"Apanya yang video mesum! Udah cepat tunjukkan buktinya," ucap Ethan yang merasa tersinggung.
Dia terakhir kali menonton video begituan sewaktu kuliah dulu, tapi setelah itu, dia tidak pernah lagi menontonnya karena terlalu sibuk untuk membangun karirnya. Lalu wanita itu malah menuduhnya menyimpan video begituan! Apalagi di komputer kantor!
Sungguh perkataan yang menghina!
"Atau aku harus mencobanya ya? udah lama juga gak nonton," pikir Ethan tiba-tiba dan kemudian langsung menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri.
"Ya gak usah ngegas kalo gak ada! Bentar!" ucap Carolina kemudian langsung mengarahkan kursor untuk membuka web browser dan mulai mengetikkan sesuatu.
Ethan awalnya memang sudah mengira bahwa Carolina akan membuka penyimpanan Cloud miliknya, tapi dia langsung mengernyitkan dahinya karena bingung dengan apa yang sebenarnya dikerjakan oleh Carolina.
"Itu…," Ethan baru saja ingin bertanya, tapi Carolina langsung memotongnya, "Diam ah, jangan tanya-tanya!"
Ethan kemudian diam saja dan hanya terus memperhatikan layar monitor itu.
Setelah beberapa saat kemudian, Carolina sepertinya menemukan bukti itu, dan mengunduhnya.
"Bentar lagi di unduh, ngomong-ngomong kursi ini empuk juga, ya!" ucapnya kemudian mulai memutar-mutar kursi itu.
"Gue nanti beli kursi kek gini juga ah," pikir Carolina yang sudah jatuh cinta dengan kursi tersebut.
Ethan hanya diam saja dan mengangguk, kursi itu memang empuk dan nyaman.
"Oh, udah selesai," ucap Carolina kemudian mengarahkan kursor komputernya untuk membuka bukti itu yang dalam bentuk dokumen.
"Mana kalung gue?" tanya Carolina yang kemudian berdiri dari kursi itu, dan menyodorkan tangannya sekali lagi.
"Tunggu dulu!" ucap Ethan yang lagi-lagi langsung dipotong oleh Carolina, "Lo mau tarik ucapan lo yang tadi?"
"Bukan kok! Kan tadi perjanjiannya omongan kamu harus terbukti dulu. Jadi aku harus memeriksa dokumen kamu terlebih dahulu," ucap Ethan kemudian kembali duduk di kursi kulit itu.
"Oke, silakan," ucap Carolina kemudian kembali duduk di sofa ruang tamu kecil yang berada di situ.
"Kamu masih mau di sini? Bukankah kamu ada kerjaan, ya?" tanya Ethan yang menatap Carolina dengan heran.
"Kerjaan apanya! Gue cuma duduk diam doang di situ," batin Carolina. Dia sengaja tidak ingin mengatakannya karena mungkin Andi akan dimarahi oleh bosnya, dan setelah itu, orang-orang di sekitarnya akan mencibirnya dan mengecapnya sebagai pengadu.
"Yaudah, gue balik dulu. Jangan lupa kata-kata lo, ya! Awas aja!" ancam Carolina sebelum akhirnya membuka pintu ruangan itu dan melangkah keluar.
Begitu Carolina keluar, Agung langsung menatapnya, berusaha melihat apakah telah terjadi sesuatu pada wanita itu. Setelah melihat bahwa wanita itu baik-baik saja dan bahkan tersenyum mengangguk kepadanya, Agung bernafas dengan lega.
Bosnya tidak melakukan sesuatu pada anak magang itu!
Setelah Carolina keluar, Ethan kembali membaca dokumen yang baru saja diunduh oleh Carolina.
"Hmm… Sepertinya ini beneran, tapi mending tanya dulu sama yang ahlinya," pikir Ethan kemudian kembali memencet tombol interkom.
"Ya, pak Ethan?" tanya Agung.
"Tolong panggilkan orang dari tim khusus yang memeriksa Qi Inc.,"
"Baik,"
***
Knock… knock… knock…
"Masuk,"
Seorang pria yang berusia di akhir 30-an masuk ke dalam, pria itu sedikit terkejut melihat pria yang lebih muda darinya dan berambut merah sedang duduk di kursi milik ceo perusahaan. Terakhir kali dia datang ke sini, ceo perusahaan itu adalah seorang wanita paruh baya.
"Selamat pagi, pak. Bapak cari saya?" tanyanya kemudian setelah berjalan menghampiri pria itu.
"Kamu…?" tanya Ethan.
"Aku yang dari tim khusus, pak. Ada yang bisa kubantu?" tanya pria itu memperkenalkan dirinya.
"Apa kamu yang memeriksa Qi Inc?" tanya Ethan
"Ya, apa ada yang salah?" tanya pria itu bingung. Dia telah memeriksa Qi Inc dan tidak ada masalah yang serius dengan perusahaan tersebut.
"Apa kamu yakin mereka tidak terlibat dengan pencucian uang?" tanya Ethan lagi.
"Eh?"
"Coba kamu periksa ini," ucap Ethan kemudian memutarkan monitor itu agar pria itu dapat membacanya.
Pria itu awalnya tampak bingung, tapi dia tetap membacanya dokumen di layar monitor itu.
Setelah selesai membaca dokumen itu, pria itu bertanya, "Ini… dari mana bapak mendapatkannya?"
"Kenapa? Apa ada yang salah dari apa yang dikatakan oleh dokumen ini?" tanya Ethan. Menurut dia pribadi, bukti yang diberikan oleh Carolina terlalu rinci, kuat, jelas dan tidak tampak seperti kebohongan, tapi bagaimana pun, Ethan bukan ahlinya, jadi dia ingin meminta pendapat dari yang ahlinya.
