Khanza masih gugup untuk memberikan jawaban yang tepat untuk pak Gibran. Dia pikir Devano yang meneleponnya karena sejak tadi dia terlalu terusik dengan pesan singkat Devano.
"Maaf, mas. Kupikir tadi guru lesku," jawab Khanza sekenanya.
"Guru les? Kenapa kau begitu marah menjawabnya? Apakah…."
"Tidak mas, tadi aku tidak sedang marah. Hanya sedikit tergesa-gesa sambil makan, jadi seperti orang marah."
"Kau yakin tidak ada yang disembunyikan?"
"Tidak, mas. Sudahlah, jangan dibahas. Ada apa kau menelpon?" tanya Khanza mengalihkan.
"Ah, tidak ada hal penting. Aku hanya ingin mendengar suaramu saja, kebetulan aku ada di luar jadi bebas menelponmu."
Khanza menghela napas lega karena pak Gibran tidak bertanya terus menerus secara detail akan nama Devano. Sehingga paling tidak Khanza tidak akan terus kesal. Mereka melanjutkan obrolan di telepon hingga petang kian menggelap. Khanza mematikan teleponnya karena dia harus kembali pulang.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者