Ayah dan ibu Tasia saling menatap. Lalu mereka membelai kepala putri sematawayangnya "Ketika kau merasakan cinta dan kebahagiaan, maka itu adalah rumahmu, Tasia." Ucap sang ibu.
Tasia merenung. Masalahnya, ia tidak dapat mengingat apa yang ada di dunia yang telah ia tinggalkan. Selain anak-anak yang ia lahirkan, tidak ada hal lain lagi yang menjadi alasan untuk menganggap tempat itu adalah rumahnya.
Mata keempat anaknya terus menatap Tasia. Rasanya ia tidak mungkin tega meninggalkan mereka. Namun sejatinya Tasia sudah meninggal. Sebenarnya, anak-anak itu harus menerima takdir mereka, yaitu tidak memiliki seorang ibu.
Tasia terus menatap wajah anak-anaknya lekat. Melalui wajah lucu mereka, rasanya ada sebuah perasaan yang bertalu-talu di hati Tasia. Sesuatu yang tergambar di wajah anak-anaknya membuat hati Tasia berdenyut. Tiba-tiba ia merindukan sesuatu yang entah apa.. atau siapa. Hal itu membuat air mata Tasia kembali mengalir.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者