"Woy! Ditanya kok malah bengong, sih?" ujar Gathan mengibaskan tangannya di depan waja gadis yang berdiri di hadapannya.
"Hah?"
"Gimana bisa lo berfikir kalau gue ini orang kaya? Karena mobil gue? Tapi kayaknya dari awal lo udah tahu kalau gue ini orang kaya, bahkan dari sebelum lo minta dompet ke gue. Lo itu..."
"Mobil lo kenapa?" tanya gadis itu mengalihkan pembicaraan.
"Hah?" Pergantian topik membuat Gathan bingung. "Ehm, bannya bocor. Gue...."
"Ada peralatan nggak? Gue sedikit ngerti masalah mesin," tanya gadis itu lagi-lagi tanpa memberi kesempatan Gathan bicara.
"Nggak ada. Ini makanya gue bingung karena beng…."
"Di sekitar sini nggak bengkel," gumam gadis itu.
"Itu juga yang ingin gue bilangin tadi," cibir Gathan pelan.
"Cepet sembunyi gih!" perintah gadis itu membuat Gathan heran.
"Kenapa gue harus sembunyi? Sumpah ya, tingkah lo dari tadi tuh aneh tau nggak. Lo…," protes Gathan langsung terhenti lantaran tatapan tajam gadis itu mengarah kepadanya.
"Sembunyi. Sekarang."
"Ok-ok… gadis tukang maksa." Gathan mengomel namun tetap menuruti perintah gadis itu. Dia segera masuk ke dalam mobilnya.
Tiba-tiba hal yang tidak terduga terjadi tepat di depan kedua mata kepala Gathan sendiri. Gadis itu yang awalnya memakai kemeja kotak-kotak berwarna biru dongker, kini hanya menggunakan kaos tanpa lengan warna hitam setelah tadi ia menanggalkan kemejanya. Hal yang langsung membuat mulut Gathan menganga lebar dengan tingkah gadis itu.
"Mau ngapain tuh cewek?" celoteh Gathan masih mengamati gadis itu dari dalam mobil. Gadis itu berjalan pelan menuju pinggir jalan raya berusaha menarik perhatian pengendara mobil yang lewat di sekitar area jalan itu. "Waw," gumam Gathan tersenyum kagum pada gadis itu.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya ada sebuah mobil Ferari yang berhenti di depan gadis itu. Kaca mobil perlahan terbuka, gadis itu berjalan mendekat. Dua orang pemuda bergaya metroseksual sedang memandang penuh minat pada gadis itu.
"Hei, Manis. Ada yang bisa kita bantu?" tanya salah satu pemuda yang memakai jaket hitam memulai pembicaraan.
"Iya nih, mobil gue bannya bocor. Kalian punya dongkrak nggak?" ucap gadis itu terdengar sangat manis.
"Tentu saja ada. Mau kita bantuin sekalian?" tawar pria satunya yang berada dibalik setir kemudi.
"Nggak ngerepotin nih?" tanya gadis itu sok jual mahal.
"Enggaklah, untuk gadis secantik kamu apa sih yang enggak."
Kedua pria itu keluar dari mobil ferari itu dan langsung memulai aksinya mengganti ban mobil milik Ibra. Sesekali mengobrol dengan gadis itu, mencoba merayunya dengan gombalan receh yang membuat Gathan mencibir di balik pohon. Well, sejak kapan dia pindah dari dalam mobil ke balik pohon? Itu saat dua pria sok keren tadi menunduk mendongkrak mobil.
"Wah, jago juga tuh cewek manfaatin orang," cibir Gathan masih mengamati tingkah mereka bertiga.
Begitu kelar acara mengganti bannya, mereka terlihat sedang menatap gadis yang tadi ditolongnya dengan penuh minat. Tatapan wajah salah seorang pemuda yang memakai jaket hitam kentara sekali sedang mengagumi wajah cantik gadis itu. Begitu juga dengan si pemuda yang memakai setelan jas biru yang berdiri di samping mobil. Gathan yang semula sembunyi di belakang pohon tak jauh dari mobilnya, menyelinap masuk kedalam mobil miliknya saat dua orang pemuda itu lengah tanpa ketahuan.
"Terimakasih," ucap gadis itu tersenyum pada 2 pemuda tadi.
