Tring...Tring...
Baru dering pertama dan Gathan sudah bangkit dari tempat duduknya.
"Eh, mau kemana kamu?" tanya Pak Rishat saat melihat Gathan berdiri dari kursinya.
"Mau pulang, Pak."
"Lho, saya 'kan belum mengakhiri pelajaran hari ini." Pak Rishat menatap Gathan bingung.
"Ee, tapi itu udah bel, Pak," sahut Gathan memberi alasan.
"Duduk dulu! Kamu mau kemana sih buru-buru banget?"
"Mau kencan, Pak!" teriak Binar menjawab pertanyaan Pak Rishat mewakili Gathan.
Gathan melirik Binar yang cekikikan di sebelahnya. Matanya melotot ke arah sahabatnya itu sembari mengucap 'sialan' tanpa suara.
"Oh, kencan toh." Pak Rishat manggut-manggut. Pria paruh baya yang memiliki kumis tipis itu tersenyum jahil. "Tapi saya punya tugas buat kamu lho, Than."
"Yah, Pak. Kok gitu..." Gathan mengeluh tak terima.
Teman-teman sekelas Gathan menahan tawa melihat ekspresi pemuda itu.
"Yang lain boleh pulang. Gathan, kamu tolong bawakan buku-buku teman sekelasmu ke kantor." Setelah mengatakan hal itu, Pak Rishat bangkit dari kursi dan berjalan keluar kelas.
"Hahahahahahaha." Tawa menyebalkan yang super nyaring itu datangnya dari Binar. Pemuda itu tertawa terpingkal-pingkal di bangkunya.
"Awas aja lu, Nyet!" omel Gathan berjalan lesu ke meja guru.
Teman-teman lain berhamburan pulang, tapi Gathan harus mampir ke ruang guru dulu.
Sial sekali nasib Gathan.
Sampai di ruang guru, Gathan langsung menuju mejanya Pak Rishat. Ada beberapa guru yang sudah mengakhiri pelajaran, namun ada juga yang masih tinggal di kelas dilihat dari meja-meja guru masih banyak yang kosong.
"Terimakasih, Than. Semoga saja kencanmu sukses." Pak Rishat tersenyum jahil.
Gathan hanya mengangguk dan tersenyum salah tingkah.
"Saya pamit dulu, Pak."
Di depan ruang guru, Gathan berpapasan dengan Bu Joana, gurunya waktu kelas 1 dulu. Di belakangnya, ia melihat Rana yang tengah membawa tumpukan buku. Gadis itu tersenyum padanya, membuat Gathan diam terpaku di depan pintu.
"Kamu ngapain berdiri di depan pintu? Minggir sana! Saya sama Rana mau lewat," oceh Bu Joana mengusir Gathan.
"Hah? Eh, i-iya, Bu." Gathan menyingkir sembari menggaruk-garuk kepalanya.
Rana tersenyum geli melihat tingkah Gathan. Gadis itu segera menyusul BU Joana yang sudah masuk ruang guru duluan.
"Aku jemput jam 5. Dandan yang biasa aja, biar mata lelaki nggak ngelirik kamu," bisik Gathan di telinga Rana yang berjalan melewatinya.
Rana menoleh ke samping namun Gathan sudah pergi. Mereka tidak pulang bersama karena hari ini Rana ada eskul fotografi. Gadis itu tersenyum menatap punggung Gathan dari jauh.
*****
"Lo ngapain sih duduk di situ?" bisik Gathan pelan.
Tatapan tajam Gathan mengarah ke pemuda yang dengan tidak tahu malunya duduk di samping Rana. Restoran jepang yang dipilih Gathan saat kencan dengan Rana, hari ini terlihat cukup ramai. Hingga tak ada kursi kosong yang tersisa. Baru saja mereka masuk restoran dan duduk di meja yang sebelumnya sudah dipesan, muncul satu sosok yang merusak ketenangan Gathan.
"Gue mati-matian ngajak Rana jalan dan lo gangguin acara lunch gue. Demen banget ya, lo ngerecokin gue," oceh Gathan tanpa peduli ucapannya dapat didengar oleh Rana.
"Sorry, tapi gue lapar," sahut Binar tanpa dosa. Binar mengabil tempat duduk di sebelah Rana yang sudah terlebih dahulu duduk. Tidak perduli dengan tatapan tajam dari Gathan yang masih berdiri di dekatnya. "Hai, Ran, apa kabar?" sapa Binar tersenyum manis ke arah Rana.
