Memang adik kurang ajar.
"Hahhh.." Keluh Rangin. Ia benar-benar sedang kelelahan. Namun adiknya yang adalah pria penyayang istri nomor satu di seantero lautan nampaknya tidak perduli sama sekali pada kondisi kakaknya. Yang ia pikirkan hanyalah permaisuri tercintanya saja.
"Aku akan memberikan apapun sebagai imbalannya. Ilmu ini harus dibuat secepatnya." Ucap Hadyan lagi. Rangin hanya bisa menatap malas padanya. Serasa ingin mengumpat di dalam hati.
Kedua pria bertubuh tinggi besar itu tiba di sebuah ruangan aula yang sangat megah. Sesungguhnya aula tersebut adalah tempat berlatih bagi para pangeran. Namun berhubung di istana itu tidak ada pangeran.. atau lebih tepatnya, belum ada anak-anak. Maka aula tersebut selalu sepi. Sebenarnya Hadyan memimpikan bisa berlatih dan mengajarkan anak-anaknya bertarung di aula itu. Namun entah apakah akan terwujud atau tidak.
"Aku yakin kau masih ingat ilmu dasarnya, seperti yang sudah kau pelajari saat masih kecil." Ujar Rangin.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者