webnovel

Menangis di Toilet

編輯: Wave Literature

Suasana hati Ye Fei dapat diringankan oleh kecantikannya. Tanda ciuman berwarna biru dan ungu di tubuhnya langsung ia anggap sebagai tanda cinta. Setelah dua bulan bekerja keras, ia akhirnya melihat sedikit harapan. Tidak peduli apapun alasannya, Su Mohan telah mengambil kembali gaun yang ia berikan untuk wanita lain. Hal itu membuktikan bahwa Ye Fei telah selangkah lebih dekat dengan status Nyonya Su.

Sesosok tubuh tinggi perlahan-lahan terpantul di sudut cermin. Su Mohan tampak sedikit tidak sabaran. Ia bangkit dari sofa, bersandar di depan pintu, dan memandangnya sambil melipat tangan di dada. Ye Fei cepat-cepat memasang mode siap tempur, lalu berbalik dan berkata, "Tuan Su, aku tidak bisa menarik resletingnya."

Su Mohan menatap kaki jenjang Ye Fei yang putih seperti batu giok dan mengerutkan kening. Bagaimana mungkin gaun ini begitu pendek sampai hampir mencapai pangkal pahanya? pikirnya.

Ye Fei melangkah maju, lalu menghadap Su Mohan dan merajuk, "Tuan Su, bisakah kamu membantuku menarik resleting?"

Mata Su Mohan menjadi gelap saat melihat punggung Ye Fei yang indah, halus, dan berhiaskan renda merah muda pucat. Jakunnya sedikit naik turun. Lalu, ia menarik pinggang Ye Fei dan mendorong wanita itu ke wastafel.

"Ah!" seru Ye Fei. Bekas air yang tersisa di wastafel dengan cepat membasahi gaunnya dan ia memeluk leher Su Mohan tanpa sadar. "Su Mohan! Apa yang kamu lakukan?"

Su Mohan mendengarkan suara Ye Fei yang lembut dan meleleh seperti lilin. Suara Ye Fei yang ingin menangis dan memanggil namanya. Su Mohan tiba-tiba menyadari bahwa perasaan ini adalah perasaan jatuh cinta. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa namanya terdengar sangat indah. Su Mohan lebih senang jika Ye Fei memanggilnya dengan namanya sendiri dibandingkan dengan panggilan Tuan Su yang terkesan dingin.

"Kembalikan gaun itu kepadaku," kata Su Mohan.

"A... apa?" gumam Ye Fei. Ia tidak mengira pria ini akan mengatakan kalimat itu hingga ia pun sedikit tercengang dan terlihat konyol. Su Mohan yang memberikan seorang wanita gaun diskon, lalu tiba-tiba dia menginginkannya kembali? Ini namanya terlalu pelit! pikir Ye Fei. Ia pun memprotes, "Su Mohan, bukankah kamu laki-laki?"

"Bukankah kamu yang paling tahu?" Su Mohan menepuk pantat Ye Fei lagi dengan keras. Wanita ini bahkan mempertanyakan jenis kelaminnya lagi dan lagi. Bagi Su Mohan, itu sama sekali tidak bisa dimaafkan.

Ye Fei berjuang mati-matian saat melihat gaunnya yang nyaris sobek. "Tidak mau! Kamu bilang ini untukku!" tolak Ye Fei.

Su Mohan masih menarik gaun Ye Fei sambil cemberut. Ia jelas tidak berencana untuk membiarkan Ye Fei keluar sambil mengenakan gaun pendek seperti itu karena ia tidak mau wanita itu menarik perhatian lebih banyak lebah dan kupu-kupu. Kemudian, terdengar kegaduhan dan botol-botol di atas meja wastafel jatuh berserakan di lantai. Suara gemeretaknya terdengar seperti musik yang indah.

Entah bagaimana, pertempuran perlahan-lahan menjadi semakin sengit. Dua jam kemudian, Ye Fei dilumpuhkan hingga tidak mampu lagi mengerahkan kekuatan yang tersisa. Sebaliknya, Su Mohan tampak segar dan puas. Ye Fei menggertakkan giginya dan mengangkat kakinya dengan susah payah untuk menendang pinggang Su Mohan. "Keluar!" kata Ye Fei.

Su Mohan menyipitkan mata ke arah Ye Fei dan Ye Fei segera menampakkan senyum yang tampak lebih buruk daripada tangisan. "Tuan Su, aku ingin mandi. Bisakah kamu keluar dulu…" rengeknya.

Rengekan Ye Fei membuat Su Mohan mengangguk puas. Setelah Su Mohan keluar dari kamar mandi, Ye Fei perlahan turun dari meja wastafel dan berdiri dengan mantap di depan dinding. Mungkin lantainya terlalu licin dan kakinya menjadi lemah. Saat ia mengambil dua langkah, ia terjatuh ke lantai.

Su Mohan mendengar suara bedebam yang teredam dari luar. Ia langsung membuang remot di tangannya dan segera membuka pintu untuk bergegas ke kamar mandi. Setelah ia membuka pintu, ia melihat Ye Fei yang terjatuh ke lantai. Ia masih mengenakan gaun pasta kacang dan wajah putihnya berlinangan air mata.

下一章