Suara tertawaan terdengar dari kamar. Tiara dan Jay tampak sama-sama menikmati acara yang ada di televisi. Jay sendiri sudah beberapa hari ini tidak mendengar keluhan dari Tiara lagi tentang kesakitannya bahkan Tiara perlahan sudah bisa berdiri meskipun masih harus ada orang yang mendampinginya disamping.
"Aku bisa bawa laptop kalo kamu mau nonton yang lain."
"Ini cukup."
"Dulu kamu paling suka nonton flim dibanding acara kaya gini."
"Oh iya?genre yang paling aku suka apa?."
"Semuanya kamu suka tapi…yang paling kamu suka adalah nonton serial detektif conan. Kamu sampe berkali-kali ngulang flimnya."
"Masa sih?."
"Iya, aku sampe heran…"
"Kalau kamu Sukanya apa?."
"Aku? Aku suka nonton spongebob."
"Spongebob?."
"Iya, Zidan juga suka. Aku sama Zidan suka nonton bareng."
"Kamu ga suka nonton flim yang lain?."
"Aku ga suka flim pembunuhan, aku ga suka liat terlalu banyak darah."
"Kamu takut darah?."
"Iya tapi sedikit tapi kalau liat kamu yang berdarah aku ga akan tinggalin kamu." Jay membuat Tiara tersenyum dengan ucapannya. Bagi Tiara itu adalah sebuah gombalan.
"Aku penasaran, tangan kamu kenapa? Kenapa banyak bekas sayatan? Apa ada seseorang yang nyakitin kamu?."
"Ini…ini karena kamu."
"Karena aku?, aku yang lakuin sama kamu dulu?."
"Engga, bukan itu maksud aku. Dulu…aku takut pisau, aku ga bisa liat itu. Setiap kali aku liat aku selalu inget kejadian yang bikin daddy kehilangan jarinya. Kamu bilang pelan-pelan aku harus ngalahain ketakutan itu jadi tanpa sadar aku main-main sama pisau itu. Berkat kamu aku bisa pegang pisau itu lagi." Jay sambil melihat tangannya begitupun Tiara tapi dia tak memperanjang cerita mengenai kejadian apa yang membuat ayahnya kehilangan jari mungkin itu kenangan buruk untuk Jay dan mungkin juga nanti dia akan ingat dengan sendirinya.
"Maaf…"
"Jangan minta maaf, aku ga papa. Kamu itu dokter Tiara, kamu hebat bikin orang tenang."
"Aku ga bisa kerja lagi sekarang, aku bahkan ga inget sama temen-temen aku yang kemarin datang kesini."
"Semua butuh proses, aku yakin kalau mereka temen baik kamu, mereka pasti ngerti keadaan kamu sekarang."
"Aku kira tommy itu pacar aku, dia baik dan perhatian diantara yang lain."
"Engga! Dia bukan pacar kamu, aku suami kamu." Jay tanpa sadar langsung mengatakan hal itu. Wajahnya kini bahkan langsung menunjukkan kekesalan.
"Kamu cemburu?."
"Aku ga suka laki-laki itu ada disini."
"Oke, aku cuman ngira-ngira tadi aku ga tahu."
"Dia bukan siapa-siapa."
"Jangan marah Jay." Tiara menyadari perubahan sikap Jay.
"Iya maaf…" Jay kali ini yang mengalah.
"Kamu itu keliatannya tipe lelaki yang imut, lucu lagi tingkahnya." Puji Tiara membuat Jay malu sekarang.
"Imut? Apa wajah aku imut?." Ucapan Jay membuat Tiara mendengus tak percaya dengan perubahan wajah Jay.
"Super imut." Tiara sambil mencubit pipi suaminya. Jay segera meraih tangannya.
"Pulang dari rumah sakit nanti aku bakalan tunjukkin yang lebih imut."
"Apa? Apa yang lebih imut?."
"Foto kita."
"Ih gombal mulu…"
"Aku ga gombal, aku seurius."
"Aku suka kamu pasti gara-gara kamu kaya gini ya?."
"Engga, bukan."
"Terus karena apa?."
"Kamu bilang kamu suka aku karena aku unik dan cuman aku satu-satunya pria di dunia ini yang begitu."
"Unik?." Tiara bingung.
