webnovel

Jendral Toruck

Pada malam kejadian benda langit terjatuh ke bumi, saat itu juga makhluk astral berupa roh tanpa fisik turun ke bumi. Mereka menyebar ke seluruh belahan bumi, membawa petaka bagi kehidupan manusia.

Makhluk astral itu di perintahkan sang penguasa kegelapan turun ke bumi untuk membawa bala bencana dan teror kepada umat manusia, tujuan utamanya menguasai dunia manusia dan menyelimutinya dengan kegelapan.

Satu makhluk astral turun ke tempat yang sama di mana benda langit terjatuh ke bukit dekat desa Woodland.

Makhluk itu merasuki jasad Jendral yang beristirahat di pemakaman dekat hutan. Dengan kekuatan nya ia bisa membangkitkan mayat hidup kembali dan menjadikan budak baginya. Mayat yang di hidupkan bisa berjalan siang hari dan malam hari, bisa menggunakan senjata, serta berlari.

Perawakan Jendral itu bertubuh sangat besar, tinggi nya sekitar dua meter lebih. Bermuka hitam, kulitnya melepuh sehingga daging busuknya terlihat jelas. Rambut panjang sebahu yang berwarna kelabu terurai. Pedang panjang bergerigi di bagian bilahnya. Lengkap dengan jirah perangnya yang terbuat dari perak dan tembaga. Berjalan tegap dan menggetarkan jiwa musuhnya. Sekali pedang di tancapkan ke tanah. Mayat hidup bangkit dari kematiannya.

Saat desa Woodland beristirahat dengan tenang, jasad Jendral yang sudah di rasuki makhluk astral datang ke desa Woodland. Para penduduk desa sedang merasakan kebingungan karena kejadian di bukit dekat hutan. Penduduk desa tak menyadari bencana sebenarnya datang bersama bangkai seorang Jendral. Mereka tak memperhatikan kedatangan sang pembangkit kematian.

Jendral berdiri tegap di sekitar pemakaman desa yang bercahaya remang. Kedua tangannya memegang pedang, bagian pedang yang runcing mengarah ke bawah. Tanpa ragu pedang itu di tusukan ke bumi beserta sihir hitam yang menyertainya. Tak ada satu katapun terucap dari Jendral kematian itu. Tak lama berselang Jendral pergi ke arah hutan dan menghilang dalam kegelapannya.

Dari bawah tanah yang tertancap pedang Jendral, mengalir arus cahaya berwarna merah pekat. Arus cahaya itu menyebar ke seluruh pemakaman. Arus cahaya menyerap ke bangkai manusia dan memberikan kekuatan kepada jiwa yang telah lama hilang. Mayat yang menyerap arus cahaya bangkit kembali dan tertanam perintah dari majikannya. Perintah di berikan kepada mayat hidup oleh sang Jendral kematian. Perintahnya adalah membantai manusia yang hidup di sekitar desa Woodland. Tanpa rasa takut dan rasa sakit mayat itu bergegas melakukan perintah tuannya.

Kembali Pada masa hidupnya sekitar tujuh puluh tahun kebelakang. Sang Jendral adalah prajurit yang bengis. Jendral itu bernama Toruck, Dia yang memimpin pasukan Raja Albert. Raja Albert memiliki penyakit yang membuatnya tidak bisa melakukan apa-apa, badan beliau lumpuh dan pendengarannya kurang baik. Sedangkan Pangeran baru berumur dua belas Tahun. Raja Albert memberikan kekuasaan penuh kepada Jendral Toruck untuk menjalankan kerajaan. Jendral Toruck haus akan kekuasaan, dia memerintah dengan lalim. Raja Albert tidak menyadari bahwa apa yang telah di lakukannya merupakan hal yang buruk bagi kerajaan dan rakyatnya. Banyak sekali pemberontakan saat Jendral Toruck berkuasa.

Jendral Toruck berhasrat untuk menggulingkan pemerintahan Raja Albert, dan menguasai sendiri kerajaan Raja Albert. Jendral Toruck merencanakan kudeta saat perang melawan Kerajaan Horn telah di menangkannya. Kerajaan Horn adalah kerajaan dimana Sir Finan mengabdi dan menjadi pahlawan perang. Rencana Jendral Toruck tidak pernah terjadi, karena jendral Toruck di bunuh saat peperangan berlangsung sengit. Jendral Toruck di tusuk oleh belati dari belakang oleh pemberontak yang menyamar menjadi pengawal pribadinya.

Peperangan di hentikan ketika Jendral Toruck berjumpa ajalnya, kedua kerajaan sepakat untuk berdamai dan melakukan perjanjian. Isi perjanjian itu adalah, membuat desa di sekitar arena perang dan desa itu masuk ke wilayah Raja Albert, tapi pemimpinnya di berikan kepada bangsawan dari kerajaan Horn.

Roman masih terbaring pingsan di dalam kawah, sudah satu jam ia tak sadarkan diri. Sepuluh meter dari Roman terdapat benda langit yang memancarkan cahaya berwarna ungu terang. Benda itu berbentuk bola berdiameter tiga puluh centimeter dan terdapat inti di dalamnya. Bola itu dilapisi dari bahan yang tak di ketahui, warnanya berwarna ungu terang akibat gesekan dengan udara saat melintas dan menabrak bumi. Tak berselang lama bola itu terbuka. Bola yang terbuka membawa jiwa milik seorang dewa yang telah gugur saat melawan musuhnya. Jiwa sang dewa di selamatkan, kemudian di masukan kedalam bola. Bola yang berisi jiwa sang dewa di hempaskan ke bumi, berharap bisa bereinkarnasi menjadi manusia yang melindungi bumi dari penguasa kegelapan.

Jiwa sang dewa merambat laun mendekat ke tubuh Roman yang sedang tak sadar diri. Jiwa sang dewa masuk secara perlahan menembus dada dan memasuki jiwa Roman. Seketika cahaya ungu menyebar ke seluruh bagian tubuh Roman. Badannya terangkat oleh kekuatan sang dewa hingga terapung keatas. Kemudian Roman terjatuh lagi, peristiwa yang menimpa Roman tadi, belum menyadarkannya. Roman masih pingsan dan belum sadar sama sekali.

Sheriff baru sampai di pinggir kawah yang terbentuk akibat ledakan. Dia masi berharap anaknya Sonya masih selamat. Kedua kakinya berusaha turun ke dalam kawah. Setelah sampai ke dasar kawah Sheriff melihat tubuh manusia yang tergeletak di atas tanah. "Aku harap dia adalah putriku, dan dia dalam keadaan baik-baik saja". Pikir Sheriff dengan rasa cemas.

Segera Sheriff menghampiri orang itu, Sheriff sangat terkejut ketika dua bola matanya melihat Roman penuh luka lecet dan tergeletak tak berdaya. Sheriff lantas memegang denyut nadi di leher Roman untuk mengetahui keadaannya.

Sheriff sangat bersyukur bahwa detak jantung Roman masih bisa di rasa kan oleh jari Sheriff.

"Syukurlah kau masih hidup Roman.. " Sheriff berkata sambil melepas jubah yang di pakainya, untuk menyelimuti badan Roman. Sheriff berdiri lagi dan berlari mengitari daerah yang di hantam oleh benda langit. Sheriff belum menemukan apa yang di carinya, dengan suara yang hampir tak terdengar Sheriff terus berteriak mencari anaknya yang hilang. "Sonya... Sonya... Dimana kah kamu...!!" Sheriff memanggil dengan harapan yang mulai lenyap dari angannya.