"Ngak usah sok akrab," cibir Gathan kesal.
"Hai, Nar." Balasan dari Rana semakin membuat Gathan jengah.
"Nah, lo denger sendiri, 'kan? Rana aja bisa nerima gue, kenapa lo enggak?" ujar Binar sembari melihat menu makanan sebelum kemudian mengatakan pesanannya kepada pelayan café.
Gathan semakin cemberut, mau tidak mau dia harus membiarkan Binar bertingkah untuk beberapa waktu. Pemuda itu duduk di depan Rana.
"Heh, Binar Bego'! Lo nggak ada acara kencan sama salah satu pacar lo?" Gathan menendang kaki Binar pelan seraya menatap tajam mata cowok itu mengisyaratkat supaya dia harus cepat pergi.
"Nggak ada," sahut Binar santai. "Hari ini gue bebas," imbuhnya dengan tampang watadosnya.
"Kalau gitu gimana kalau lo pindah cafe aja? Lo nggak nyadar kalau udah ganggu acara kencan gue sama Rana," kesal Gathan, namun Binar masih bergeming.
"Gue ingin makan sushi."
"Lo 'kan bisa makan di restauran jepang yang lain," kesal Gathan
"Gue maunya disini, 'kan bisa sekalian lihat cewek cantik kayak Rana," sahut Binar tersenyum menggoda ke arah Rana.
Gathan menarik nafasnya dalam-dalam supaya emsoinya tidak pecah. Akan sangat tidak menguntungkan kalau emosinya meledak-ledak di sini.
"Gue ke toilet dulu," pamit Gathan kemudian beranjak pergi. Setelah Gathan menghilang di ujung lorong, tawa Binar pun akhirnya pecah.
"Udah puas lo ngerjain dia," ucap Rana yang sedari tadi diam.
"Hahaha. Lucu banget ngelihat dia marah-marah," oceh Binar disela tawannya.
"Mukanya sampai merah banget lo." Rana juga ikut tertawa.
Ternyata Gathan pamit ke toilet untuk menelfon Binar. Terbukti dari selepas Gathan pergi ponsel Binar terus bergetar tanda ada panggilan masuk. Namun Binar sengaja tidak mengangkatnya guna menambah kekesalan sahabatnya itu. Pelayan datang membawakan pesanan mereka. Binar menikmati makan siangnya dengan lahap sembari mengorol dengan Rana. Tak mengacuhkan ponsel yang sedari tadi terus berdering.
"Angkat gih, ntar dia tambah marah lho," suruh Rana.
"Ck, ganggu aja sih ini anak," gumam Binar sebelum mendial panggilan Gathan.
"Brengsek! Gue udah ribuan kali nelfon lo. Kenapa lo baru ngangkat sekarang? Cepet enyah dari café ini!" teriak Gathan menggelegar setelah Binar memutuskan untuk mengangkat tefon dari Gathan.
"Lo mau ngomong gini aja pakek ijin ke toilet segala, ngomong aja langsung di hadapan gue," ledek Binar memuat Gathan semakin emosi. "Eh, tapi percuma juga sih. Gue nggak akan berubah pikiran untuk menyantap makanan di café ini. Weih, makanan di sini bener-bener enak. Lain kali bolehlah mampir ke sini lagi," ceriwis Binar di seberang telfon.
"Binar, sialan! Berhenti main-main sekarang juga! Gue akan ngasih apapun yang lo inginkan, tapi lo harus angkat kaki dari cafe ini sekarang juga, Brengsek!" teriak Gathan akhirnya.
"Ehm, tawaran yang menggiurkan," gumam Binar. "Akan gue masukin ke dalam daftar hutang lo. Baiklah, karena gue udah kenyang, jadi gue pergi dulu. Bye Rana, bye juga Mas Gathan," ucap Binar terdengar menjijikan di telinga Gathan.
Gathan menutup ponselnya dengan kesal. Menghela nafasnya berkali-kali supaya emosinya mereda, pria itu merapikan bajuna sedikit sebelum keluar kamar mandi. Menghampiri meja Rana dengan senyum cerah miliknya.
"Sorry ya, atas gangguan makhluk astral tadi. Dia emang suka gitu kalau lagi galau," celoteh Gathan tersenyum.
"Nggak apa-apa kok," balas Rana ikut tersenyum.