Kenan tampak sibuk dikantornya sedaritadi dia terus memperhatikan laptop dan dokumen yang berserakan di mejanya tampaknya hari ini banyak sekali pekerjaan yang harus dia selesaikan.
"Masuk..." Ucap Kenan saat mendengar suara ketukan dari luar ruangannya.
"Pak maaf Sekretaris baru bapak sudah datang."
"Suruh masuk." Kenan masih melihat dokumen yang dia pegang dan tak lama terdengar suara langkah kaki memasuki ruangan Kenan.
"Silahkan duduk." Kenan menatap sebentar lalu terfokus lagi dengan pekerjaanya.
"Jadi....siapa nama kamu?" Kenan mulai fokus bertanya.
"Natasya pak." Jawab wanita itu.
"Natasya, baru lulus kuliah ya.." Kenan sambil melihat dokumen tentang Natasya mulai dari surat lamarannya, CV nya sampai beberapa sertifikat yang dimiliki oleh calon sekretarisnya itu.
"Iya pak."
"Panggilannya ?"
"Tasya pak."
"Oke Tasya, saya ga bisa lama-lama yang jelas kamu sekarang udah jadi sekretaris saya, untuk jobdesc jelasnya pasti udah Pak Harto kasih tau kan, intinya saya ga suka orang yang telat. Saya pingin kamu nanti atur jadwal saya, ikut setiap meeting saya atau bisa jadi mewakili saya dalam meeting jadi saya harap kamu bisa beradaptasi dengan cepat. Sejauh ini kamu mengerti?"
"Mengerti pak."
"Kemungkinan akan ada dinas ke luar kota, apa kamu keberatan dengan hal itu?"
"Enggak pak."
"Ga usah khawatir soal fasilitas dan lainnya itu sudah termasuk tunjangan kamu."
"Iya pak."
"Tempat kerja kamu tepat di samping ruangan saya disana. " Kenan sambil menunjukkan tempatnya dibalik kaca yang terbuka. Wanita itu memandang sebentar ke arah luar.
"Ingat setiap ada orang yang ingin bertemu dengan saya harus membuat janji, saya gak terlalu suka dengan pertemuan yang mendadak."
"Baik pak."
"Sebelumnya sudah pernah kerja dimana?"
"Belum Pak, ini pengalaman pertama saya."
"Oh...oke, jadi hari ini kamu sudah siap kerja kan, kamu udah boleh ke meja kerja kamu, mudah-mudahan kamu betah dan bisa bekerja dengan baik."
"Terima kasih pak." Natasya pergi keluar dari ruangan Kenan sementara dia kembali disibukkan dengan pekerjaannya lagi namun belum juga 5 menit dering ponsel berbunyi.
- Halo Ken.
- Fahri?
- Iya ini gw.
- Gimana-gimana?udah sampe?
- Iya gw baru sampe kemarin.
- Lagi dimana sekarang?
- Di hotel.
- Padahal ga usah ke hotel, nginep aja dirumah gw.
- Ah ga enak Ken, lu kan udah nikah.
- Ya udah nanti ketemuan di restoran istri gw sekalian makan-makan.
- Boleh-boleh, dimana?
- Nanti gw WA alamatnya dimana.
- Siap bos, ya udah gw takut ganggu lu kerja. Sampe ketemu nanti.
- Oke.
Kenan mengakhiri panggilannya dan segera menelpon istrinya untuk memberitahu kedatangan sahabatnya.
- Halo Mas.
- Sayang nanti ajak Dena ke restoran ya.
- Kenapa?
- Mas mau ajak Fahri kesana, katanya mau dikenalin.
- Emang orangnya udah disini?
- Udah kok, tadi barusan telepon Mas.
- Ya udah nanti aku suruh dia datang.
- Kamu lagi apa?
- Lagi liat-liat laporan aja.
- Jangan cape-cape sayang.
- Engga kok Mas ga cape.
- Ya udah Mas kerja lagi ya.
- Iya Mas.
Jesica menutup teleponnya sambil senyum-senyum. Dia senang Kenan perhatian seperti ini. Jesica mengalihkan pandangannya ke Laptop dan segera mencari tahu tentang program kehamilan. Ini adalah kado untuk suaminya jadi dia ingin sesegera mungkin mewujudkannya. Dia tak mau membuat Kenan menunggu terlalu lama karena dia tahu hasrat Kenan untuk memiliki momongan sudahlah tinggi. Kenan cenderung menyukai anak kecil dan kalo dipikir-pikir hampir semua keponakannya akrab dengan Kenan.