"Tidak kok! Tidak ada yang salah! Bukti yang dikatakan di dalam laporan ini terlalu sempurna untuk dibilang ini palsu, tapi…" ucap pria itu menggantungkan kalimatnya, seolah-olah ada sesuatu yang tidak bisa dia percaya.
"Tapi..? Apa? Coba jelaskan!" ucap Ethan tak sabar.
"Cara penulisan laporan seperti ini, sama seperti laporan yang sering dibuat oleh FA," ucap pria itu yang masih takjub dengan hasil laporan yang berada di depannya.
"Siapa?" tanya Ethan lagi.
"FA! Hacker terkenal saat ini! Dia sudah seperti dewa di kalangan hacker lainnya! Apa tawaran bapak berhasil dilirik oleh FA? Cara kalian berkomunikasi seperti apa?" tanya pria itu bersemangat. Sebagai seorang hacker, dia tentu saja mengenal FA, seperti para hacker lainnya. Dia bahkan mengidolakan orang itu dan berharap suatu hari nanti bisa saling berkomunikasi meski hanya lewat chat.
Ethan menatap pria itu dengan tatapan bingung, pria itu tiba-tiba jadi bersemangat ketika membicarakan FA.
Tapi kalau memang dokumen ini adalah hasil laporan yang dibuat oleh FA, si hacker terkenal seperti kata pria itu.
Apa itu berarti… si anak magang tadi adalah FA?
Meski awalnya bingung dengan apa yang dikerjakan oleh Carolina di komputernya, tapi dia bisa dengan jelas melihat bahwa Carolina mengunduh dokumen itu dari penyimpanan cloud.
"Coba ceritakan dengan jelas mengenai FA ini," ucap Ethan.
Pria itu kemudian menjelaskannya dengan semangat, mulai dari awal FA menjadi terkenal, serta perusahaan dan badan intelijen pemerintah yang hancur akibat ulah hacker itu.
Ethan mendengarkan cerita itu dengan seksama dan sesekali merasakan geli karena pria itu sudah seperti seorang fan yang menceritakan kelebihan idolanya.
"Lalu bagaimana cara bapak berkomunikasi dengan FA? Apakah ada jejaknya?" tanya pria itu setelah menceritakan mengenai FA.
"Hmm… ya, begitulah. Dia datang ketika aku memanggilnya," ucap Ethan. Carolina memang datang ketika dia memanggilnya, jadi dia sama sekali tidak berbohong soal itu.
Tapi setelah mendengar soal FA, Ethan yakin bahwa identitasnya tidak boleh sampai ketahuan. Jadi dia sengaja tidak mengatakan bahwa FA itu adalah anak magang yang baru masuk hari ini. Walaupun dia mengatakannya, belum tentu juga pria di depannya akan mempercayainya.
"Wah! Jadi bapak tinggal mengetikkan sesuatu di komputer, dan dia akan langsung datang menghubungi bapak?" ucap pria itu takjub.
Ethan yang tidak mengerti apa yang dikatakan pria itu, hanya mengangguk, "Ya, kamu bisa kembali bekerja,"
Setelah pria itu keluar, Ethan terdiam dan memikirkan kejadian yang baru saja terjadi.
Ethan kemudian kembali melihat dokumen laporan perusahaan Qi Inc.
Jika ada orang yang membuat laporan seperti ini mengenai NamTech dan menyerahkannya kepada kompetitor… dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi!
"Papa dan mama gak mungkin punya rahasia kotor seperti ini," pikir Ethan yang langsung membuang pikiran itu jauh-jauh. Dia mempercayai kedua orang tuanya.
Ethan kemudian mengarahkan kursornya dan membuka web browser yang tadi dipakai oleh Carolina.
Dia lalu mencoba untuk melihat riwayat pencarian dari browser tersebut, tapi hasilnya tidak ada! Riwayat pencarian terakhir yang muncul hanyalah minggu lalu, mengenai resep kue, Ethan langsung bisa menebak bahwa itu adalah pencarian yang dilakukan oleh mamanya.
Ethan terdiam sebentar dan mencoba untuk mengingat nama penyimpanan cloud yang sempat diketik oleh Carolina dan mengetiknya di mesin pencarian. Tapi hasilnya pencarian tidak ditemukan!
"Apakah wanita itu benar-benar hacker terkenal?" pikirnya.
Jika wanita itu memang adalah FA, si hacker terkenal, wanita itu adalah orang yang tidak boleh disinggung. Dia bisa menghancurkan siapapun kapan saja dia mau!
Ethan kemudian kembali memencet tombol interkom di atas mejanya.
"Tolong panggilkan anak magang itu ke sini," ucap Ethan yang langsung menutup panggilannya.
"Carolina Akai, siapa kamu sebenarnya?" pikir Ethan.
Halo semuanyaa~
Kaget ya ini baru hari senin tapi author udah update? xD
Jadi ada kabar baik buat kalian semua~
Author akan coba untuk update setiap hari senin-jumat karena kemarin di detik-detik terakhir cerita ini masuk 100 besar dalam power ranking :')
Jadi kalau kalian ingin agar author lebih semangat, jangan lupa untuk:
1. Memberikan power stone / batu kuasa.
2. Meninggalkan review/ulasan di halaman awal novel ini. Kalau kalian udah pernah ngasih review, kalian bisa kasi lagi, biar review yang diterima novel ini banyak, dan banyak pembaca baru yang mampir xD. Kalian juga bisa kasi kritik dan saran di sini.
3. Gift / hadiah. Jika kalian memiliki koin lebih *uhuk* kalian bisa memberikan gift / hadiah buat author, hehe
Tetap terus dukung author ya!
Salam,