Aiyin masih terus memohon pada bibi Nesa untuk tidak membuatnya menikah dengan pria asing itu.
walaupun ia tahu bahwa apa yang ia lakukan saat ini semuanya akan sia-sia.
"Bibi aku mohon, aku masih mau sekolah bibi. ujian kelulusan ku seminggu lagi, mana mungkin aku menikah? aku berani bersumpah bahwa aku tidak melakukan apa-apa dengan pria itu, aku hanya menolongnya saja."ucap Aiyin dengan deraian air mata, tapi hati bibi Nesa tidak tergerak sama sekali.
mana mungkin ia melepaskan ikan yang coba ia tangkap selama bertahun-tahun, itu lepas begitu saja.
"Konyol!!"ucap Nesa pada Aiyin sambil tersenyum jahat.
"Aku mohon bi, aku mohon."
Aiyin menarik kaki Nesa, dengan terus mohon.
"Jangan konyol kamu Aiyin,Aku yakin kau tahu semua itu tidak mungkin aku lakukan. tapi aku bisa membantumu mengikuti ujian Nasional tanpa ketahuan bahwa kau telah menikah,"
Aiyin tercengang mendengar perkataan bibi Nesa yang begitu kejam padanya.
namun itu adalah kesempatan terakhirnya untuk bisa mendapatkan ijazah SMA.
"Kau tahu bukan apa yang aku inginkan, keponakanku sayang?"
Aiyin menganggukkan kepalanya, dengan air mata yang terus mengalir.
hanya itu yang bisa ia lakukan, jika ia punya ijazah SMA, setidaknya ia masih bisa melanjutkan kuliahnya dan dengan ijazah SMA ia masih bisa mendapatkan pekerjaan yang layak nantinya.
Nesa pergi untuk mengambil berkas yang telah lama ia siapkan untuk Aiyin, lagi pula Aiyin sudah dewasa untuk menyerahkan semua kekayaan keluarganya.
Aiyin melihat pria itu yang bahkan tidak teriak sedikitpun ketika di pukuli oleh warga dan tatapan pria itu malah terus tertuju padanya.
hati Aiyin sakit melihat pria yang ia tolong harus terluka lagi.
"Padahal lukanya belum sembuh,"gumam Aiyin lalu menundukkan kepalanya di lantai dan menangis tersedu-sedu.
Aiyin yang sedang menangis terkejut ketika, Nesa menyentuh kepala Aiyin dengan kakinya.
"Bangun,"ucap Nesa lalu memberikan berkas itu pada Aiyin.
Hati Aiyin lebih sakit lagi ketika di perlakukan dengan tidak baik oleh bibinya.
'Lagi pula hanya sebuah harta, untuk apa aku bersikeras mempertahankannya jika harus mengorbankan hidupku. Maafkan aku mama, papa. aku yakin kalian pasti akan mengerti dengan keputusanku ini, mungkin semua ini adalah takdirku.' batin Aiyin sambil melihat kearah pria itu yang telah terluka cukup parah.
"Cepat tanda tangan dan pria itu akan aku bebaskan."
Aiyin pun mengambil pena yang di berikan oleh Nesa padanya.
setelah selesai menandatangani berkas pengalihan harta itu, bibi Nesa tersenyum puas dan senang.
"Jika selama ini kau patuh padaku, mungkin aku tidak akan sekeras ini padamu. tapi karena kesempatan untuk membuang mu telah tiba, nikmatilah hari-hari berikutnya dengan indah."
Nesa pergi bicara dengan kepala desa, lalu meminta mereka untuk melepaskan pria itu karena besok ia akan menikah.
dengan berbagai alasan dan rayuan dari bibi Nesa masyarakat pun bubar dan melepaskan pria itu.
Nesa mendekati pria itu yang sudah berlumuran darah, ia pun berjongkok tepat di hadapan pria itu.
"Pria yang tampan, bahkan wajahnya yang penuh luka tetap saja tampan."gumam Nesa dengan senyum jahatnya.
pria itu memalingkan wajahnya dari Nesa, Nesa tidak perduli dan meninggalkannya sendirian lalu masuk kedalam rumah.
sementara Aiyin masih duduk menangis di lantai.
pria itu berusaha bangkit namun ia terjatuh lagi karena tubuhnya yang penuh luka bekas pukulan warga.
Aiyin merasa kasih melihat pria itu.
"Lagi pula ini bukan salahnya, tapi salahku."
Aiyin menghapus air matanya dan pergi membantu pria itu, namun langkanya terhenti ketika melihat darah dan mencium baunya.
"Tu-tunggu sebentar. "ucap Aiyin lalu masuk kedalam mengambil air, handuk dan obat.
Ia juga tidak lupa memakai masker.
Aiyin membersihkan tubuh pria itu yang penuh luka, setelah itu mengobatinya.