*****
Jesica sudah berkumpul dengan Dena dan Katerina di restoran miliknya. Kini mereka tengah mengobrol seru tentang rencana pernikahan katerina yang sebentar lagi akan diselenggarakan sementara Lala absen hadir untuk kali ini.
"Hai sayang..." Kenan langsung mendekap istrinya ketika sampai di tempat duduknya dengan mesra.
"Udah makan?"
"Udah Mas."
"Ga angkat-angkat yang berat-berat kan?"
"Engga Mas."
"Dingin gini ga pake jacket." Kenan melepas jas nya lalu memberikan pada Jesica.
"Mas malu diliatin Dena sama katerin." Jesica melirik kedua sahabatnya.
"Malu segala, gapapa kan ya?" Kenan bertanya pada kedua sahabat istrinya.
"Iya ka, ngapain sih malu-malu segala." Dena menjawab meskipun dia heran dengan tingkah Kenan. Sebegitunyakah Kenan mencintai Jesica?.
"Aku udah masakin makanan kesukaan Mas."
"Makasih sayang." Kenan mencium kening Jesica.
"Duh Liat yang mesra-mesraan gw jadi panas sendiri. untung aja lu ga sama Alex Kat..." Dena komentar lagi.
"Makannya nikah sana." Jesica meledek.
"Gimana persiapannya Kat?"
"Udah ready semuanya Ken, tinggal nunggu hari H aja."
"Cie...Mau jadi nyonya Hartigan." Kenan menyebutkan nama belakang Alex membuat pipi katerina sedikit merona.
"Alex kapan pulangnya sih Ken?"
"Lusa juga pulang kok Kat, tenang aja."
"Bukannya calon pengantin ga boleh pergi-pergi?" Dena ikut berkomentar.
"Ga tau tuh, Alex udah dibilangin tetep keras kepala." Keterina tampak kesal.
"Iya nanti gw bilangin." Kenan membela untuk memperbaiki mood Katerina.
"Kenan..." Panggil seseorang dari kejauhan dan sontak semua yang dimeja menoleh ke arah yang memanggil. Itu Fahri. Dilihat dari wajahnya Fahri adalah sosok yang kalem dengan wajah sedikit kearab-araban.
"Na, mantep nih." Katerina memperhatikan orang yang kini sedang berjalan ke arah meja mereka.
"Kirain tersesat lu." Kenan memeluk sahabat jauhnya itu ketika sampai dimeja mereka.
"Nih kenalin, istri gw sama temen-temennya."
"Fahri." Lelaki itu dengan cepat memperkenalkan diri dan menjabat tangan satu per satu teman barunya itu.
"Ini calon istrinya Alex." Kenan memperkenalkan lebih detail soal katerina.
"Duduk, makanannya udah disiapin nih." Kenan sambil menunjukkan tempat duduk disamping Dena.
"Iya makasih Ken."
"Denger-denger punya cafe di Jogja ya?Jualnya makanan khas sana?" Jesica memulai obrolan sambil makan.
"Iya punya ka tapi paling jualan makanan cemilan modern gitu makanan berat juga paling nasi sama ayam atau steak kalo makanan khas beberapalah ada.."
"Cafe nya bagus loh sayang."
"Kapan-kapan main kesana, nanti kasih diskon." Fahri dengan semangat.
"Iya tuh Na main sana ke Jogja." Katerina mulai mengusik Dena yang daritadi belum berbicara.
"Oh Dena mau ke Jogja?" Tanya Fahri langsung memandang sosok Dena yang entah kenapa terbungkam dengan ketampanan sang pangeran Arab.
"Iya, makannya temenin ya kalo Dena kesana." Katerina langsung menjawab padahal temannya yang ditanya.
"Eh kita enaknya panggil apa ya, Fahri, Ri atau apa?"
"Dia senengnya dipanggil Abang, Abang Fahri." Kenan menjawab pertanyaan istrinya membuat Fahri tersenyum-senyum. Alhasil Fahri pun akhirnya dipanggil Abang oleh teman-teman Jesica. Sepertinya Fahri sendiri sudah memiliki rasa penasaran terhadap sosok Dena yang masih saja sibuk dengan makanannya padahal dalam hati kecil Dena dia kebingungan harus berkata apa untuk memulai percakapan dengan Fahri.
******To be Continue