06 | W E R E W O L F
Setelah semua persiapan selesai, Alexis melangkah keluar kamarnya. Di tangan kanannya memegang ganggang sabit berukuran besar yang sama sekali tak cocok dengan ukuran tubuhnya, ia menopang sabit itu di punggungnya sementara satu tangannya yang bebas memainkan jemarinya di atas layar smartphone.
Alexis masih saja penasaran tentang hal-hal yang membuat lelaki tak begitu bersemangat. Sambil terus menyelam di pencarian Google, gadis itu terus melangkahkan kakinya menuju ke bagian belakang mansion megah milik Daniel yang selama ini ia tinggali.
Di belakang rumah, Daniel sudah bersiap dengan 'katana-sekali-tebas' yang terpasang di pinggangnya, sedangkan Reinhard sedang mengecek ulang senjata mistisnya yang berbentuk mirip dengan sniper jaman perang dunia kedua itu.
Reinhard memandang Alexis dengan tatapan yang tak bersahabat. "Apakah kau memiliki masalah dengan pencernaanmu hingga memakan waktu lebih dari satu jam hanya untuk bersiap-siap?"
Alexis memasukkan ponsel genggamnya ke dalam kantung yang terdapat di bagian dalam jubah hitam yang ia kenakan. "Kau memang tak pernah mengerti wanita. Itulah sebabnya sampai sekarang kau masih jomblo."
"Bukankah tadi siang kau yang kebingungan? Maksudku, sampai kau bertanya apakah aku mencintaimu." balas Reinhard yang sepertinya selesai dengan senjatanya.
"Jadi, apa kau mencitaiku?" tanya Alexis dengan mata berbinar. Sepertinya ia terlihat senang, namun baik Reinhard maupun Daniel juga tahu bahwa Alexis sepertinya masih kebingungan dengan kata 'cinta' itu sendiri.
Reinhard memasang ekspresi seperti ingin muntah. "Mencintaimu? Lebih baik aku menggali kuburan Marilyn Monroe dan bercinta dengannya."
Daniel membuka pintu mobil dan masuk duluan. "Sudahlah, kalian bisa saling merayu lagi saat pekerjaan kita sudah selesai."
"Hey, siapa yang saling merayu?!" protes Reinhard.
Alexis melangkahkan kakinya melewati Reinhard dan duduk di sebelah Daniel, sedangkan Reinhard duduk di kursi belakang. Hari ini, tepatnya malam ini, mereka akan melaksanakan perburuan terhadap bangsawan vampire bernama Vincent Von Dutch. Salah satu bangsawan vampire yang paling benci dengan keberadaan Daniel.
Seperti yang kalian tahu, Daniel bukanlah berasal dari keturunan murni vampire, melainkan vampire yang dulunya adalah manusia. Meskipun kemampuan yang dimiliki Daniel telah diakui oleh tiga raja besar vampire itu sendiri, Vincent tetap tak ingin mengakui Daniel sebagai salah satu bangsawan di Trinity Kingdom.
Kalau mau dibandingkan, mungkin Daniel memang selevel di atas para bangsawan vampire lainnya dalam hal kemampuan bertarung. Tentu saja, dengan kemampuan memanipulasi waktu, memberhentikan waktu selama empat detik, ditambah dengan kemampuan fisiknya yang meningkat drastis pasca berubah menjadi vampire.
Dan jangan lupakan senjata mistis yang selalu ia bawa kemana-mana, yaitu 'pedang sekali tebas', pedang yang bisa membunuh siapapun walau hanya tergores sedikit karena di dalamnya terdapat kututkan kuno yang sangat kuat.
Walau satu-satunya vampire yang bisa menandingi kemampuan bertarung Daniel hanyalah Saveroth si perdana mentri, tapi mereka berdua belum pernah benar-benar bertarung. Karena bagi Daniel, belum saatnya menghadapi vampire yang memiliki kekuatan unik seperti Saveroth untuk saat ini. Yang ingin ia lakukan hanyalah membasmi para bangsawan satu persatu.
