webnovel

Dia Bukan Adikku!

Valen terbangun dengan peluh bercucuran, dia menatap ke samping, hanya ada tempat kosong. Kenapa kamu pergi, Reyn? Apakah Kamu benar-benar telah melupakan aku? Apakah hatimu telah sepenuhnya milik lewis? Aku tidak bisa seperti ini, Reyn! Aku tidak sanggup melihat kalian bersama! Aku lebih baik buta daripada melihat kemesraan kalian! batin Valen. Lalu Valen turun dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi, dia berendam sejenak di dalam bath up. Setelah merasa mendingan, dia mengeringkan tubuhnya dan memakai pakaiannya dan pergi meninggalkan hotel tersebut.

Sementara Tata duduk di teras belakang rumah dan sedang meminum teh, pikirannya melayang ke kejadian kemarin di hotel, maafkan aku! Kita sudah tidak bisa bersama! Itu hanya akan menambah sakit hati banyak orang! batin Tata.

" Mama!" panggil Reva.

" Mamaaaa!" ulang Reva.

" Ya? Sayang?" sahut Tata terkejut.

" Mama tenapa cih? Dali tadi dipanjilin nggak dengel?" tanya reva ngambek. Tata berdiri dan mendekati anaknya tersebut.

" Maaf, sayang! Mama lagi mikir nenek sama kakek! Kapan mereka akan pulang!?" jawab Tata lembut.

" Kita tesana aja, ma! jemput nenek tama tatek!" ajak Reva.

" Nggak bisa sayang! Kan papa belum pulang!" jawab Tata.

" Tapan papa pulan?" tanya Reva.

" Masih 2 hari lagi!" jawab Tata sambil mengelus rambut Reva yang halus dan lembut.

" Mbak Tata! Kita sarapan dulu!" ajak Murni.

" Iya, mbok! Trima kasih!" jawab Tata.

" Ayo kita sarapan dulu!" ajak Tata pada Reva dan Nanik. Lalu mereka masuk ke dalam ruang makan dan duduk di meja makan.

Donna terbangun dengan merasakan tubuhnya seperti dijatuhi batu besar, dia akan berdiri, tapi dia merasakan miliknya perih dan sakit.

" Aakhhh!" kata Donna memekik. Lewis yang mendengarnya menjadi merasa bersalah, karena dia yang telah membuat donna seperti itu.

" Apakah sakit?" tanya Lewis. Donna menganggukkan kepalanya dengan raut wajah berkerut menahan sakit.

" Pakailah pakaianmu! Aku akan tunggu diluar!" kata lewis lalu memberikan pakaian Donna dan berjalan keluar goa. Apakah dia marah? Aku tidak menyesali apa yang telah kita lakukan, Lewis! Aku tidak akan meminta apa-apa padamu, apalagi pertanggung jawaban jika sesuatu terjadi padaku! batin Donna. Mereka berjalan perlahan setelah Donna siap, walau dengan agak tertatih. Lewis sesekali menggendong Donna jika jalan agak naik. Donna merasa 2 hari ini adalah hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Setelah beberapa jam, mereka sampai di perkemahan.

" Darimana aja kalin, Bos?" tanya Mark.

" Kita sampai hampir menelpon Polisi untuk mencari kalian!" kata Ken.

" Kami hanya kesasar!" jawab Lewis tenang.

" Apa jadi kita kembali sekarang?" tanya Mark.

" Iya! Agar tidak kemalaman sampe dirumah!" kata Lewis.

" Lo kenapa Don? Kok, berdiri lo gitu?" tanya Celine.

" Dia terpeleset dan kakinya keseleo!" jawab lewis.

" Apa sudah diurut?" tanya Nick.

" Sudah! Semalam Bos yang melakukan!" jawab Donna.

" Ayo kita beres-beres!" ajak Lewis. Kemudian mereka membereskan semua perlengkapan mereka ke dalam ransel masing-masing lalu pergi meninggalkan area itu dengan perlahan agar Donna dapat mengimbangi, tapi terkadang lewis menyuruh mark, ken dan nick bergantian menggendong Donna. Donna kecewa karena lewis tidak ikutan menggendongnya juga.

" Ok! Kita ketemu besok lagi!" kata Lewis setelah mereka sampai kembali di villa.

" Mark! Antar Donna ke rumah sakit!" ucap Lewis.

" Saya pulang!" pamit Lewis.

" Ok, Bos!" jawab Mark dan yang lain melambaikan tangannya. Donna menatap tubuh Lewis hingga masuk ke dalam mobil dan hilang dari pandangan. Apa tidak ada yang ingin kamu sampaikan, Bos? Tentang kejadian semalam? batin Donna.

