webnovel

Bunga Mawar di Malam Hari

編輯: Wave Literature

"Kakek, cucu kesayangan kakek di sini. Aku bermarga Xia, dia bermarga Jing. Memangnya kita bisa menjadi satu keluarga?" Tiba-tiba terdengar suara memikat yang tidak lepas dari suara nyaringnya. Seorang wanita yang melakukan sesuatu dan berkata apa pun tanpa memikirkan perasaan orang lain. Dia berkata apa yang ingin dikatakan dan melakukan sesuatu yang ingin dirinya lakukan. Tidak hanya kepribadiannya yang ingin dilihat oleh orang lain, penampilannya pun juga begitu. Dia begitu cantik dan memesona, mirip seperti bunga mawar yang mekar di malam hari. Wanita itu adalah sepupu Jing Wushuang, Xia Ziwei.

Sejak kecil, Xia Ziwei selalu begitu, dia tidak berhenti mengulang-ulang kalimat ini. Dia selalu mengingatkan Jing Wushuang kalau dia bermarga Jing. Dia juga sangat bersikeras agar sepupunya itu tidak menjadi satu bagian dalam keluarga ini.

"Wei wei, mengapa kamu bicara seperti itu? Kamu sudah dewasa. Mengapa bicaramu sama sekali tidak beretika? Entah bermarga Jing atau Xia, Wushuang tetap keluarga kita. Aku sudah bicara denganmu berulang kali." 

Seseorang yang berbicara baru saja adalah bibi Jing Wushuang, Liu Yun. Sejak kecil, Xia Ziwei selalu menggoda sepupunya itu, sementara Jing Wushuang yang saat sedang bermain di pinggir taman, tidak terlalu memedulikannya. Semua orang berkata kalau perasaan anak kecil adalah yang paling nyata dan jujur. Sejak dulu, Jing Wushuang sudah mengetahui kalau dia selalu digoda oleh Xia Ziwei, hanya saja dia tidak peduli akan hal itu karena dari awal dia selalu berada di bawah pengawasan orang lain.

Awalnya, Jing Wushuang tidak mengerti. Darah kakeknya mengalir di tubuh dirinya dan Xia Ziwei. Menurut hubungan darah, Xia Ziwei dan dirinya adalah sama. Lalu dia berpikir, kenapa hanya karena sebuah marga bisa serumit ini?

"Wei wei, aku tidak ingin mendengar ucapan seperti ini lagi," ucap Xia Jingshan. Wajahnya sudah seperti tertutupi oleh awan gelap. Dia bukannya tidak tahu kalau kedua cucu perempuannya ini sudah tidak akur sejak kecil. Jing Wushuang seorang yang pendiam, sedangkan Xia Ziwei selalu ingin menunjukkan dirinya. 

Ketika Jing Wushuang masih berusia dua tahun, dia selalu menahan dirinya ketika berhadapan dengan Xia Ziwei. Pernah suatu ketika, Xia Ziwei yang periang dan ceria bermain pentas sana sini. Ketika dia mendapat pujian dari keluarganya, dia selalu memandang Jing Wushuang dengan tatapan yang provokatif.

Jing Wushuang termasuk menjadi seorang putri kecil hebat yang terlahir dari keluarga yang tidak utuh. Karena hanya memiliki seorang ibu, dia hanya bisa melihat dengan diam di sudut. Dia tidak menangis, maupun tidak meracau. Setiap kali melihat tatapan cucunya itu yang penuh harap, hati Xia Jingshan seketika sakit hati.

Ketika Jing Wushuang masih sangat kecil, dengan matanya yang bulat seperti anggur, gadis kecil itu akan mengalungkan tangannya di leher Xia Jingshan dan berkata, "Kakek, anak yang tidak memiliki ayah dan ibu di sampingnya adalah anak tidak mempunyai keinginan apa-apa. Aku akan baik-baik saja."

Xia Jingshan selalu memperlakukan Jing Wushuang sebagai cucu kesayangannya. Dan dari waktu ke waktu akan selalu menjadi kesayangannya. Dia juga selalu memberi banyak cinta dan kasih sayang pada anak yang pintar ini.

Sejak kecil, Xia Ziwei menjadi anak yang posesif dengan egonya yang tinggi. Dia merasa semua tanaman dan bunga yang ada di rumah ini adalah miliknya. Hingga datanglah seorang gadis kecil yang lemah dan lembut yang merebut cinta kakek dan ayahnya. Bahkan ayunan di luar sana yang secara khusus dibuat oleh ayahnya juga harus berbagi dengan Jing Wushuang. Lupakan kalau anak itu bermarga Xia, tapi dia justru bermarga Jing. Karena itu, dia diam-diam mempermalukan sepupunya itu dan membuatnya kesusahan. Dari hal sekecil itu, konflik pun muncul. 

Xia Ziwei memerhatikan wajah kakeknya yang kaku. Seperti anak yang blak-blakan, dia langsung meringis seolah tidak terjadi apa-apa dan berkata, "Memangnya aku tidak boleh hanya bercanda? Apa jangan-jangan aku bukan cucu kesayangan kakek?"

Jing Wushuang pura-pura tertawa. Dia sudah terlalu sering mendengar perkataan semacam ini hingga membuatnya mati rasa. Dia pun memanggil bibinya dan sepupunya untuk duduk di samping kakeknya. Dia juga menyeduh teh kungfu dan mengobrol santai dengan mereka. Tidak lama kemudian, akhirnya wajah Xia Jingshan kembali tertawa.

Tapi, di mata Xia Ziwei, dia paling membenci Jing Wushuang yang seperti saat ini. Sepupunya itu selalu berpura-pura nurut dan mencoba menarik hati dari keluarganya, seolah membuat dirinya menjadi anak nakal tanpa didikan orang tua. Ketika dia baru saja kembali dari luar negeri, kakeknya sangat bahagia. Dan sebelum Jing Wushuang datang, dia lah yang menjadi kesayangan kakeknya. Setibanya sepupunya itu di sini, dia menjadi seperti bukan siapa-siapa. Tidak mungkin dia tidak marah akan hal ini.

---

Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.

Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.

Terimakasih atas pengertian Anda.