Tapi, asal-usul mengapa Daniel bisa menjadi vampire bangsawan dan bahkan memiliki senjata mistis yang sangat kuat masih menjadi sebuah misteri. Hanya sedikit informasi mengenainya, seperti orang yang mengubah Daniel menjadi vampire adalah seorang bernama Juliette. Wanita yang pernah berkunjung ke kediaman Daniel saat ia sedang berbelanja dengan Mikaela.
Juliette adalah sosok yang paling misterius. Wanita itu bukanlah bangsawan vampire, namun tiga raja besar vampire Kovak, Sovak dan Novak terlihat seperti tidak ingin mencari masalah dengannya. Walau belum ada yang mengetahuinya, bahwa Juliette sendiri itu bukanlah vampire, melainkan ras yang lebih tua dari vampire itu sendiri, yaitu ras dracula.
Bisa dibilang, rasnya merupakan nenek moyang dari vampire. Dan Juliette adalah satu-satunya ras dracula yang tersisa. Dan tidak ada yang mengetahui identitas asli Juliette selain dirinya sendiri dan juga Daniel. Daniel menyadari, selama ia belum bisa lebih kuat dari Juliette, ia tidak akan pernah bisa lepas dari belenggu wanita itu.
Dan alasan mengapa Daniel yang notabene dulunya adalah seorang manusia sampai mau masuk ke dalam politik kerajaan vampire adalah berkat Juliette. Entah apa yang direncanakan wanita itu.
Lalu sekarang, Daniel, Alexis dan juga Reinhard berada dalam satu mobil menuju ke tempat mereka akan mengeksekusi Vincent.
"Setiap kali kita pergi untuk berburu vampire, aku jadi teringat pertama kali kita melakukannya." cerocos Alexis yang duduk di belakang. "Saat itu, vampire pertama yang kita bunuh adalah mantan majikanku. Aku tidak ingin mengingat namanya lagi, hal itu membuatku ingin muntah setiap saat."
Reinhard mendengus. "Jika kau tidak ingin mengingat namanya lagi, kenapa kau membahasnya duluan?"
"Sebenarnya, hal yang sudah lama ingin kutanyakan adalah ... Daniel, kau ingat saat kita menyelesaikan perburuan pertama kita pada hari itu, aku merasakan kehadiran seseorang. Atau lebih tepatnya sesuatu. Sesuatu itu mengawasi kita dari jauh, bentuknya seperti serigala tapi ukurannya seperti beruang grizzly, memiliki mata merah dan menatapmu dengan penuh kebencian. Sebenarnya, apakah hewan juga bisa berubah menjadi vampire? Tapi, aku tak merasakan niat haus darah dari serigala itu. Namun tetap saja, dia menunjukkan taringnya ke arahmu. Apakah hewan yang berubah menjadi vampire malah membenci para vampire? Ironis."
Bukan hanya Reinhard yang pusing mendengar ocehan Alexis. Namun, Daniel merasa, karena kebetulan sedang dibahas dan juga lokasi perburuan mereka kali ini cukup jauh, mungkin tidak ada salahnya menceritakan sedikit hal kepada Alexis.
Daniel membelokkannya di ujung persimpangan. "Serigala yang kau lihat bukanlah hewan yang berubah menjadi vampire. Lagi pula, para vampire hanya tertarik dengan darah manusia, mereka tidak memiliki fetish terhadap hewan. Dan juga, vampire tidak bisa mengubah manusia menjadi vampire, hal itu hanya bisa dilakukan oleh ras yang lebih kuno dari mereka, yaitu ras drakula."
"Jadi, sebenarnya Juliette adalah ras dracula, bukan vampire?" tanya Alexis bersemangat.
Sebenarnya Daniel membenci nama Juliette jika disebut-sebut, karena sampai sekarang ia masih belum bisa lepas dari jeratan wanita itu. "Jadi, serigala itu masuk jenis apa? Aku tak akan percaya jika itu hanyalah serigala biasa yang kebetulan tumbuh lebih besar."
