webnovel

Alfano Gibadesta

Pintu lift terbuka. Dengan cepat Kissela keluar dari dalam nya, namun langkahnya terhenti. Sesaat ia berhenti lalu mengamati sekeliling nya, merasa asing dengan lorong sepi yang sangat berbeda dengan lobby sebuah perusahaan.

"Ini lantai 40, lantai teratas gedung ini" ujar Fano yang berada di belakangnya, tepatnya di depan pintu lift.

Kissela menepuk pelan dahinya, ia merasa sangat bodoh. Bisa-bisanya ia lupa jika lift ini tadi sedang berjalan ke lantai atas.

Dengan perlahan ia berbalik menatap Fano yang masih setia dengan wajah datarnya yang menyebalkan.

"Oh, aku sudah tau. Aku keluar hanya ingin memastikan kau keluar dari lift itu karena aku sudah tidak tahan berdekatan dengan pria cabul sepertimu" seru Kissela berapi-api.

Mendengar itu Fano hanya menarik sebelah alisnya keatas dilengkapi dengan semirk khasnya. Semakin berkerut dahinya saat melihat Kissela melewati nya menuju pintu lift.

"Dimana tombolnya?" Gumam Kissela yang masih sibuk mencari tombol untuk membuka pintu lift di depan nya.

"Kau butuh ini untuk membuka pintu lift khusus itu" ujar Fano sambil mengulum senyum di bibirnya.

Kissela benar-benar habis di permainkan oleh pria dihadapannya itu.

Kissela mengulurkan tangannya untuk meminta sebuah kartu yang ada di genggaman Fano.

"Berikan itu padaku, aku akan keluar dari tempat ini" ujarnya dengan nada acuh.

"Jika kau memakai ini lalu aku? Tidak ada cara lain, aku harus mengantarkan mu sampai di lobi" ujar Fano sambil menempelkan kartu pada mesin scane dan lift terbuka. Dengan melirik Kissela yang menahan kesal lelaki itu masuk kedalam lift.

"Ayo masuk" ajaknya dengan senyum tertahan, Kissela membalasnya dengan dengusan.

Kissela memilih berdiri di sisi yang paling jauh dari Fano, lift perlahan turun membawa keduanya pada kesunyian.

"Ehm, kau kesini untuk menanyakan hal tadi?" Ujar Fano membuka pembicaraan.

"Ya, dan aku meminta padamu jangan memasukkan orang lain kedalam masalah kita" jawab Kissela.

"Aku tidak melakukan itu, aku hanya memecatnya, apa jika dia dipecat pernikahan kalian akan dibatalkan? Tidak kan?" Balas Fano tanpa menatap kearah kissela.

"Ap_a? Menikah? Siapa? aku?" Tanya Kissela dengan menunjuk dirinya sendiri.

Fano mengangguk ragu, terlihat sangat polos.

"Ku rasa kau salah sasaran, aku bukan calon istri dokter Danu, kami hanya teman"  jelas Kissela dengan cepat, "lagipula apa hubungannya itu semua dengan mu?" Lanjut Kissela kesal.

Bersamaan dengan itu pintu lift terbuka.

"Ahm.. aku rasa kita harus berpisah disini, silahkan keluar" ujarnya sedikit memaksa Kissela agar segera keluar dari lift.

Kissela mendengus sambil melangkah dengan penuh rasa kesal. Sedangkan Fano yang mendengar penjelasan Kissela merasa sangat luar biasa senang. Bahkan ia sedikit bersenandung kecil di dalam lift.

"Mulai sekarang jalang kecil akan berubah menjadi penyihir kecil" ujarnya sambil terus mengulum senyum.

^^^^^

Kissela menaiki sebuah bus menuju sebuah panti asuhan di pinggir kota. Panti asuhan tempat ia dibesarkan, tempat dimana ia mendapat perhatian dari seorang pengasuh hingga ia bisa seperti saat ini.

Dengan senyum lebar Kissela turun disebuah halte dan menyebrangi jalan untuk sampai di halaman sebuah rumah sederhana yang terdapat banyak mainan anak fi depannya. Kehadirannya disambut banyak anak kecil yang memanggil nya dengan sebutan kakak.

"Kakak, kenapa baru kesini sekarang? Ayo masuk di dalam ada donatur" ajak salah satu anak yang terlihat paling besar.

"Oh ya? Siapa?" Tanyanya.

