webnovel

part 20

"Daddy yakin ingin menjual rumah ini?" Qiandra menatap Albert serius.

"Rumah ini terlalu besar untuk ditinggali oleh dua orang, Nak." Albert memutuskan untuk menjual rumahnya dan memulai sebuah usaha kecil dari bawah lagi. Albert bukan tipe orang yang mudah putus asa. Ia bisa mencoba mulai dari nol lagi. Ia akan memulai dari usaha kecil lagi.

"Tapi rumah ini.."

"Kenangan tidak hanya ada di rumah ini, Qian. Meski Daddy tak di rumah ini, seumur hidup Daddy tak akan bisa melupakan Mommy Elizabeth."

Di luar ruang kerja Albert, seseorang mendengar percakapan itu. Deane, wanita itu mendengar jelas apa yang suaminya katakan. Meski dia sudah jadi satu-satunya istri Albert, tetap saja ia masih menjadi yang kedua di hati Albert.

"Daddy tidak bisa membawa Mommymu ke dalam kesengsaraan. Uang dari penjualan rumah ini bisa menghidupi kami untuk beberapa tahun ke depan."

Qiandra tak bisa menghalangi lagi jika keputusan Albert sudah bulat, "Baiklah. Jika Daddy menginginkan itu maka lakukan saja."

Albert tersenyum, "Ini baru anak Daddy." Ia memeluk Qiandra, "Bagaimana kabar Ezell?" Lewat Qiandra, Albert bisa menanyakan tentang Ezell. Dulu dia tak memiliki cara apapun untuk mengetahui keadaan Ezell. Kehidupan Ezell tak begitu terbuka, ia sangat jarang melihat Ezell di televisi ataupun majalah.

"Dia baik." Hanya itu jawaban Qiandra.

"Maafkan Daddy. Daddy harusnya tak membawamu ke masalah Daddy dan Ezell."

Qiandra melepaskan pelukan ayahnya, "Bukan Daddy yang membawa Qiandra. Tapi Qiandra sendiri yang terjun masuk ke permasalahan. Sudahlah, Qiandra baik-baik saja saat ini. Jadi jangan dipikirkan lagi."

Albert tahu putrinya kuat, tapi ia juga tahu bahwa putranya tak akan baik pada Qiandra, tapi tak ada yang bisa ia lakukan.

♥♥

"Tuan, rumah kediaman Kingswell sedang mencari pembeli." Robert meberitahukan berita yang baru ia ketahui pada Ezell.

Ezell meraih ponsel milik Robert dan melihat penawaran tentang rumah Albert, "Siapkan seseorang untuk membelinya. Wanita dewasa yang cantik."

"Baik, Tuan." Robert tak akan bertanya mengapa harus wanita dewasa yang membeli rumah itu. Ia hanya melaksanakan perintah dari Ezell.

"Baiklah, Deane. Mari kita mulai permainan lainnya." Ezell memasang wajah keji. Wanita dewasa yang cantik, sebuah alat yang akan Ezell gunakan untuk menghancurkan hati Deane. "Siapkan mobil! Aku butuh udara segar."

"Baik, Tuan." Robert segera keluar dari ruangan Ezell. Ia pergi untuk mempersiapkan mobil.

Ezell mengambil jasnya, memakainya dengan menawan lalu keluar dari ruang kerjanya.

Di depan pintu keluar, mobil Ezell sudah menunggu pemiliknya.

"Kau tetap di kantor!" Ezell memberi perintah pada Robert.

Robert membukakan pintu untuk Ezell, ketika Ezell masuk dia segera menutup pintu.

Mobil Ezell melaju, udara segar yang ia maksud adalah sebuah tempat hijau. Taman kota, tempat itulah yang ia datangi. Meski hari ini hari kerja tapi taman itu cukup ramai, sepertinya ada anak-anak taman kanak-kanak yang belajar sambil bermain di tempat itu.

Bukan hanya anak-anak yang ada di taman itu, para orangtua dari anak-anak itu juga berada disana. Menemani anak mereka belajar dan bermain setelahnya.

