Setelah Lucia dan lainnya selesai berdiskusi, Tonpa yang dari tadi hanya diam akhirnya membuka suaranya dan dengan sengaja menggeluarkan suara yang cukup besar.
Tonpa : Tidak! Biar aku saja yang maju!
Lippo yang mengmaksimumkan volumenya langsung buru-buru mengecilkan suara volumenya kembali.
Gon : Tonpa-san?
Leorio : Oi, pak tua kita sudah memutuskan kalau Lucia yang--
Tonpa langsung memotong perkataan Leorio dan mulai mengutarakan idenya.
Tonpa : Aku akan bertindak sebagai pancingan, jadi kita bisa mencari tahu apa yang akan mereka lakukan dan juga sebagai tanda maafku untuk yang sebelumnya.
Leorio : Hei, apa kau serius?
Tonpa : Ya! Ditambah lagi, kalian masih belum mempercayaiku, kan? Apa kalian bisa mempercayakan padaku jika nilainya 2-2?
Leorio : Kalau itu...
Tonpa merasa percaya diri dan tersenyum licik. Dia pikir sudah berhasil mengecoh peserta lainnya.
Tonpa : Yah, sudah ditentukan ya?
Lucia : (Sudah kuduga, sesuai dengan cerita aslinya. Tonpa sengaja datang mengganggu. Dia berusaha keras untuk memecah belahkan kerjasama Gon dan teman-temannya. Berpura-pura baik dan mau menolong dengan mulut manisnya itu, padahal dia hanya mau menghabiskan waktu dan menggoyangkan mereka. Tujuan utama Tonpa adalah tentu saja untuk menggagalkan atau menghancurkan impian setiap para pemula (peserta baru). Dia tidak berniat/berencana untuk menjadi seorang Hunter. Dia melakukan ini semua hanya untuk kesenangannya saja. Dan kalau dia yang maju, dia pasti akan langsung menyerah, maka lawan akan mendapatkan satu poin tanpa melakukan apa-apa)
Lucia langsung menatap tajam dan menggeluarkan aura pembunuhnya ke arah Tonpa untuk menekannya, sehingga Tonpa sedikit mundur ke belakang.
Tonpa : (D-dia...)
Lucia : Aku tidak setuju. Dan aku tidak pernah mempercayaimu. Aku tahu semua rencana busukmu itu, paman. Ini peringatan pertama buatmu, jangan sampai kau merugikan kita lagi. Kalau itu terjadi, aku tidak akan segan-segan membunuhmu. Mengerti? (tersenyum menyeramkan)
Tonpa yang pengecut pun langsung mengalah dan mendecakkan lidahnya. Dia sedikit mundur ke belakang.
Tonpa : Ck!
Leorio yang melihat reaksi Tonpa langsung kembali murka dan kembali mencengkram baju Tonpa.
Leorio : Dasar! Jadi kau mau menipu dan merugikan kita lagi, hah?!
Tonpa : Benar! (tersenyum lebar)
Kurapika menjadi penengah dan mencoba menahan amarah Leorio.
Kurapika : Hentikan Leorio! Jangan berkelahi. Waktunya semakin berkurang, kan?!
Leorio : Tapi...!
Kurapika hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Kurapika : Mereka menginginkan kita membuang-buang waktu dengan saling bertengkar satu sama lain.
Killua : Benar, lihat pak botak itu (Bendot) tersenyum saat melihat kita bertengkar. Itu rencananya supaya bisa mengulur waktu. Terserah dia (Tonpa) mau melakukan apa pun. Yang penting kita berlima tetap kompak. Tidak masalah, bukan?
Lucia : Baiklah, sudah diputuskan ya. Aku yang akan maju! (tersenyum senang)
Leorio melepaskan Tonpa dengan kasar.
Bendot : Hmph! (tersenyum licik)
Tiba-tiba ke dua sisi pembatas jalan yang menghubungkan ke tempat area yang terbuat dari besi bergeser ke depan. Bendot dan Lucia melangkah maju ke depan. Sekarang mereka berdua masing-masing sudah berdiri di posisi tepi area pertarungan. Tiba-tiba Lucia berteriak memanggil Gon tanpa menoleh ke belakang.
