webnovel

Bagaimana Jika

Akhirnya Kenan, Kay dan Sachi beserta Ansel pergi kerumah sakit. Jesica dan Kiran memilih untuk berdiam diri dirumah. Selama di mobil Kay sibuk menatap jalanan diluar. Tangannya dia gunakan untuk menompang dagunya sendiri sementara Ansel dan Sachi duduk disampingnya dengan tenang. Kenan hanya sesekali melihat dari arah Spion. Sejak pembicaraan tadi, sikap Kiran sedikit berbeda. Kay bisa merasakannya. Hawa dingin itu bahkan sampai menusuk hatinya sendiri. Kiran bahkan lebih memilih mendekap Keyla dibanding mengantarnya keluar atau sekedar menanyakan bagaimana. Belum lagi keputusannya untuk menunggu dirumah membuat Kay dibuat semakin kalut. Bagaimana jika dia nekat untuk pulang?. Bagaimana jika saat dia pulang tak ada Kiran dan Keyla disana. Bagaimana jika hasil DNA itu benar-benar menunjukkan jika Ansel adalah anaknya?. Pikirannya jadi bermacam-macam sekarang. Dia yakin, ibunya disana bukan semata-mata menemani Kiran tapi membujuknya agar bersabar dan tak gegabah mengatakan hal ini pada Arbi. Kay menghela nafas panjang. Sungguh lelah hari ini. Dia tak berselera makan ataupun minum. Dia ingin kebenaran saja terungkap. Oh iya, dia juga belum mendengar berita dari Mario. Sejak semalam, Mario masih sibuk mencari informasi. Mario bilang malam ini dia akan kerumah untuk memberikan datanya jadi...Kay harap itu berita yang membahagiakan.

"Ini rumah sakit yang kamu bilang?."

"Iya om..."

"Ya udah ayo keluar." Kenan mulai membuka safety beltnya.

"Pak parkir aja ya, nanti kalo udah selesai jemput disini lagi."

"Siap tuan." Sang supir sambil mengangguk. Kini mereka turun dan mulai melakukan proses tes DNA. Selagi menunggu Kenan menelpon seseorang, siapa lagi kalau bukan Reno.

- Iya bos.

- Gimana? anak buah kamu udah selesai.

- Udah bos, tadi malam kita janjian dirumah bos Kay.

- Saya denger, katanya ada video. Tolong cari videonya, apa aja isinya. Apa bener Kay sampet tidur sama perempuan itu? kalo ada jangan sampe kesebar lagi.

- Siap bos, kita lagi cari dulu data-data dirumah sakit saat Sachi melahirkan.

- Malam ini harus ada.

- Oke.

Jawab Reno dengan tegas mengakhiri percakapan mereka sementara itu dirumah Kiran mencoba tetap tegar di depan anaknya bahkan bersikap seolah tak ada sesuatu yang terjadi.

"Mas Kris yang bener tidurannya nanti kena Keyla.." Tegur Jesica saat melihat gaya anaknya yang tak mau diam.

"Ansel itu...sedikit mirip Kay ya mom.."

"Yang punya ciri-ciri gitukan banyak." Perkataan Jesica Hanya disambut anggukan oleh Kiran.

"Apa...yang bakalan kamu lakuin sekarang?."

"Aku ga tahu mom. Aku masih bingung, buat aku yang penting mereka ga ganggu Keyla."

"Kalau dia sampe berani, mommy pasti ga akan tinggal diem."

"Apa hasilnya langsung keluar.."

"Daddy bilang iya, dia udah bayar lebih supaya hari ini juga tahu siapa Ansel."

"Hm...baguslah.."

"Kalo Ansel anak Kay apa yang bakalan kamu lakuin?." Tanya Jesica yang membuat Kiran tersenyum. Itukan pertanyaan Kay tadi pagi.

"Ga tahu mom." Singkat Kiran lagi. Sedaritadi hanya jawaban itu yang terlontar.

"Maafin anak mommy, dia emang bandel dari kecil. Kalo itu bener Mommy ga nyangka kenakalannya bakalan sampe sejauh ini tapi di sisi lain...entah kenapa mommy juga yakin itu cuman akal-akalan Sachi aja. Dia...pasti ngincer sesuatu yang kita belum tahu apa."

"Mungkin juga.."

"Apa Ran bisa sabar nunggu itu?."

"Aku masih butuh berpikir mom.."