Ezell tak menampakan ekspresi apapun, matanya melihat suami istri yang tengah bermain dengan putra mereka. Bayangan keluarga bahagianya dulu berputar di benaknya. Dulu ia juga seperti itu, sebelum akhirnya berakhir tragis.

Tak ingin merasa sesak, Ezell melemparkan pandangannya ke arah lain, namun yang ia temukan masih sama. Masih keluarga kecil yang bahagia. Ezell berharap senyuman anak-anak itu tak akan berubah hingga mereka dewasa. Tak ada anak yang harus tersakiti karena pengkhianatan dan permasalahan orangtuanya.

Merasa tak mendapatkan udara segar, akhirnya Ezell pindah ke tempat lain. Dan di sisi lain taman ia cukup tenang. Hanya satu anak laki-laki yang ada di tempat itu. Dari seragamnya, anak itu adalah salah satu anak dari taman kanak-kanak tadi. Ezell tak berniat mengganggu anak itu, ia hanya duduk dan mengamati anak laki-laki yang menikmati kesendiriannya itu.

Beberapa saat kemudian anak itu bangkit, matanya mengarah ke satu arah dan mengikuti ke arah itu, sementara Ezell, ia tetap di tempat duduknya, kini ia benar-benar dapatkan udara segar dalam kesepiannya. Begini lebih baik daripada harus sesak berada di tengah keluarga bahagia. Ia hanya tak tahan ketika bayangankeluarga bahagianya dulu berputar di otaknya.

Setelah cukup puas, Ezell bangkit dari tempat duduknya, ia segera melangkah menuju ke mobilnya.

"MAMA!" Teriakan seorang anak kecil membuat Ezell berhenti melangkah. Ia melihat ke sumber suara. Dan yang terlihat adalah anak kecil yang tadi sendirian di taman. Ezell tak sempat melihat ke arah panggilan anak tadi. Ia berlari ketika melihat sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi mengarah ke anak laki-laki tadi.

Suasana di dekat taman itu tiba-tiba menjadi ramai. Namun bukan karena Ezell yang menyelamatkan anak itu tapi karena orang lain.

"Kalian baik-baik saja?" Seseorang bertanya pada anak kecil tadi dan juga wanita yang menyelamatkan anak itu.

"Kau baik-baik saja, Jagoan?"

Ezell mengenal suara itu, namun tanpa harus bersuasa ia juga mengenal bentuk tubuh itu.

"Mama!" Anak laki-laki tadi bersuara, ia melihat ke arah seberang jalan.

"Dion. Kau baik-baik saja, nak?" Seorang wanita berjongkok di depan Qiandra dan anak laki-laki yang Dipanggil Dion dengan wajah khawatir.

"Ibu, Mama. Dion lihat Mama."

Raut wajah ibu itu berubah menjadi sedih, ia mendekap Dion, "Mama Dion sedang bekerja. Dia tidak ada disini."

Baik itu Qiandra atau Ezell, mereka tahu bahwa wanita itu berbohong.

"Apa yang terjadi, Qiandra?? Kau terluka!"

Qiandra melihat ke arah lengannya yang terluka, "Hanya goresan kecil, Zack. Akan segera sembuh setelah diobati." Tadinya Qiandra merasakan pening kepala tapi setelah beberapa saat pening di kepalanya menghilang.

Tadinya Qiandra bersama Zack di taman itu, tapi ia melangkah sendirian ketika Zack pergi membelikannya makanan.

"Bukan hanya lenganmu tapi juga keningmu, kita ke rumah sakit. Kau harus segera diobati." Zack terlihat sangat cemas.

Qiandra berdiri dari posisinya, Zack dengan sigap memeluk pinggangnya, "Aku baik-baik saja. Hanya luka luar." Jemarinya menyentuh keningnya yang berdarah.

"Qiandra, lukamu tidak baik-baik saja."

Qiandra memandang Zack lembut, "Jika aku merasa sakit aku pasti akan segera ke rumah sakit. Aku bukan gadis 11 tahun lagi, Zack."