Lucia : Gon!
Gon : Ya?
Lucia : Maukah kau menyumbangkan darahmu padaku nanti?
Gon : Tidak masalah.
Killua : Luci, aku bisa memberikan dara--
Lucia langsung menoleh ke belakang dan memotong perkataan Killua.
Lucia : Tidak oniichan. Hari ini kau sudah dua kali menyumbangkan darahmu. Kau lupa, kalau terlalu banyak darahmu keluar, kau bisa sakit dan lepas kendali. Dan itu bisa merepotkanku nanti.
Killua : Cih! Baiklah, aku mengerti.
Killua terpaksa mengalah. Dia cemberut. Gon hanya menyeringai.
Bendot : (Darah? Apa yang mereka bicarakan?)
Leorio : I-ini menggejutkan, apa Lucia bisa menang melawan orang berbahaya seperti itu apalagi lawannya itu lebih besar darinya?
Kurapika : Entahlah. Tapi aku percaya padanya.
Gon : Apa Lucia akan baik-baik saja? (sedikit khawatir) Luciaaaa, ganbareeee!! (Lucia, semangaaaatttt!)
Killua : Kalian lihat saja dan tidak usah khawatir. Kita nikmati saja pertarungan mereka (tersenyum)
Kurapika, Leorio dan Gon melihat sekilas ke arah Killua lalu kembali melihat ke arah depan. Suasana mulai menegang. Sedangkan Tonpa, dia yang masih merasa geram karena siasatnya telah gagal hanya diam dipojokan. Dia bersandar di tembok sambil melipatkan kedua tangannya di depan dadanya.
Lucia : Paman, apa peraturan dan pertarungannya? (tersenyum)
Bendot : Baiklah. Sekarang, mari kita tentukan jenis pertarungannya. Aku mengajukan death match.
Gon : Death match?! (kaget)
Leorio : Death match itu berarti mereka akan bertarung sampai salah satunya mati?! (kaget)
Tonpa tersenyum licik dan senang saat mendengar pertarungan yang ditentukan oleh penguji.
Tonpa : (Oh, syukurlah dia yang ber-bersikeras untuk maju. Hihihi)
Kurapika : Tidak, ini buruk... Lucia, jangan biarkan dia memprovokasimu!
Bendot : Bagaimana? (tersenyum meremehkan)
Lucia : Pfft. Hahahaha...
Lucia tiba-tiba tertawa. Semua melihat ke arah Lucia dengan bingung dan kaget.
Bendot : (Apa yang lucu?!) *mulai merasa tidak senang*
Lucia : Baiklah, tidak masalah. Aku terima tantanganmu dengan senang hati (tersenyum licik)
Gon, Kurapika dan Leorio pun langsung kaget mendengar perkataan Lucia.
Gon dan Kurapika : Eh?!
Leorio : Yang benar saja?!
Bendot yang merasa tertantang pun sudah mempersiapkan dirinya. Dia mulai membenarkan posisinya dan mengeluarkan auranya untuk menekan Lucia.
Bendot : Aku kagum atas keberanianmu! (tersenyum meremehkan)
Lucia tidak merasakan apa-apa, dengan santainya menggoreskan telapak tangannya dengan kuku tajamnya. Darah terus mengalir banyak dan menetes tanpa henti dari telapak tangan Lucia. Setelah itu, Lucia menggeluarkan auranya.
Bendot : Ugh... (Aura macam apa itu?! Auranya terasa sangat berat dan menusuk! Dan kenapa dia membiarkan darahnya...)
Sedangkan di bagian Lippo. Lippo yang memantau dari arah TV monitor yang ada di ruangannya pun terkejut. Dia tidak menyangka aura yang dikeluarkan Lucia sangatlah berbeda dari aura Bendot. Aura Lucia ternyata adalah Nen.
