webnovel

Asrama(1)

"Farel!! kamu sih yang membuat aku dicurigai oleh orang-orang, aku yakin bahkan diantara mereka ada yang mengira aku adalah orang gila." Nirmala berbisik dan kemudian dia sibuk dengan ponselnya. Nirmala kemudian mencari di google tempat yang disebutkan Farel tadi, dia kini sedang mencari asrama Farel sebenarya ada di daerah mana.

"Rel, kayaknya asrama kamu ada di kota Jakarta, jadi kita benar memilih bus ini. Farel memutar bola matanya. Ingin rasanya dia mengacak-acak rambut hitam Nirmala.

"Nirmala, kan aku sudah bilang kalau Asramaku ada di kota jakarta, tetapi aku tidak tahu alamat pastinya. Jadi setelah tiba di Jakarta nanti kita akan mencari alamat satu persatu sampai akhirnya kita menemukan asrama tempatku belajar." Nirmala mencoba bersikap sewajar mungkin karena beberapa orang sangat heran melihatnya sesekali berbicara sendiri, mereka mengira Nirmala menderita gangguan jiwa.

Nirmala akhirnya memejamkan matanya, kalau dia tidak melakukan hal itu, dia dan Farel akan terus mengobrol dan dia akan semakin dicurigai oleh orang banyak. Sementara Farel juga mencoba mengingat-ingat di mana dulu dia berada. Farel bahkan sesekali menghilang dan melihat sekitar tempatnya berada saat ini.

Setelah dua jam mobil yang Farel dan Nirmala naiki sudah memasuki terminal kampun Rambutan. Kedua anak remaja itupun turun dan mulai meninggalkan terminal, mereka berdua sepakat akan mencari dari sini dengan berjalan kaki.

"Farel, sekarang kita ke mana?" Nirmala merasa bingung dengan lokasi mereka berada saat ini. Nirmala terbiasa hidup di kampung dengan suasana yang tenang dan sepi membuatnya agak pusing dengan keramaian yang ada di depan matanya saat ini.

"Nirmala, sebaiknya kita mencari tempat untuk beristirahat sebentar. Kamu terlihat sangat lelah." Nirmala menganggukkan kepalanya dan mereka berdua mencari tempat berteduh, Jakarta sangat panas menurut Nirmala yang terbiasa hidup di kampung yang masih asri dan sejuk.

"Nirmala, kamu bawa minum kan?" Nirmala menganggukkan kepalanya lagi, dia merasa agak pusing karena belum bisa beradaptasi dengan udara di Jakarta yang sangat panas.

"Rel, setelah ini kita kemana?" Nirmala merasa ingin berbaring dan tidur sebentar.

"Kamu lelah ya?" Rafel melihat Nirmala mengangguk lalu dia menghilang. Beberapa saat kemudian, Farel kembali dengan senyum yang tersungging di wajah tampan pucatnya.

"Nirmala, kita kesana! di sana ada sebuah gazebo dan juga danau. Di sana juga sangat sepi dan sejuk. Kamu bisa beristirahat sebentar sebelum kita kembali melanjutkan perjalanan.

"Baiklah Rel, aku akan ikut apa katamu saat ini. Aku takut kalau aku nggak istirahat nanti malah akan sakit." Nirmala mengikuti Farel, setelah berjalan sebentar, Nirmala benar-benar menemukan sebuah tempat yang sangat nyaman. Nirmala meletakkan tas ranselnya dan menggunakannya sebagai bantal lalu berbaring dan memejamkan matanya. Farel kemudian duduk di sebelah Nirmala dan menjaga sahabatnya saat dia tertidur.

Sementara itu di kediaman keluarga Farel, kedua orangtua Farel baru saja selesai membersihkan tubuh putranya yng kondisinya masih tetap sama. Sudah satu mingu ini Farel akhirnya di bawa pulang oleh kedua orangtuanya karena dokter mengatakan kalau kondisi farel baik-baik saja. Semua lika di dalam paru-paru farel sudah dinyatakan sembuh dan keadaanya juga sehat, yang membuat dokter tidak mengerti adalah Farel tidak mau bangun. Jadi ketika Farel di bawa pulang pun dia tidak membutuhkan alat medis apapun. Farel seperti seorang pangeran yang terkena kutukan dan akan terbangun saat mendapatkan ciuman dari orang yang dicintainya.

