webnovel

Mendadak Dinas

Ara dan Dariel baru saja selesai meeting bertepatan dengan jam pulang tiba mereka tampak berjalan bersama dengan Riko, Dikta, Alex sementara dari arah lain Kenan tampak berjalan santai.

"Ini bapak-bapak bukannya mau cuti masih disini aja." Protes Riko saat melihat adiknya.

"Iya Kak, ada yang ketinggalan." Kenan membuka pintu ruangannya dan segera mengambil barang yang tertinggal.

"Eh kak, itu Dirga udah dibawah Daddy liat."

"Dirga?." Ara heran karena hari ini dia tak ada janji dengan siapapun bahkan rencananya dia akan pergi dengan Dariel untuk menebus batalnya makan malam mereka beberapa hari yang lalu oleh karena itu Ara sengaja tak membawa mobil dan beralasan akan dijemput teman kampusnya.

"Iya, katanya mau ngasih apa gitu lupa Daddy."

"Cie, Dirga anaknya Lala Ken?"

"Iya Lex. Cocok kan mereka berdua?" Kenan membuat Dariel sedikit minder padahal sekalipun belum pernah Dariel melihat sosok Dirga hanya fotonya saja yang pernah ditunjukkan Ara.

"Cocok Ken.."

"Duh ponakan uncle banyak yang suka, tahu anaknya Pak Hakim?" Riko mengelus rambut keponakannya itu.

"Pak Hakim yang kerjasama iklan itu ?"

"Iya Ken pernah sekali ketemu Ara waktu meeting bareng sales marketing, Katanya Ara cantik. Hm...Ganesa namanya.."

"Ih apaan sih uncle.." Ara melirik-lirik kecil ke arah Dariel yang tak berkomentar apapun.

"Lumayan tuh usahanya oke Pak Hakim." Dikta ikut memuji.

"Eh Riel sekalian saya mau nanya soal temuan audit di Pekanbaru, kok bisa kecolongan sih Riel?" Kenan sedikit protes.

"Iya Pak, saya baru tahu laporannya kemarin. Besok saya ada rencana kesana bareng Pak Alex sama Pak Dikta."

"Udah tenang aja, gw sama Dariel nanti yang selesain lu cuti aja Ken."

"Duh Lex ga tenang gw kalo banyak kerjaan masih ngegantung."

"Kasian mommy dad.." Ara mendukung perkataan Alex.

"Ya udah sana kamu ke bawah kasian Dirga."

"Iya Dad.." Ara menuju ruangannya dulu untuk mengambil barang-barangnya sebelum menemui Dirga di lobi.

"Kalo gitu saya duluan ya pak."

"Iya hati-hati Riel." Jawab Riko sambil menepuk bahunya sebentar sementara Dariel langsung masuk kedalam ruangannya. Handphonenya bergetar tanda panggilan masuk.

- Halo.

- Kamu dimana?.

- Ini baru sampe ruangan.

- Kayanya kita harus batal pergi lagi, kak Dirga...

- Iya ga papa, kamu selesai-in dulu aja urusan kamu.

Dariel memotong kalimat Ara.

- Ya udah, nanti aku telepon lagi.

- Iya, bye..

Dariel mematikan handphonenya dengan rasa sedikit kecewa padahal besok dia akan pergi selama seminggu. Dariel mengambil tasnya lalu keluar.

"Riel, ga ikut futsal?"

"Duh gw ga bawa seragam Can."

"Ya balik aja bentar, anak-anak ngajakin tuh."

"Besok gw ada dinas Can.."

"Ya udah ikut nongkrong aja yuk sama yang lain."

"Ya udah ayo.." Dariel yang kebetulan gagal pergi mengiyakan Ajakan Chandra. Siapa sangka tempat mereka berkumpul sama dengan tempat Ara dan Dirga makan. Tampak Ara dan Dirga duduk sambil mengobrol entah membicarakan apa sementara Dariel yang semula tak sadar kini duduk menghadap ke arah Ara.

"Bagus ga?" Tanya Dirga sambil memperlihatkan designnya.

"Bagus.."

"Kamu suka yang mana?nanti aku bikinin."

"Bentar, aku liat dulu." Ara mengambil memmngambil tablet yang ada di tangan Dirga.

"Aku lebih suka warna yang soft, nih hijaunya bagus " Ara menunjukkan ke arah design sepatu berwarna hijau pastel.