"Apakah kau baik-baik saja?"tanya Aiyin pada pria itu, tapi seperti biasa ia hanya diam saja tanpa bicara, namun Aiyin dapat melihat kesedihan dari wajahnya ketika melihat Aiyin.
"Apakah kau bisu?"
pria itu masih saja tetap diam tanpa bicara sedikitpun, jika ia bisa berarti ia tidak bisa mendengar.
Aiyin menundukkan kepalanya, dan air matanya terus mengalir.
"Ya Allah, cobaan macam apa ini."
Sungguh ia merasa lebih hancur lagi, karena pria yang akan ia nikahi adalah seorang pria bisu dan tidak bisa mendengar pula.
pria itu melihat Aiyin yang menangis, menyetuh tangannya.
Aiyin terkejut di buatnya, hingga ia mengangkat kepala dan melihat senyum tipis di wajah pria itu.
Air matanya masih terus mengalir, namun lagi-lagi pria itu membuatnya terkejut dengan mengelap air matanya dengan tangan pria itu.
"Setidaknya kau punya hati yang tulus,"ucap Aiyin saat itu.
Aiyin mengajaknya masuk kedalam, dan memberikan pakaian ganti untuknya.
sementara pria itu sedang ganti pakaian, Aiyin pergi menemui bibi Nesa untuk mengatakan bahwa pria itu tidak bisa bicara, jadi kemungkinan pernikahan mereka dapat di batalkan, namun bukannya pembatalan yang ia dengan tapi kata-kata yang menyakitkan.
"Itu bagus, setidaknya kau bisa hidup menderita selamanya dengan suami bodoh mu itu nanti. kau tidak perlu khawatir tentang hal itu, kau harus menikah besok atau aku akan kesekolah dan mengatakan bahwa kau akan segera menikah, pastinya aku akan memberikan sedikit bumbu agar kau tidak bisa ikut ujian Nasional nantinya."
Harapan Aiyin hilang sudah ketika mendengar itu semua, Aiyin pergi ke kamarnya.
Beberapa saat kemudian, Aiyin yang terlelap karena lelah menangis. namun Ia terkejut ketika mendengar sesuatu yang jatuh.
Ia pergi melihat apa yang terjadi, namun Aiyin di buat terkejut ketika melihat sang bibi berada di atas tubuh pria itu.
"Bibi?" panggil Aiyin yang kaget melihat kondisi pria itu, yang terikat di bagian tangan, serta matanya mengeluarkan air mata.
Aiyin tidak pernah melihat pria itu menangis, baik saat ia membersikan luka atau pun saat di pukuli oleh warga.
Tapi kali ini, ia terlihat seperti anak kecil yang butuh pertolongan karena sedang di tindas.
"Kau!!" kata Nesa yang terkejut.
"Apa yang bibi lakukan? dia calon suamiku. "dengan segera Nesa turun dari pangkuan pria itu, dan tertawa geli.
"hahaha, aku hanya main-main saja dengannya. tapi dia lumayan juga,"ucap Nesa lalu pergi meninggalkan ruang tamu itu.
Aiyin segerah berlari menghampiri pria itu dan melepaskan talinya.
"Apa kau b..,"belum selesai Aiyin bertanya pria itu pun langsung memeluk Aiyin dengan tubuhnya yang gematar.
Aiyin balik memeluk pria itu.
"Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja."
Nesa yang masih melihat dari jauh, mengepalkan kedua tangannya merasa kesal.
"jika anak sialan itu tidak datang, mungkin aku bisa bersenang-senang dengan pria tampan itu. hmm tubuhnya sesuai seleraku,mungkin hari ini gagal, tapi kita lihat saja kedepannya."gumam Nesa dengan senyuman.
Fanesa atau bibi Nesa adalah seorang janda, ia ditinggalkan oleh suami sudah 3 tahun lamanya, sebab itulah ia sering keluar kota untuk mencari kehangatan.
tapi kali ini ia mendapat mainan baru yang lebih istimewa menurutnya.
pria itu memiliki tinggi badan sekitar 183 cm, dan tubuhnya juga sangat bagus sebagai seorang pria muda, membuat Fanesa mulai menginginkan pria itu.
terlebih lagi pria itu tidak bisa bicara dan mendengar, sangat cocok untuk di jadikan mainan.
Nesa pergi kekamar dengan perasaan cukup puas walaupun gagal tapi kesempatannya masih ada.
sementara Aiyin masih memeluk pria itu.
'Bibi sudah keterlaluan, apakah semua pria-pria itu tidak cukup untuknya? mengapa bibi mempermainkan pria polos ini. kali ini tidak akan ku biarkan, walaupun bagaimana pun dia adalah calon suamiku.'batin Aiyin sambil mengelus lembut kepala pria itu, agar membuatnya tenang.