"Ayah, bagaimana ini? sudah hampir satu bulan Farel belum terbangun juga?" Ibu Farel sangat sedih melihat keadaan putranya yang belum diketahui dengan pasti nasibnya.

"Sabar bu, seandainya Allah memang akan mengambilnya, setidaknya kita sudah berusaha menyembuhkannya semaksimal mungkin. Kita hanya bisa mengusahakan yang terbaik untuk saat ini."Ibu Farel mengangguk dan tersenyum kepada suaminya. Ibu Farel kemudian mencium kening putranya dan mereka berdua meninggalkan Farel di dalam kamarnya.

Di tempat lain, Nirmala yang sudah tertidur beberapa waktu akhirnya terbangun. Kini kondisi tubuhnya terasa lebih segar. Nirmala jarang bepergian jauh jadi munkin dia agak mabuk kendaraan tadi.

"Nirmala! kamu sudah terbangun?" farel sangat bahagia melihat Nirmala akhirnya terbangun. Farel sangat kesepian saat Nirmala tadi tertidur begitu lama.

"Maafkan aku Rel! aku benar-benar sangat lelah." Farel mengangguk dan dan tersenyum kepada Nirmala.

"Nirmala, aku sangat kesepian saat kamu tertidur tadi. Sekarang kamu pasti lapar kan? aku tahu di sana ada sebuah warung makan, hanya saja aku tidak bisa membelikanmu." Nirmala kemudian bangun dan duduk sebentar lalu turun dari Gazebo tempatnya berbaring tadi menuju warung makan yang ditunjukkan oleh Farel.

"Nggak apa-apa Rel, kalau kamu bisa beli aku juga tidak akan menyuruhmu membelikannya untukku. Bisa-bisa nanti kota ini geger karena ada suara tapi nggak ada wujud." Nirmala dan Farel tertawa bersama. Keduanya kini sudah menjauhi gazebo untuk menuju warung makan dan setelah sampai, Nirmala segera memesan makanan untuk sekedar mengisi perutnya yang lapar karena sejak pagi dia belum makan.

"Neng, kamu mau kemana? sepertinya neng bukan asli dari Jakarta." Ibu penjual nasi itu bertanya kepada Nirmala.

" Iya bu, saya sedang mencari sebuah asrama khusus untuk anak laki-laki di sekitar sini, apakah ibu mengetahui? atau setidaknya di mana asrama seperti yang saya cari itu berada." Pemilik warung itu menganggukkan kepalanya.

"Iya neng, disini juga ada, tetapi apakah Neng tahu apa nama Asrama yang neng cari?" Nirmala menggelengkan kepalanya karena dia sudah bertanya kepada Farel tetapi dia tidak tahu nama asrama itu. Farel hanya tahu ciri fisik dari asrama itu yang pagarnya bercat biru. Nirmala juga sudah memberitahu ibu pemilik warung yang kemudian tersenyum kepada Nirmala.

"Waah, kebetulan sekali neng, disini memang ada asrama seperti yang neng sebitkan, hanya saja ibu tidak tahu apakah asrama itu benar-benar yang neng cari atau bukan?" Nirmala mengangguk, dia sudah cukup bahagia dengan kabar dari ibu pemilik warung. Setelah selesai makan, Nirmala kemudian membayarnya dan segera menuju ke arah asrama yang di tunjukkan ibu pemilik warung itu.

Nirmala dan Farel akhirnya tiba di sebuah bangunan yang seperti di sebutkan Farel.

"Rel, apakah ini tempatmu menimba ilmu?" Farel menggelengkan kepalanya. Dia merasa apa yang dia lihat sama dengan tempat yang dia ingat, tetapi dia tidak merasa akrab dengan tempat ini.

"Memang seperti ini Nirmala, tetapi aku merasa aku tidak pernah berada disini." Nirmala yang sudah bersemangat menjadi down lagi saat ini.

"Lalu bagaimana Rel? apa yang harus kita lakukan sekarang?" Nirmala merasa sangat sedih melihat Farel juga mulai kesal.

"Nirmala, sebaiknya kita bertanya kepada penjaga itu, apakah asrama ini memiliki cabang di tempat lain!" Mendengar apa yang Farel katakan, Nirmala kembali bersemangat.

"Ah iya, kenapa aku tidak berpikir sampai ke sana? Pasti asrama ini memiliki cabang di tempat lain. Aku akan segera menanyakannya." Nirmala kemudian segera mendekati pintu gerbang dan bertanya kepada satpam apakah asrama ini memiliki cabang di kota lain.

下一章