webnovel

part 23

Ezell bergegas melangkah ketika pelayannya memberitahukan bahwa Qiandra terjatuh dari tangga. Baru 15 menit pertengkaran mereka terjadi dan sekarang Qiandra sudah ingin bunuh diri.

"Percobaan bunuh dirimu gagal, Qiandra." Ezell mendekat, pelayan segera memberikan jalan.

Qiandra meringis kesakitan, kakinya terasa sangat nyeri. Ia merutuki dirinya sendiri yang tak hati-hati hingga ia bisa terjatuh. Untung saja dia masih hidup. Tuhan selalu baik padanya, hanya Ezell saja yang menjadi ujian terberat untuknya.

"Apa kau pikir aku gila?!" Qiandra menatap Ezell menyalak, "Aku bisa menggunakan cara cepat untuk bunuh diri, kenapa aku harus menjatuhkan diri dari tangga!"

Ezell tak menjawab kata-kata Qiandra, ia membungkukan tubuhnya, mengangkat Qiandra dengan kedua tangan kokohnya.

"Mau dibawa kemana aku?" Alih-alih masih kesal dengan kelakuan Ezell beberapa menit lalu, ia merasa senang karena Ezell mau membantunya. Setidaknya pria ini tak meninggalkannya begitu saja.

"Membawamu kembali ke atas lalu menjatuhkanmu lagi dari tangga!"

"Aku tahu kau kejam. Sangat tahu."

Ezell memperkuat tangannya, ia menaiki anak tangga satu persatu. Tujuan kakinya adalah membawa Qiandra kembali ke kamarnya.

Dari bawah, Qiandra mengamati wajah Ezell. Tuhan pasti sedang sangat bahagia ketika menciptakan Ezell. Tak ada cela, tak ada yang bisa digunakan untuk menunjukan kekurangan di wajah Ezell. Terlalu sempurna.

"Jika kau ingin jatuh, lain kali cobalah untuk jatuh dari balkon di lantai 3. Aku yakinkan kau mungkin tidak akan hanya terkilir, tapi kau pasti akan mati." Ezell merebahkan tubuh Qiandra di atas ranjang.

Qiandra tersenyum sarkas, "Aku akan memberitahumu ketika aku ingin mencobanya. Kau akan sangat senang menyaksikannya!"

"Ya, beritahu aku."

Qiandra mendengus, "Sebegitunya kau ingin aku mati?"

"Aku ingin ibumu yang mati. Sedangkan nyawamu? Aku pikir jika ibumu sudah tewas, aku tidak akan peduli dengan nyawamu."

Ya, ya, Qiandra tahu itu.

"Terimakasih."

"Karena menginginkan ibumu tewas? Tidak perlu berterimakasih, aku akan melakukannya dengan baik."

"Karena telah menolongku."

"Kau pikir aku menolongmu?"

"Tentu saja."

"Aku hanya tidak ingin ada yang menghalangi jalanku naik."

"Tangga memiliki cabang. Kau bisa lewat sisi tangga yang lain."

"Lewat manapun terserah padaku. Sekarang tunggu dokter, dia akan memeriksamu. Biarkan dia karena aku mengizinkan dia memeriksamu. Kau bisa bedakan mana pria yang mencoba merayumu dan mana pria yang sedang mengobatimu."

"Ada kemungkinan dokter itu akan tertarik padaku setelah memeriksaku."

"Dia bisa melakukannya jika dia tidak menyayangi nyawanya. Tapi seingatku, dia sangat menyayangi nyawanya. Dan ya, seseorang tidak akan tergoda jika kau tidak menggodanya. Kau harus ingat, aku benar-benar benci wanita penggoda." Ezell membalik tubuhnya dan meninggalkan Qiandra.

"Waw, bagaimana bisa dari sekian banyak kata yang keluar dari mulutnya, semuanya bernada dingin." Qiandra menggelengkan kepalanya, ia heran sekaligus takjub dengan sikap dan ekspresi Ezell.

Senyuman terlihat di wajah Qiandra, secepat itu kekesalannya pada Ezell berganti dengan senyuman. Hanya karena Ezell membawanya ke kamar, hanya karena kalimat-kalimat Ezell yang pedih namun diartikan baik oleh Qiandra. Cara berpikir Qiandra sudah kembali ke cara berpikirnya yang biasa. Menghilangkan kekesalan semudah ia meretas jaringan.

Ezell menutup pintu kamar Qiandra, seorang pelayan berada di dekat sana, "Kau!" Ezell memanggil pelayan. "Panggilkan dokter untuk Nona Qiandra! Setelah itu temani Nona Qiandra. Berikan apapun yang dia butuhkan, dan pastikan dia tidak turun dari ranjang!"

"Baik, Tuan."

Ezell meninggalkan pelayan yang membungkuk memberi hormat padanya, ia melangkah menuruni tangga.

"Bagaimana dia bisa terjatuh dari tangga?" Ezell bertanya pada Robert.

"Nona Qiandra tidak fokus. Mungkin ini karena efek tadi pagi." Robert mengungkit apa yang Ezell lakukan pagi tadi.

"Apa kau pikir hanya karena itu dia tidak fokus. Aku memberikannya banyak tekanan, bukan hanya tadi pagi."