"Kamu mau yang ini?"

"Iya kayanya bagus.."

"Ya udah nanti aku coba bikinin."

"Emang udah bisa sekarang?"

"Udah dong, sekarang aku udah punya tim yang komplit buat ngerjainnya."

"Wah hebat.."

"Makasih loh sama Oma kamu udah ngajarin, aku kasih hadiah apa ya Ra?"

"Oma pasti ga ngarep itu Kak, liat kakak berhasil pasti dia seneng."

"Udah ini anterin aku ketemu Oma kamu ya kita main aku juga pingin ngasih dia sepatu rancangan aku."

"Boleh-boleh..." Ara mengambil minumannya dan tak sengaja melihat ke arah Dariel yang sedang mengobrol dengan teman-temannya.

# Kamu ga pulang?katanya mau pulang.

ketik Ara mengirim pesan pada Dariel namun tak terlihat gelagat Dariel mengambil ponselnya.

"Riel...itu bukannya Bu Ara ya?" Sandi melihat sebentar ke arah Ara.

"Iya kayanya sih gitu."

"Kayanya itu pacarnya deh dari kemarin-kemarin gw sering liat dia di lobi."

"Iya kayanya." Dariel berkomentar singkat lagi sementara Chandra mulai melihat ekspresi wajah Dariel yang terlihat tak senang.

"Emang selera Bu Ara oke, tampilannya aja udah keliatan anak orang kaya ga abal-abal." Gio menambahkan komentar yang membuat Dariel sedikit minder.

"Hm..tes..tes.." Suara seseorang terdengar diatas panggung dan itu Dirga.

"Saya mau menyumbangkan sebuah lagu buat seseorang yang ada disana." Dirga dengan suara merdunya dan menunjuk ke arah Ara yang tampak cuek dengan sorakan para pengunjung sementara Dariel hanya memperhatikan Dirga di depan. Dirga mulai memainkan gitarnya dan menyanyikan lagu yang pertama kali Ara putar untuknya saat di kantor. Kahitna - Cantik. Dariel kembali mengobrol dengan teman-temannya dan tak sengaja melihat Ara yang kini terlihat merekam Dirga bernyanyi. Rasanya seperti ada api disekitar Dariel. Panas dan menyiksa membuat Dariel langsung melepaskan satu kancing bajunya.

"Ayo main Uno.." Ajak Chandra dan mulai mengocok kartu sementara Dariel sebenarnya sudah tak nyaman berlama-lama disana.

****

Hari ini tak ada Dariel di kantor membuat Ara kesepian, terakhir Ara menelpon kekasihnya itu tadi malam sepertinya Dariel tampak sibuk hari ini karena jam istirahat pun dia tak menghubungi Ara walaupun hanya untuk sekedar memberi kabar. Tiba-tiba ponsel Ara berbunyi membuat Ara segera mengangkatnya.

- Halo Ra hari ini aku jemputnya kaya biasa kan?

- Iya kak, jam 5 aja aku ga ada meeting kok.

- Mau kemana dulu?jalan-jalan?atau kamu cape?

- Jalan-jalan dulu yuk bentar, aku pingin beli baju baru.

- Oke, nanti aku tunggu di dalem mobil aja ya.

- Nanti kabarin kalo udah sampe dibawah.

- Iya ntar aku kabarin sekalian ada yang mau aku omongin.

- Omongin?apaan?

- Ya nanti aja ga enak kalo ngomong lewat telepon.

- Ish...aku ga suka kalo gini suka bikin penasaran.

- Soalnya penting, kalo lewat telepon aku ga nyaman.

- Penting?tuh kakak bikin aku makin penasaran.

- Sabar ntar juga tahu, tinggal beberapa jam lagi.

- Iya tapi nanti jadi kepikiran tahu lain kali ga usah ngomong deh kak.

- Eh kok malah kesel sih, maaf.

- Aku ga kesel kalo kakak kasih clue mau ngomong soal apa.

- Soal hubungan kita.

- Hubungan kita?

- Iya, udah deh nanti lagi ya ngobrolnya. Bye..

Dirga menutup teleponnya sementara Dariel yang sedaritadi mencoba menghubungi Ara tak pernah tersambung.

"Ara lagi ngapain sih?." Dariel menyimpan ponselnya lagi.

****To be continue

下一章