"Mommy tahu segimana cintanya Kay sama kamu sampe rela mohon-mohon segala atau bujukin Daddynya supaya bantuin. Kay cuman butuh kepercayaan kamu sama Keyla."

"Aku percaya sama Kay dari dulu mom. Dari jaman kita pacaran makannya aku sedikit ngerasa dikhianati dengan adanya kejadian ini."

"Dan karena kamu ngerasa gitu, apa kamu mau pergi dari Kay?."

"Aku ga tahu, aku pingin cari jalan yang terbaik. Buat aku, buat Kay, dan juga buat Keyla." Kiran dengan sedih.

"Ini mommy bicara jujuran sama kamu tapi jangan tersinggung.."

"Tentang ayah Arbi?."

"Iya, apa bisa kita hold dulu ini? sampe hasilnya benar-benar keluar?."

"Tenang aja mom, aku ga belum bilang apa-apa ke ayah. Kita komunikasi pun aku ga pernah bahas-bahas soal ini sama Bunda apalagi sama Ayah." Ucapan Kiran membuat Jesica sedikit lega. Setidaknya tak ada masalah baru yang muncul. Kini Jesica menggapai tangan Kiran.

"Ran...mommy ga akan ikut campur. Masalah ini terserah kalian. Mommy sama Daddy hanya sebatas ingin tahu aja tentang kebenaranya gimana. Setelah itu, keputusan ada sama kamu dan Kay. Mommy yakin kamu sama Kay udah cukup dewasa. Pertimbangnkan juga Keyla jika kalian udah siap dengan keputusannya. Dia cuman anak kecil yang ga tahu apa-apa."

"Iya mom..makasih.." Kiran dengan senyuman. Dia tak tahu harus membalas dengan kata apa semua ucapan Jesica.

***

Kay hanya bisa melamun sambil duduk bersandar disebuah kursi. Matanya memperhatikan semua foto kebersamaannya dengan Kiran dan Keyla. Sesekali dia mengusap layar handphonenya agar foto itu berganti, dan disaat berganti itulah Kay tersenyum sendiri kemudian sedih lagi. Dengan kekuatan Kenan tentu saja hasilnya bisa langsung dia dapatkan hari itu meskipun mereka masih harus menunggu disana bahkan awan pun sampai berubah menjadi gelap. Kenan juga tak berbicara apapun, dia masih menunggu kabar dari Reno.

"Hari ini jadi janjian sama Mario?."

"Jadi, dia udah dirumah katanya."

"Dia ga bilang apapun di telepon?."

"Engga, dia bilang dia bakalan jelasin dirumah. Hari ini Daddy nginep lagi?."

"Mungkin Daddy sama mommy bakalan pulang."

"Kenapa?, ga papa kok kalo masih mau nginep."

"Kalian butuh waktu berduakan?, mungkin kalo ada Daddy sama mommy bakalan sedikit canggung jadi...cobain bicarain baik-baik.."

"Aku udah siap dengan apapun." Kay dengan senyuman yang terkesan dipaksakan.

"Aku udah bicarain ini tadi pagi sama Ran, meskipun ga dijawab tapi..kayanya aku udah tahu dia mau berbuat apa.."

"Udah...jangan dulu berpikir yang macem-macem bang, coba ngertiin situasinya.."

"Aku udah liat videonya kok dad, aku tahu apa hasilnya sekarang tanpa harus nunggu kaya gini. Aku cuman lagi mikir gimana caranya aku jelasin sama Keyla, sama keluarga Daddy, sama keluarga mommy."

"Ga usah mikirin itu, biar Daddy sama mommy yang handle, Abang cukup pikirin keluarganya aja.."

"Sampe umur aku yang segini, aku selalu nyusahin Daddy sama mommy..."

"Ini bukan nyusahin, ini namanya dukungan. Kalo nyusahin Daddy udah ngeluh daritadi."

"Anak itu apa mirip aku dad?." Mata Kay kembali melihat kearah Ansel yang tampak mengantuk.

"Ga semua bisa dilihat dari ciri fisik. Di dunia ini banyak kok yang mirip-mirip meskipun ga sedarah, ga seibu, ga seayah." Kenan mencoba menenangkan.

"Atas nama bapak Kay Sabier Seazon.." Seseorang memanggilnya. Kini surat hasil tes DNA itu ada ditangannya dan mudah-mudahan itu adalah hasil yang membahagiakan.

****To be continue

下一章