Dengan cepat Lucken memegang pinggang Terry agar tidak terjatuh.
"Aku mencintaimu Luck." ucap Terry dengan suara berbisik kemudian mencium bibir Lucken dengan sangat lembut.
Mendapat ciuman dan sentuhan Terry yang tiada henti. Hasrat Lucken menjadi naik dan bergelora.
"Aku tidak akan memaksamu Luck, kalau kamu tidak mau aku juga tidak apa-apa." ucap Terry seraya merangkul leher Lucken saat Lucken mulai memeluk erat pinggangnya.
"Aku tidak bisa menolak keinginan dari seorang sahabat. Tapi bagaimana kalau Alisha tahu? apa kamu tidak merasa kasihan pada Alisha?" tanya Lucken dengan tatapan penuh.
"Alisha tidak akan tahu, lagipula Alisha tidak mencintaimu Luck, Alisha hanya mencintai satu pria saja. Cinta yang tidak pernah hilang dari hatinya." ucap Terry sedikit hilang kesadaran.
"Bagaimana kamu bisa tahu hal itu? Dan kenapa Alisha mau menikah denganku kalau tidak mencintaiku?" tanya Lucken ingin tahu tujuan Alisha.
"Alisha sudah sangat lelah menunggu pria itu. Karena itulah Alisha menerima lamaranmu agar bisa melupakan pria itu dari hidupnya." Ucap Terry seraya mengusap dada bidang Lucken.
Lucken terdiam ada perasaan sakit juga perasaan lega saat tahu Alisha tidak mencintainya. Paling tidak dalam hatinya tidak ada perasaan bersalah kalau Alisha menikah dengan Ducan. Dua orang yang masih terikat dengan masa lalunya.
"Baiklah Terry, apa kamu masih ingin bercinta denganku? Alisha ternyata tidak mencintaiku kan? jadi apa salahnya kalau aku menerima keinginanmu itu." ucap Lucken melampiaskan rasa sakitnya dan kecewanya pada Terry.
Terry mengangkat wajahnya tidak percaya dengan apa yang di dengarnya, Lucken menerima keinginannya.
"PLAKKK!"
Tiba-tiba Terry menampar pipi Lucken dengan sangat keras.
"Apa hanya sebesar ini perasaanmu pada Alisha, Luck? apa kamu pikir aku benar-benar ingin bercinta denganmu, dengan mengkhianati Alisha?! sebaiknya kamu batalkan rencana pernikahanmu itu!! kamu tidak pantas menikahi Alisha." ucap Terry seraya mendorong dada Lucken.
Lucken memeluk Terry yang sudah sempoyongan.
"Dengarkan aku Terry!! bukankah kamu bilang padaku kalau Alisha tidak mencintaiku? jadi buat apa aku mencintainya? dan dengarkan aku!! bukan aku yang akan menikah dengan Alisha! tapi saudara kembarku Ducan yang akan menikah dengan Alisha!" ucap Lucken dengan wajah serius.
"PLAKKK!"
Dengan keras Terry kembali menampar Lucken.
"Apa yang kamu lakukan?! apa tujuanmu dengan menikahkan Alisha dengan saudaramu?! apa kamu ingin menghancurkan Alisha!!" teriak Terry sambil menekan kepalanya yang sedikit berputar.
"Tidak Terry! aku tidak menghancurkan Alisha. Saat ini aku membutuhkan Alisha untuk membantu saudaraku dari bayang-bayang masa lalunya. Aku percaya kalau Alisha bisa membantu Ducan untuk lepas dari bayangan masa lalunya. Apalagi setelah aku mendengar darimu kalau Alisha juga tidak bisa melupakan masa lalunya. Dengarkan aku Terry." Ucap Lucken seraya memegang kedua bahu Terry.
"Mendengar apa?" tanya Terry menatap wajah Lucken sedikit samar.
"Dengan mereka menikah, mereka pasti akan bisa saling membantu dan saling mencintai. Aku yakin mereka akan bahagia. Momy sangat menyukai Alisha, dan menginginkan keturunan dari Ducan dan Alisha. Hidup Alisha tidak akan hancur, Alisha masih bisa meneruskan kariernya. Kamu dan putri kamu bisa tinggal di sana juga." ucap Lucken dengan sungguh-sungguh.
Terry menelan salivanya mendengar ucapan Lucken.
"Apa kamu yakin hidup Alisha akan bahagia menikah Ducan?" tanya Terry dengan serius.