"Mereka adalah ras werewolf. Manusia-serigala. Mereka adalah musuh bebuyutan para vampire. Mereka adalah lawan yang merepotkan karena bisa berubah bentuk dari tubuh manusia sampai ke serigala berukuran tak masuk akal yang memiliki kekuatan dan kecepatan yang tinggi sesuka hati. Layaknya vampire, mereka juga memiliki raja dan beberapa jendral. Masing-masing jendral membawahi pasukan yang biasanya berisi empat sampai lima orang, dan pasukan itu disebut 'pack', seperti sebutan kompi dalam kemiliteran. Para jendral disebut [Alpha], sedangkan bawahan mereka disebut [Beta]. Untuk rajanya sendiri, aku tidak tahu mereka menyebutnya dengan sebutan apa. Yang jelas, jika membandingkan kekuatan tempur, aku bisa mengatasi sebuah pack yang berisi seorang [Alpha] dan lima orang [Beta] sendirian. Namun jika dikepung oleh dua atau tiga pack sekaligus, aku tidak yakin."
Alexis mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi, jika mereka memang musuh alami vampire, kenapa aku tak pernah melihat mereka berperang melawan vampire selama ini?"
Daniel kembali membelokkan mobilnya. Kali ini mereka sudah memasuki wilayah kekuasaan Vincent Von Dutch. Setiap bangsawan vampire memang memiliki daerah otonom masing-masing yang bisa mereka kelola sesuka hati.
"Pemimpin mereka, Aaron Coldnight, pernah bertarung habis-habisan dengan Sovak, Kovak dan Novak. Dia berhasil menekan ketiga raja vampire itu sendirian. Namun, setelah tiga bulan penuh pertempuran itu tidak selesai, mereka akhirnya membuat semacam kesepakatan. Bisa dibilang perjanjian damai, karena pertempuran mereka membawa malapetaka bagi kedua belah pihak. Perjanjian itu cukup sederhana. Selama tidak ada vampire yang memasuki wilayah kekuasaan werewolf, maka tidak akan terjadi apa-apa. Sebaliknya juga begitu."
"Mmmm ... " Alexis menggumamkan sesuatu. Gadis itu sepertinya sedang berpikir keras. "Kalau mereka adalah musuh abadi vampire, berarti mereka berada di pihak manusia?"
"Bisa dibilang begitu. Aku belum pernah mendengar kabar bahwa ada werewolf yang memangsa manusia. Aku pernah menyusup ke wilayah kekuasaan mereka sebelumnya bersama Juliette untuk mendapatkan senjata mistis yang kupegang sekarang. Walau sekilas, namun aku bisa merasakan di dalam sana, terdapat banyak manusia dan mereka hidup dengan cukup rukun. Dan aku juga melihat ada seorang anak dari perkawinan werewolf dan manusia. Kalau vampire dan werewolf hidup abadi sampai mereka dimusnahkan, anak campuran manusia dan werewolf itu mungkin tidak ada bedanya dengan manusia biasa dalam masalah jangka hidup. Yang membedakannya dengan manusia biasa adalah kekuatan fisik. Meskipun tak bisa berubah menjadi sebentuk serigala, namun kekuatan fisiknya di atas manusia rata-rata."
"Kalau aku bertarung dengan manusia setengah werewolf itu, kira-kira siapa yang akan menang?" tanya Alexis sambil memajukan tubuhnya hingga sejajar dengan posisi Daniel dan Reinhard yang duduk di kursi depan.
Reinhard mendorong wajah Alexis dengan telapak tangannya agar gadis itu kembali ke belakang.
Daniel menghentikan mobil tepat di pinggir tebing. "Mungkin kalian akan seimbang. Tinggal dilihat, mana yang memiliki hasrat untuk membunuh yang lebih kuat, itulah yang akan menang. Tapi kusarankan jangan pernah bermasalah dengan mereka. Satu-satunya hal yang cukup baik dari mereka adalah, mereka tidak menganggap manusia sebagai musuh. Jadi, aku tak ingin ada yang mengubah persepsi itu. Karena jika mereka juga balik menyerang manusia, aku yang akan kerepotan sebagai satu-satunya vampire yang berpihak pada manusia. Mengerti maksudku?"
Alexis mengangguk mengerti. Mereka bertiga pun turun dari mobil. Dari pinggiran tebing itu, terlihat sebuah rumah mewah yang ukurannya mungkin lebih besar daripada mansion milik Daniel di bawah sana. Itu adalah tempat di mana Vincent berada.
Perburuan malam ini pun dimulai.
***