"Ini donatur baru dia sangat tampan" ujarnya sambil terus menarik lengan Kissela.

"Waw kau sudah besar sekarang sudah tau lelaki tampan" balas Kissela sambil terkikik.

Sampai mereka tiba di depan pintu ruangan yang digunakan untuk menyambut tamu.

Sedikit terdiam Kissela menatap seorang lelaki yang ia kenal, ia lelaki dengan wajah datar salah satu teman Fano. Ganesa.

"Kissela. Kemari sayang aku ingin mengenakan mu pada donatur baru di panti kita," panggil ibu panti yang membuatnya mau tidak mau harus menemui pria yang masih menatapnya tajam.

"Ini tuan Ganesa, dan tuan ini Kissela salah satu anak kami, sekarang dia sudah menjadi dokter makanya ia tidak lagi tinggal di sini". Jelas ibu panti pada Ganesa yang merespon dengan datar.

"Senang bisa bertemu dengan anda tuan" ujar Kissela gugup.

"Ya, kau tidak bekerja?" Tanya Ganesa tanpa basa-basi

"Saya libur hari ini"

"Oke baiklah, kalau begitu saya harus pamit, anda bisa mengabari saya jika membutuhkan sesuatu" ujarnya berpamitan.

"Biar saya antar, tuan" ujar Kissela.

Sambil berjalan kearah pintu masuk panti asuhan Kissela memulai pembicaraan.

"Apa rencana kalian?"tanya Kissela langsung.

"Jangan membawa-bawa niat baikku dengan urusan mu dengan Fano" jawab Ganesa dengan sedikit menekankan.

"Baik, tapi jika sesuatu terjadi di panti asuhan ini, aku akan menuntut mu" ancam Kissela dengan berani.

"Aku terlalu banyak kerjaan akhir-akhir ini" balas Ganesa acuh.

"Baiklah, hati-hati di jalana" seru Kissela pelan.

"Kupikir kau yang harus berhati-hati, yang aku tahu Fano tidak akan segan menggunakan banyak cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan" ujar Ganesa masih dengan wajah datar.

Kissela terdiam mendengar peringatan yang di lontarkan lelaki dingin itu. Ia terus menatap punggung Ganesa hingga menghilang di balik gerbang panti asuhan.

"Kenapa semua jadi sesulit ini, malam membawa petaka" gumamnya dengan menunduk.

Ia melangkah masuk untuk menemui ibu panti, sedikit curhat mungkin bisa meringankan beban beberapa hari ini.

"Kau ada masalah nak? Kau terlihat sangat lelah"

"Ya, bu aku sedang banyak masalah, masalah yang aku tidak tau karena apa" jelasnya.

"Kau melukai perasaan seseorang, Kissela?" Tanya ibu panti.

"Sepertinya begitu, dan orang itu membalasnya terus menerus"

Apa kau sudah meminta maaf?" Tanyanya pada Kissela yang sudah merebahkan kepalanya keatas meja di depannya.

"Belum" jawanya.

"Iya bu, aku akan meminta maaf"

"Niat baikmu pasti akan membuahkan hasil yang manis, masalahmu akan segera terselesaikan" jelas ibu panti dengan senyum yang menenangkan.

"Aku ragu akan semudah itu bu" balasnya dengan pelan.

Perlahan matanya memberat namun terhalang dengan sedikit guncangan.

"Pindah ke kamar Kiss, nanti ada tamu" ujar ibu panti mengingatkan.

"Baik bu" jawabnya dengan setengah mengantuk.

"Kapan mau menikah jika yang kamu lakukan hanya kerja dan berlibur kesini, berkencan sesekali tidak masalah nak" ujar ibu panti.

"Aku belum ada teman kencan, memang kenapa bu? Aku masih mau sama ibu" ujarnya melantur sambil terus berjalan kearah kamarnya saat masih di panti asuhan.

"Ibu mau melihatmu menikah, cepat cari teman kencan dan menikah lah" seru ibu panti dari arah dapur.

"Ya bu, nanti akan aku bawakan lelaki yang tampan dan kaya agar ibu tidak terus khawatir dengan ku" balasnya setengah tertawa.

"Anak nakal, sudah sana tidur" ujar ibu panti dengan tertawa ringan.

hai ... maaf chapter ini mungkin masih banyak kurangnya .. nanti aku revisi besok pagi ya..

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

HRYcreators' thoughts
下一章