(Author : (sekilas info tentang Nen) Nen adalah teknik yang memungkinkan makhluk hidup menggunakan dan memanipulasi energi kehidupan mereka sendiri (dikenal sebagai aura). Istilah "Nen" juga dapat digunakan dalam percakapan untuk merujuk ke aura. Seseorang yang mampu memanfaatkan Nen secara bahasa sehari-hari disebut sebagai "pengguna Nen" ("ability person"), sementara mereka yang tidak dapat menggunakan nama "bukan pengguna" ("orang biasa"). Karena seseorang dapat membuat berbagai macam kemampuan para psikologis melalui Nen, itu dianggap sebagai kekuatan berbahaya yang disembunyikan dari masyarakat luas untuk menjaga keseimbangan dalam masyarakat)
Lippo : Ini... Dia... Menarik! Sungguh menarik! Hahahaha... (Peserta 100, ternyata dia seorang pengguna Nen)
Lippo tersenyum sangat lebar dan menyeramkan. Senyumannya itu membuat para napi yang berdiri di sampingnya merasa ngeri.
Lippo : (Peserta ujian tahun ini sungguh luar biasa! Aku tidak menyangka ada peserta ujian yang sudah bisa menggunakan Nen di sini) *tersenyum licik*
Lippo mengzoom kameranya ke area pertarungan supaya bisa melihat pertarungan Lucia dan Bendot lebih jelas. Tiba-tiba Killua berteriak mengeluarkan suaranya, dan semuanya melihat ke arah Killua.
Killua : Luci, kau tidak perlu sampai melakukan hal yang berlebihan seperti itu.
Lucia mengabaikan Killua. Dia hanya tersenyum tanpa menoleh ke arah Killua. Gon, Kurapika, Leorio dan Tonpa yang tidak mengerti hanya memerhatikan dengan tegang.
Bendot : Ayo mulai!!
Bendot berlari dengan cepat ke arah Lucia lalu dia melompat tinggi. Saat Bendot hendak menyerang Lucia dengan tinjunya, tiba-tiba darah dari tubuh Bendot berhamburan keluar tanpa henti sampai habis tak bersisa. Tubuh Bendot langsung ambruk sedangkan kepalanya bergelinding seperti bola di lantai area pertarungan. Lippo langsung berdiri dari kursinya.
Gon, Kurapika, Leorio dan Tonpa : !!!!!!!!!! *kaget*
Leorio : Ke-ke-kepalanya!!!! Uweeeek!!
Leorio dan Tonpa yang menyaksikan semuanya merasa ngeri. Wajah mereka memucat. Kepala Bendot menghadap ke arah tim Gon. Leorio langsung merasa mual dan dia pun muntah.
Sedangkan Kurapika hanya bisa tercengang. Dia terpaku diam di tempat.
Kurapika : (Ce-cepat sekali. Aku tidak bisa melihat gerakannya. Bagaimana caranya dia memotong lehernya?)
Gon : Lehernya terpotong...
Kurapika melihat ke arah Killua sekilas. Dia melihat reaksi Killua hanya tersenyum, lalu dia kembali melihat ke arah Lucia.
Kurapika : (Mereka sungguh berbahaya, untungnya mereka berdua ada di pihak kita...)
Lucia masih enggan bergerak dari sana. Dia berdiri tepat di depan kepala Bendot yang ada di lantai area pertarungan. Sekarang wajah menyeramkan Lucia ada terkena darah Bendot yang berhamburan keluar tadi. Lucia mengusapkan darah tersebut dengan tangannya, lalu menjilati darah Bendot yang ada ditangannya.
Lucia : (Cih! Darahnya gak enak sama seperti sampah! Sesuai dengan level kemampuannya. Ah, aku jadi rindu dengan darahnya Silva dan Zeno)
Setelah itu, Lucia menatap lurus ke arah depan yang ada di seberang, lalu dia tersenyum lebar menyeramkan. Sisa napi yang berdiri di seberang pun terkejut dan seketika refleks mundur ke belakang. Lippo yang dari tadi memerhatikan dengan sesakma pun mulai tertarik dengan Lucia.
