanita yang sangat bertolak belakang dengan Odie. Mereka justru dengan suka rela menawarkan diri agar bisa menjadi pasangannya.

Odie menangis dalam pelukan bosnya, ia bahkan tak memperdulikan keadaanya yang sama sekali polos tanpa sehelai benang pun menutupinya. Melihat tubuh Odie yang bergetar karena kedinginan, Diego menggendong Odie keluar dari kamar mandi. Ia juga mengeringkan tubuh Odie yang sudah basah, ia lalu mencari baju yang ada di lemari, untuk menutupi tubuh Odie. Jujur ia sangat terganggu dengan pemandangan yang ada di hadapanya, karena ia adalah lelaki normal.

Ia lalu memanggil pelayan agar membantu mengompres Odie yang demam. Para pelayan pun langsung mendatangi kamar Odie, dan segera melaksanakan perintah tuannya. Diego lalu segera keluar dari sana dan langsung menghubungi Ibunya, ia menceritakan semua kejadian yang baru saja di lakukan Odie, "Kenapa bisa ia segila ini Bu?" tanya Diego pada Ibunya seperti anak kecil.

"Karena dia berbeda dengan para jalangmu sayang, ia wanita yang sangat menjaga harga dirinya. Apalagi kehormatnya, yang sangat ia jaga. Jadi itu sangat wajar ia lakukan, saat ia merasa frustrasi karena kehilangan harta yang paling berharga dalam hidupnya dengan cara seperti ini. Dia pasti sangat berharap jika kehormatanya hanya akan di persembahkan untuk suaminya kelak, jadi ... apa kau masih mau menolak pernikahan ini?" terang Nyonya Stevani pada putranya.

"Baiklah ... bu, aku akan menikahinya," jawab Diego lirih.

Nyonya Stevany tersenyum lebar mendengar jawaban putranya, meskipun semua berawal dari kesalahan. Namun ia bahagia, putranya bisa mengambil sebuah keputusan yang benar. Putranya telah berubah sedikit lebih bijak dalam menghadapi masalah. Ia sangat bersyukur Tuhan telah mengirim wanita seperti Odie ke dalam hidup putranya, meski harus dengan cara seperti ini.

BERSAMBUNG..

下一章