" Om Alennnn!" teriak Reva saat melihat Valen datang dan masuk ke kamarnya.

" Revaaaa!" sahut Valen kaget, dilihatnya Reva berlari keluar kamarnya saat dia akan masuk ke dalam kamarnya. Valen menggendong reva dan mencium pipi anak itu.

" Om kok nggak pelnah datan? Om malah ya?" tanya Reva tanpa dosa.

" Om sibuk sayang! Reva jadi anak pintar'kan?" tanya Valen.

" Iya om!" jawab Reva. Tata keluar dari kamarnya setelah membereskan pakaian yang di setrika Sumi. Dadanya berdetak kencang saat melihat Valen bersama Reva.

" Reva sayang! Om capek baru datang! Kita ke bawah yuk!" ajak Tata. Tata berjalan ke arah mereka dan Valen menurunkan Reva. Anak itu sudah berlari ke arah Nanik yang ada didekat tangga lalu mereka turun ke bawah.

" Reyn!" panggil Valen saat Tata berjalan melewatinya, Valen memegang tangan Tata.

" Lepas! Kamu nggak mau kan jika aku disebut istri yang gatal!" ucap Tata pelan tapi menusuk.

" Aku ingin minta maaf!" kata Valen tanpa melepas tangannya.

" Aku memaafkanmu! Aku juga bersalah dalam hal ini!" jawab Tata.

" Tidak! Aku yang egois! Aku hanya tidak bisa menerima kenyataan jika hubungan kita telah berakhir 3 tahun yang lalu!" ucap Valen menatap Tata nanar.

" Sudahlah! Lupakan masa lalu! Menikahlah dengan Sonya!" sahut Tata datar, hatinya terasa sakit saat mengucapkan kata-kata itu.

" Aku akan menikahinya sesuai permintaanmu!" jawab Valen pelan. Tata semakin merasakan ribuan anak panah menusuk jantungnya mendengar ucapan Valen.

" Menikahlah karena cinta jangan karna aku!" kata Tata melepas tangan Valen pada tangannya dan berjalan mendekati tangga.

" Apakah tiga tahun yang lalu kamu menikah karna cinta? Apakah hubungan kita adalah permainan bagimu?" tanya Valen berjalan ke arah Tata. Tata menahan airmatanya saat mendengar Valen meragukan cintanya tiga tahun yang lalu. Dia tidak menyalahkan Valen jika menanyakan itu, karena dia dulu yang membuat Valen menanyakan itu.

" Lupakan! Tidak ada gunanya dibahas lagi!" jawab Tata, tiba-tiba Tata merasa sedikit pusing dan tubuhnya limbung, beruntung Valen ada didekatnya, dengan cepat Valen menarik tubuh Tata ke pelukannya.

" Mbakkkk!" teriak Sumi yang melihat Tata hampir saja terjatuh dari lantai atas.

" Reynnnn!" teriak Valen. Lalu Valen membopong tubuh Tata dan membawanya ke dalam kamar.

" Ambilkan minyak kayu putih!" teriak Valen.

" Iya, Mas!" jawab Sumi. Valen membaringkan Tata ke ranjang dan duduk di pinggir ranjang.

" Reyn! Kamu nggak pa-pa?" tanya Valen.

" Apa yang kamu lakukan pada istriku?" tiba-tiba Lewis datang dan melihat Valen berdua dengan Tata. Valen terkejut melihat lewis, lalu dia berdiri menatap lewis dengan tenang.

" Tadi dia..." belum sempat Valen berbicara, lewis telah berjalan perlahan mendekati Tata dan tiba-tiba melayangkan tinju kerasnya ke wajah Valen. Valen yang tidak menyangka, terkejut dan terlambat untuk menghindar. Valen tersungkur ke tembok kamar, darah segar keluar dari sudut bibir Valen. Tidak menunggu lama, lewis mencengkeram kerah kemeja Valen dan menghajar adiknya itu.

" Kamu memang brengsek, Al! Apa kamu tida bisa melihatku bahagia?" teriak Lewis disela pukulannya.

" Astaga, Massss!" teriak Sumi yang melihat lewis menghajar Valen tanpa perlawanan. Tata yang terbangun akibat mendengar teriakan dikamarnya terkejut saat melihat arah pandangan Sumi, dengan cepat dia berdiri dan menarik Lewis.

" Lewis! Apa kamu sudah gila? Dia adikmu sendiri!" teriak Tata.

" Dia bukan adikku! Dia ...bukan adikku!" teriak lewis dengan wajah menampakkan amarah. Tata melihat darah membasahi kemeja Valen, dia akan mendekati Valen.

下一章