Lippo : (Darah yang mengalir di tangannya tadi tiba-tiba langsung berubah keras menjadi sebuah Katana. Ternyata itu adalah salah satu teknik dari tipe kekuatan Nen-nya. Peserta 100, dia sungguh menarik!)
Lippo kembali melihat ke arah tim Gon.
Lippo : (Dilihat dari reaksi mereka, sepertinya peserta lainnya tidak mengetahui bahwa peserta 100 bisa menggunakan Nen)
Lucia : Lippo, kau melihat semuanya, kan?! Aku memenangkan pertarungan ini!
Lippo tersenyum, lalu menekan sesuatu pada keyboardnya dan angka menunjukkan 1-0 pada tiap dinding. Tim Gon menang. Lucia kembali normal dan menghilangkan auranya.
Lucia : Ah, tidak seru! Aku kecewa, kupikir paman botak tadi bisa menghindari dan membuatku senang. Ternyata badannya saja yang gede tapi kemampuannya tidak ada apa-apanya.
Sebelum Lucia kembali ke tempat teman-temannya, dia menendang kepala Bendot sampai bergelinding jatuh ke bawah dan Lucia pun kembali.
Leorio : Hiiiiii!!! (takut) Sialan! Lucia jangan sembarangan menendang kepala orang dong! Memangnya itu bola, hah?! (marah)
Kurapika : . . . .
Lucia hanya terkekeh. Dia tidak merasa bersalah saat melakukan itu. Gon, Lucia dan Killua melakukan nge-tos bersama.
Gon : Wah, Lucia kau hebat sekali!
Killua : Okaeri! Yoku yatta ne! (Selamat datang kembali! Good job!)
Lucia : Tadaima! (Aku pulang/kembali!) Ah, gara-gara paman botak tadi tidak berguna. Sekarang tubuhku jadi bau darah, kan?! (mengeluh kesal)
Kurapika mengeluarkan sapu tangan dari dalam tasnya lalu memberikan ke Lucia.
Lucia : Terima kasih, Kurapika-san (menyeringai)
Lucia tiba-tiba menggeluarkan suara yang cukup besar sambil menunjuk ke arah lawan.
Lucia : Baiklah, jika kami memenangkan dua pertarungan lagi, kalian yang kalah! Kalian tidak dapat mundur sekarang! Siapa yang berikutnya dari kalian?
Suasana masih tegang. Tidak ada balasan dari arah lawan.
Killua : Wah, apa setelah melihat salah satu teman kalian mati, kalian menjadi takut dan ragu untuk melawan kami? Kalau begitu, kita yang menang ya? (tersenyum licik)
Tiba-tiba seorang napi dari pihak lawan maju ke depan. Dia bernama Sedokan. Hukumannya adalah 149 tahun penjara dikarenakan melakukan pengeboman beruntun.
Selain itu, Sedokan adalah pria mungil dengan rambut coklat panjang yang menutupi mata kirinya. Dia tampaknya malas karena dia selalu terlihat dalam ekspresi malas. Dia mengenakan pakaian standar yang diberikan kepada semua tahanan di Menara Trick.
Sedokan : Kalian jangan takut. Bendot hanya kurang beruntung. Baiklah, aku yang akan maju, tidak masalah, kan?
Borgol yang ada di tangan Sedokan terbuka. Dia membuka jubah hitamnya.
Killua : Siapa selanjutnya yang akan maju?
Lucia : Gon, kau yang maju. Ingat apa yang kubilang tadi, kan?
Gon : Tentu, yang pendek, kan? (menyeringai)
Lucia : Iya! Hehe..
Gon melepaskan tasnya lalu meletakkannya di lantai.
Gon : Aku titip tasku, ya!
Kurapika : Serahkan pada kami.
Leorio : Berjuanglah, Gon!
Gon : Un! (Ya!)
Gon sedikit maju ke depan lalu mengangkat satu tangannya ke atas dengan semangat 45.
Gon : Baik! Aku yang akan maju! Lippo-san, aku yang kedua!
-Bersambung-