"Santai aja. Ngomong-ngomong, kita mau ke Millenium nih. Lo mau ikut nggak?" tanya pemuda berjaket hitam.
"Millenium? Oh, sorry, tapi gue harus cabut, ada urusan." Gadis itu mengelak.
"Ayolah! Kita bersenang-senangdulu," ajak si pemuda berjas menarik pergelangan tangan gadis itu.
"Enggak! Gue pulang aja. Udah malam." tolak gadis itu dingin seraya melepas cekalan pemuda tadi.
"Kok lo jual mahal banget sih," ujar pemuda itu meraih dagu gadis itu.
Gadis itu menatap tajam cowok kurang ajar tersebut sebelum melaksanakan misinya untuk memberi kedua laki-laki ini pelajaran. Namun tiba-tiba saja Gathan yang semula berada dalam mobilnya , membuka pintu mobil dengan keras hingga mengenai cowok berjas yang berusaha menggoda gadis yang sudah menolongnya tadi.
"Eh, Bro! Sorry-sorry, tangan gue kesleo. Lo nggak papa?" tanya Gathan sok merasa bersalah, padahal dia sengaja melakukan itu.
Sebenarnya saat pemuda tadi ingin mengajak gadis itu ke Pub, tangan Gathan sudah geram untuk menghajar kedua pemuda tak bermoral itu. Namun ditahan karena ingin melihat sejauh mana gadis itu mengatasi masalah tersebut.
"G-gathan! L-lo kok bisa ada di dalam mobil." Pemuda berjas terlihat gugup saat melihat Gathan.
"Wah, lo kenal sama gue? Kita satu sekolah ya? Atau kita pernah punya masalah sebelumnya? Cewek lo pernah selingkuh sama gue?" tanya Gathan bertubi-tubi.
"E-enggak. K-kita udah mau cabut kok."
Kedua pemuda itu lari tunggang langgang karena takut sama pentolan SMA Deandles. Ternyata ke 2 pemuda tadi adalah adik kelas Gathan di sekolahnya.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Gathan menatap gadis tadi.
"Enggak, makasih. Gue pulang dulu," ucap gadis itu pergi.
"Eh, tunggu! Lo mau gue antar?" tanya Gathan menarik tangan gadis itu mencegahnya pergi jauh.
"Ee… sejujurnya, gue tadi mau menghajar cowok asing yang udah megang tangan gue dan sok akrab dengan ngajak gue pergi. Lo nggak mau 'kan kalau gue sampai menghajar lo," ucap gadis itu datar.
"Eh, sorry." Gathan segera melepas cekalannya. "Gue nggak bermaksud apa-apa, gue cuma mau berterimakasih karena lo udah nolongin gue," imbuhnya kemudian.
"Gue hargai sikap baik lo, tapi gue bisa pulang sendiri." Gadis itu tersenyum tipis. Dia berjalan pergi meninggalkan Gathan.
Gathan masih berdiri menatap gadis itu yang berjalan berlawanan arah dengan rumahnya. Pria itu kemudian masuk ke mobil dan menjalankan mobilnya menuju jalan pulang.
Sesampainya di rumah Gathan hanya senyum-senyum sendiridi dalam kamarnya. Memikirkan gadis yang membantunya tadi. Lamunannya buyar lantaran hpnya berbunyi nyaringtanda ada panggilan masuk.
"Halo," sapa Gathan malas tanpa melihat identitas si penelpon.
"Lo dimana? Gue udah sampai di tempat yang lo sebutin tadi," ujar Binar di sebenrang telfon.
"Hah? Gue udah di rumah," jawab Gathan santai.
"Di rumah? Lo bilang tadi suruh jemput karena mobil lo bannya bocor. Kok sekarang udah sampai rumah?" tanya Binar tak habis fikir.
"Udah beres. Lo pulang gih, udah malam. Nggak baik anak perjaka malem-malem keluyuran," celoteh Gathan tak tahu diri. Lebih menyebalkannya lagi, dia langsung memutuskan sambungan secara sepihak. Tidak perduli dengan Binar yang memakinya di ujung sana.
"Gimana caranya gue ketemu sama cewek yang tadi ya?" gumam Gathan menerawang.
Hahahaha, si Gathan nyebelin banget ya? Emang temen nggak tahu diuntung. Ck