Zack khawatir tapi tak bisa apa-apa.

"Kalian.." Wanita yang dipanggil ibu oleh Dion melihat ke arah Qiandra dan Zack bergantian.

"Ibu Zannah!" Qiandra dan Zack bicara bersamaan.

"Qiandra! Angelo!"

Dan itu menjadi pertemuan kembali antara pengurus panti tempat Zack berada, tempat dimana Qiandra biasa dititipkan.

Suasana di tempat itu berangsur sepi karena melihat keadaan Qiandra dan Dion baik-baik saja. Termasuk Ezell yang sudah menyingkir dari tempat itu, namun Ezell tak melepaskan pandangannya dari Qiandra dan Zack.

Matanya menyiratkan jika apa yang terjadi saat ini adalah kesalahan. Tak ada orang yang boleh menyentuh miliknya seperti yang Zack lakukan sekarang.

♥♥

Qiandra kembali ke kediaman Ezell. Kepalanya sudah diobati, yang mengobatinya adalah ibu pengurus panti. Setelah dari taman, ia diajak ke panti asuhan milik Zannah. Mereka bercerita hingga berjam-jam, dari cerita itu Qiandra tahu bahwa Dion mengalami kasus yang sama seperti Ezell. Orangtuanya berpisah, namun disini tak ada yang mau membawa Dion. Hingga akhirnya Dion berakhir di panti asuhan.

"Kau memang memiliki jiwa kepahlawanan, Qiandra." Ucapan dingin itu membuat Qiandra berhenti melangkah. Ia melihat ke sebelah kanannya, di atas sofa, Ezell duduk dengan kedua tangannya yang memegang majalah. "Dan drama di tempat itu tadi cukup romantis." Ezell menutup majalahnya.

Qiandra tahu ia akan mendapatkan cemoohan seperti ini dari Ezell. Ia menyadari betul kehadiran Ezell di jalan itu, bukan, lebih tepatnya di taman itu.

Qiandra sudah memperhatikan Ezell.sejak Ezell memperhatikan sebuah keluarga bermain. Sejak saat itu mata Qiandra terus mengawasi Ezell. Dan menyelamatkan Dion, itu terjadi karena Qiandra melihat Ezell berlari. Karena posisi Dion lebih dekat padanya, maka dia yang memilih untuk menyelamatkan Dion. Ia yakin Ezell akan terlambat menyelamatkan Dion dari posisinya, terlebih lagi, Qiandra tak ingin Ezell terluka.

"Jadi, kau menyerahkan hidupmu pada Zack juga untuk membantu Albert?!"

Qiandra tahu Ezell akan menghinanya dengan menyakitkan tapi ia tak menyangka Ezell akan mengeluarkan kalimat ini.

"Sangat wajar dia membantumu dan terjun langsung."

"Kau salah memahami situasi. Aku tak melakukan apa yang kau katakan. Zack, dia sahabatku sebelum aku pindah ke kota ini." Qiandra menjelaskan meski ia tak yakin Ezell akan percaya.

"Sahabat?" Ezell tak yakin, "Persahabatan antara pria dan wanita itu tidak ada, Qian. Kau memang seperti Deane!" Ezell menatap Qian keji, "Aku tak suka barangku disentuh orang lain. Kau akan menerima konsekuensinya, Qian!"

"Aku tak melakukan kesalahan, Ezell! Dia benar-benar sahabatku!"

"Kau harap aku percaya? Aku bukan Albert yang mudah ditipu!" Ezell mencengkram tangan Qiandra, menyeret wanita itu ke sebuah ruangan.

"Suhu di ruangan ini tidak akan membunuhmu dengan cepat. Tapi aku yakinkan kau akan tersiksa disini!" Ezell mendorong Qian masuk ke ruangan yang dinginnya luar biasa.

"Sahabat?" Ezell tersenyum masam. "Kau tak perlu memiliki sahabat pria, Qiandra!" Ezell mengunci tempat itu dan berlalu pergi.

tbc

下一章