"Aku sangat yakin Terry. Alisha akan bahagia. Kalau Alisha tidak bahagia kamu bisa bilang padaku, aku pasti akan datang menggantikan Ducan." Ucap Lucken menatap penuh wajah Terry.
"Kenapa aku harus bilang padamu? bukankah kamu akan lebih tahu di banding aku?" tanya Terry membalas tatapan Lucken.
"Karena aku tidak akan di sini lagi. Besok pagi di saat Alisha menikah dengan Ducan, aku pergi akan pergi ke Singapura. Saat ini Alisha belum tahu aku punya saudara kembar. Saat dia sudah tinggal di rumah, dia akan tahu." ucap Lucken sedikit tenang setelah Terry mulai mendengarkannya.
"Lalu apa yang kamu lakukan di sana? apa kamu akan menderita karena saudaramu akan menikah dengan wanita yang kamu cintai?" tanya Terry tiba-tiba merasa hatinya hampa setelah Lucken akan pergi ke Singapura dalam waktu yang lama.
"Aku akan bekerja di sana dan yang pasti aku akan menderita sendirian di sana. Tapi itu tidak terlalu penting bagiku. Yang terpenting saat ini hidup Ducan akan tertolong setelah menikah dengan Alisha dan Momy akan mendapat keturunan." ucap Lucken dengan tersenyum.
Tanpa mendengar ucapan Lucken selanjutnya, Terry menangkup wajah Lucken dan kembali menciumnya dengan perasaan penuh cinta dan gairah.
"Kamu pria yang baik Luck, sangat baik." ucap Terry setelah melepas ciumannya.
"Berjanjilah padaku Terry, kamu akan membantuku dan tidak menceritakan tentang hal ini pada Alisha. Cukup kita berdua yang tahu." ucap Lucken dengan tatapan penuh.
"Juga hal yang akan kita lakukan." ucap Terry dengan berani menarik tangan Lucken dan membawanya ke kamar.
"Apa kamu masih ingin bercinta denganku Terry? kamu tahu kan aku mencintai Alisha?" ucap Lucken mengingatkan Terry tentang perasaannya.
"Aku tidak peduli Luck, aku hanya ingin membahagiakan pria yang aku cinta sebelum dia pergi meninggalkan aku." ucap Terry seraya mengambil alat pengaman dan di berikan pada Lucken.
"Kamu tidak ingin aku hamil kan? kamu bisa memakai ini dan kita hanya bersenang-senang tanpa ada ikatan apapun." ucap Terry dengan tatapan penuh gairah.
"Aku tidak perlu memakainya Terry, kamu tidak akan hamil walau bercinta denganku berulang-ulang. Aku telah di vonis mandul oleh Dokter." ucap Lucken dengan wajah sedih.
Terry terdiam di tempatnya tidak percaya kalau pria yang di cintainya adalah pria mandul.
"Aku ikut merasakan kesedihanmu Luck, tapi percayalah aku selalu mencintaimu dan berharap suatu saat kamu bisa mencintaiku. Sekarang sudah waktunya kita melupakan kesedihan itu. Aku sangat menginginkanmu Luck." ucap Terry melempar alat pengaman ke sampah karena dia dan Lucken tidak memerlukannya lagi.
"Apa kamu yakin menginginkanku Terry?" tanya Lucken seraya memeluk pinggang Terry yang sudah menggugah gairahnya dengan memasukkan tangannya ke dalam celananya.
"Kenapa aku tidak yakin? kamu tidak menolakku kan Luck?" tanya Terry menjatuhkan tubuh Lucken di atas kasur dan menindihnya.
Lucken menelan salivanya, jujur baru pertama kali ini dia bercinta dengan seorang wanita.
Kemahiran dan ketenangan Terry membuat Lucken terjebak dalam hasrat yang tidak bisa dia hindari.
"Aku tidak menolakmu Terry." ucap Lucken dengan tatapan sayu saat Terry melepas celananya dan merangsang dirinya dengan hal yang yang sangat mengejutkan.
Sentuhan-sentuhan Terry yang menggila mampu melemaskan otak syarafnya dan menaikkan hasratnya dengan sangat cepat.
"Aku akan membuatmu tidak akan bisa melupakan hal ini Luck. Akan kuberikan yang hal yang terindah padamu." ucap Terry seraya melepas pakaiannya juga kemeja Lucken.