webnovel

Teman Terakhir (2)

Tanganku bergegas menyiapkan silet berkarat yang ku simpan. Mengeluarkan selembar kain ramah lingkungan.

Dan menatap mata kucing yang terlihat semakin menyedihkan.

Kasihan sekali.., kalau ia bertemu orang selain aku..pasti..ia akan baik baik saja.

_

_

"Me..meong!!" teriak kucing itu mengeong lemas ketika aku membuka perlahan perutnya.

Mataku terbelalak dan perlahan memerah karena bergairah.

Bisa kurasakan dagingnya berdenyut dan panas. Dengan pelan dan sangat hati hati aku melepaskan sebagian kulit perut.

Ada yang ingin kulihat, anggota tubuh kucing. Apa..sama dengan manusia ya?

_

_

Srek..,"Meong..." ditengah suara meong meong yang terus terdengar. Tanganku memotong lembut daging merah yang kini mulai mengeluarkan darah.

Aku tersenyum lagi ketika berhasil memotong daging kucing. Dan kucing itu masih hidup.

Aku mengelus pipiku dengan kedua tanganku. Menatap itu dengan sangat bahagia.

Karya seni yang luar biasa...

_

_

"Ususnya cantik juga" seruku sedikit mengeluarkan usus kecil dari sana. Tidak kupedulikan binatang kecil yang mulai datang mengelilingi kami.

Setelah melihat lihat usus aku memotong usus itu dan mengeluarkan seluruh organ tubuh kucing. Menatap satu persatu.

Tidak peduli kucing yang kusiksa sudah mati dan kini di kerubungi maklhuk kecil.

Aku tersenyum kedua mataku menipis dan hidung ku kembang kempis.

Organ tubuh kecil manisnya..

_

_

Darah yang manis..., indah nya.. seruku mengambil perlahan jantungnya yang kini sudah tidak berdenyut.

Aku mengambil silet dan membelah seluruh organ tubuh itu dan seketika darah menguat dan merembes ke seluruh tempat.

Aku bisa melihat pakaianku sudah bermandikan darah.

"Bahagianya..." seru ku, lagi sangat puas.

_

_

Teng

Aku bergegas bangun,...dan menguap dengan malas..."Ah..belajar ya"

Hampir saja kulupakan kalau aku masih harus belajar satu jam lagi.

Kubereskan kucing itu dan kukuburkan dengan asal di tanah bersama kain ramah lingkungan serta seluruh isi tubuhnya.

Pasti tempat itu besok sudah sangat subur dan hancur. Soalnya aku sudah pernah membunuh maklhuk lain.

Seperti burung atau anjing mungkin, yah sebenernya sama sama menyenangkan.

Melihat wajah mereka yang kesakitan, melihat anggota tubuh mereka dan darah mereka yang sangat luar biasa.

_

_

Setelah beres aku segera ke wc mencuci segala perlengkapan. Dan memasukkan pada tas kecil menyerupai kotak pensil.

Tidak ada seorang pun yang akan curiga jika itu sebenarnya adalah alat pembunuhan.

_

_

Tak

Tak

kutatap wajahku sebentar ke cermin. Aku benar benar telah menjadi orang yang sangat berantakan.

Kutatap wajahku yang sebelumnya di penuhi darah. Masih terasa, masih berbekas..

Kotor...tentu saja aku sadar betapa kotornya diriku. Bagaimana lagi?

Aku harus hidup, maka oleh karena itu orang lain dibutuhkan.

Aku sadar jika aku tidak membunuh yang lain maka tubuhku akan habis.

_

_

Perlahan-lahan akan mengikis tubuhku hingga perlahan habis..dan aku mati .

_

_

"Oh gitu deku.., kau mau kubantu?" tanya todoroki yang tiba tiba ada di depan pintu WC.

aku terdiam . Todoroki mendekatiku dan perlahan menatapku dengan datar.

"Tidak ada siapapun, tenang saja hanya aku yang ada disini" seru todoroki seakan tau aku takut.

Mataku sedikit menipis dan keringat ku mulai bercucuran.

"Sejak kapan?" tanyaku pelan. Kusembunyikan alat pembunuhan ku.

Todoroki tersenyum kecil,...

"Sejak awal.."

Sekali lagi aku terkejut, kali ini jantungku seakan berhenti berdetak..

Orang yang paling ingin aku sembunyikan, sudah tau semuanya.

Terlebih lagi...dari awal, sejak penyakit ini dimulai...

下一章