"Udah malem, ayo tidur." Jay mengalihkan pembicaraan dengan menarik selimut untuk Tiara. Rasanya sedikit aneh, ada rasa sedih karena Tiara tak mengingat bagaimana dia bisa mencintai dirinya. Apakah rasa cinta itu sudah hilang?."
"Jay apa yang unik?."
"Nanti juga kamu tahu."
"Ih…aku ga suka ya, jadi penasaran…"
"Tiara kalau soal ini aku ga bisa kasih tahu, aku cuman pingin ngerasain sendiri dan nemuin apa yang unik meskipun aku ga tahu setelah kamu nemuin itu kamu masih suka sama akua tau engga." Jay merapikan selimut yang sudah di Tarik sampai ke dada Tiara. Istrinya itu hanya terdiam dengan wajah menerka-nerka apa yang dimaksud Jay.
***
Kay membuka pintu kamar dengan perlahan dia melihat Jay langsung terduduk saat menyadari kehadirannya. Mata Kay juga melihat Tiara yang sudah tertidur dengan cukup nyenyak.
"Kenapa kesini?, aku udah bilang sama mommy ga papa aku sendiri."
"Kali aja butuh temen ngobrol." Kay duduk dengan santai.
"Udah makan?."
"Udah tadi."
"Ya udah kamu tidur aja biar aku yang jagain Tiara."
"Aku ga ngantuk."
"Mikirin apa?." Kay langsung menebak. Saat dia masuk pun dapat Kay lihat Jjay sedang termenung memikirkan sesuatu.
"Apa Tiara masih bisa inget aku ya?."
"Bisa Jay, bisa.."
"Dia bahkan ga inget kenapa bisa suka sama aku."
"Belum Jay, ini baru seminggu setelah Tiara bangun, jadi kamu sabar."
"Gimana kalau dia udah tahu aku aneh dan dia ninggalin aku?."
"Aneh apa?, kamu ga aneh. Udah deh Jay jangan mikir yang macem-macem, harusnya kamu tuh mikirin gimana caranya bikin Tiara suka lagi sama kamu. Dibanding maksa dia buat inget-inget masa lalu kenapa ga bikin sesuatu yang baru, yang lebih menyenangkan."
"Aku takut Tiara tinggalin aku lagi kaya dulu."
"Engga Jay, udah-udah. Aku denger dari mommy Tiara pulang Lusa. Kita bikin perayaan buat Tiara, kita doain dia supaya cepet sembuh dan ingatannya cepet pulih. Kita bikin Tiara seneng. Dia juga pasti pingin Jay inget. Sekarang kamu sama Zidan harus support Tiara. Ga mungkin kan Tiara lupa selamanya sama anaknya?, Zidan itu darah dagingnya sendiri, begitupun kamu. Kamu kenal Tiara udah dari kecil, masa sih ga ada satupun memori yang nyangkut?. Percaya deh ini cuman masalah waktu."
''Iya Kay…"
"Aku siapin semuanya buat kamu sama Tiara, aku bakalan undang temen-temen Tiara supaya dia bantuin juga."
"Engga usah, aku ga suka ada si tommy itu, Tiara nyangka dia pacarnya."
"Oke, kalau gitu kita undang keluarga aja."
"Aku bakalan puterin video waktu kalian nikah dan waktu Tiara lahiran."
"Makasih Kay…"
"Ini bukan apa-apa, waktu aku sama Ran ada diposisi paling menyedihkan Tiara ada. Dia semangatin aku, dia bikin Ran sembuh bahkan dia bantuin aku obatin Ansel." Ucap Kay mengingat kebaikan adik iparnya itu. Belum juga Jay menanggapi suara deru nafas terdengar. Mata Tiara terbuka lebar dan langsung melihat ke kanan kirinya.
"Tiara?, kamu kenapa?." Jay sambil membantu Tiara duduk. Wanita itu memegangi kepalanya sendiri.
"Apa sakit?."
''Aku pingin minum…" Tiara dengan suara kecil. Kay yang ada disana segera megambilkan tempat minumnya. Dia menyodorkan sedotan agar Tiara bisa minum segera mungkin. Setelah Tiara selesai minum, Kay segera menyalakan lampunya.
"Tiara, ada apa?." Kay mengulangi pertanyaan Jay tadi.
"Zidan mana?."
***To be continue