"Nona Qiandra membuat masakan dengan tangannya sendiri. Dia melakukannya dengan tulus untuk anda, dan mungkin hatinya sangat sakit ketika anda membuangnya begitu saja."

"Dia tidak melakukan itu untukku. Dia sedang mencoba baik padaku lalu menusuk jantungku seperti yang ibunya lakukan pada Mommy. Dia mungkin saja meminta aku untuk berhenti mengusik ibunya. Tidak, aku tidak akan berhenti hanya karena seorang Qiandra."

"Lalu, kenapa anda menolongnya jika anda tidak merasakan ketulusannya?"

Ezell memutar tubuhnya, melihat ke arah Robert dengan tajam, "Aku tidak ingin dia mati sebelum Deane mati."

"Dia hanya jatuh, hanya terkilir dengan luka lecet yang tidak terlalu parah."

"Mungkin saja kepalanya terbentur dan dia mati karena itu."

"Tuan mencari banyak alasan sekarang. Baiklah, mari kita buat seperti yang Tuan pikirkan saja. Saya pegi ke markas dulu, selamat istirahat." RObert menghentikan perdebatan mereka. Ia menundukan kepalanya memberi hormat lalu pergi.

Ezell tersenyum sarkas, "Mencari banyak alasan? Mari kita buat seperti yang tuan pikirkan? Kenapa kalimatnya terdengar mengejek? Sialan kau, Robert!" Ia menyadari betul jika Robert sedang memperlakukannya seperti seorang anak kecil.

"Ada apa dengan Robert?" Suara lembut itu terdengar bersama dengan ketukan anggun yang dihasilkan oleh langkah kaki, "Pagi, Ezell." Tangan ramping Celinna sudah memeluk leher Ezell. Bibirnya menyapu bibir Ezell dengan lembut. Celinna selalu melakukan hal seperti ini ketika ia bertemu dengan Ezell.

"Sejak kapan kau ada disini?"

"Sejak beberapa menit lalu." Celinna sudah ada sejak Ezell melangkah menuju ke Qiandra yang terjatuh. "Bagaimana kondisi Qiandra?"

"Tidak terlalu parah."

"Syukurlah kalau begitu."

"Aku rasa ini bukan jam yang ditentukan kemarin, Celinna."

Celinna tersenyum, "Kau terlalu menunjukan otoritermu, Ezell. Aku hanya datang setengah jam lebih cepat. Apakah begitu memuakan melihat wajahku?" Mengatakan dengan nada sakit tapi wajah Celinna terlihat sedang merayu Ezell. Mulut manis Celinna adalah bagian terbaik dari dirinya selain dari kecantikan wajahnya.

"Aku memiliki pekerjaan dan aku tidak suka diganggu."

"Aku bisa menunggumu di tempat lain." Celinna menjawab cepat. Ia mengecup pipi Ezell, "Kerjakan apa yang harus kau selesaikan, aku akan mendatangimu setengah jam lagi." Ia melepaskan tangannya dari leher Ezell.

Ezell meninggalkan Celinna, meskipun ini hari libur, Ezell masih tetap bekerja. Ia menyelesaikan pekerjaan yang tak sempat ia kerjakan kemarin.

Ketika Ezell masih menyelesaikan pekerjaannya, dokter tengah mengobati luka-luka Qiandra. Tidak ada yang parah memang, tapi kaki Qiandra terkilir dan ia kesulitan berjalan.

Pintu kamar Qiandra terbuka, sosok Celinna muncul dari balik pintu. Ia melangkah masuk menuju ke ranjang Qiandra.

"Apakah lukanya parah?" Celinna bertanya pada dokter yang membalut kaki Qiandra.

"Tidak begitu parah."

"Syukurlah kalau begitu. Kau harus lebih hati-hati, Qiandra." Celinna menampilkan senyuman tulusnya.

Qiandra tak terlalu menyukai Celinna, tapi sejauh ini Celinna tak melakukan apapun padanya. Wanita ini bahkan sering tersenyum ramah padanya ketika mereka bertemu di kediaman Ezell. Dan lagi, Celinna juga bukan wanita yang pendendam, dia bahkan tidak membalas tamparan Qiandra waktu itu.

"Sudah selesai." Dokter menyelesaikan pekerjaannya.

Qiandra melihat ke arah kakinya yang di perban, astaga, ia tidak bisa kemana-mana jika kakinya seperti ini.

"Saya tinggal. Jika anda meraskan sakit, silahkan hubungi saya."

"Hm." Qiandra membalas dengan dehaman saja.

Dokter pergi, tapi Celinna masih tetap berada di dekat Qiandra.

Celinna melangkah semakin dekat ke ranjang, "Kau akan segera sembuh, Qiandra. Kau hanya harus banyak istirahat."

"Ya, aku tahu itu." Qiandra merubah posisi berbaringnya menjadi duduk bersandar di sandaran ranjang. "Dokter sudah mengatakannya padaku."

"Baiklah, aku harus membiarkanmu istirahat. Semoga lekas sembuh, Qiandra."

"Ya, terimakasih." Qiandra membalas singkat. Ia cukup menjunjung tinggi kesopanan.

tbc

下一章