webnovel

Bab 37

"Aku mencintaimu,,"

Deg

Deg

Deg

"Kembalilah padaku...."

Rasya menatap Percy dengan tatapan tak percayanya.

Ia menatap manik mata Percy seakan ingin mencari kebohongan di sana. Tetapi tak menemukannya.

"Kamu salah paham selama ini," ucap Percy. "Saat itu aku ingin memberikanmu sebuah restaurant yang aku beli dari keluarga Rocky, aku menyimpannya di atas meja di dalam map merah. Tetapi kamu malah mengambil map surat kontrak yang akan aku bakar saat itu."

"Kamu-"

"Aku dan Rindi sudah sepakat tidak akan pernah bersama lagi. Aku mendengar kehamilanmu saat kamu berbicara dengan Papa Angga. Aku sadar di sana karena sudah terlalu sering menyia-nyiakan kamu. Aku ingin menebus kesalahanku, aku ingin kembali memulainya lagi bersamamu dan calon anak kita. Bahkan aku sudah memesan tiket liburan untuk kita melakukan honeymoon," ucapnya membuat Rasya berkaca-kaca menatapnya.

"Tetapi kamu meninggalkanku sebelum aku meminta maaf padamu, aku sudah menuduhmu macam-macam. Maafkan aku,"

"Aku sudah memaafkan kamu dari sejak awal. Aku sendiri yang salah karena menyembunyikan kejadian malam itu," tangisnya mulai pecah.

"Apa aku menyakitimu malam itu?" Rasya menggelengkan kepalanya. "Maafkan aku." Percy memejamkan matanya hingga air matanya luruh membasahi pipi, Rasya mampu menatap kesakitan dan kesedihan di mata Percy.

"Tiga tahun ini aku mencarimu, dan sekarang aku bahagia bisa menemukanmu. Hezky menghubungiku beberapa hari lalu dan mengatakan keberadaanmu."

"Hezky?"

"Yah, dia mengancamku juga. Kalau aku datang hanya untuk membuatmu sakit hati lagi, maka aku harus melupakan kamu selamanya. Saat itu aku masih di rumah sakit melakukan beberapa terapi dengan temannya Om Dhika. Aku langsung meninggalkan terapi untuk menemui kamu,"

Rasya semakin menangis mendengar penuturan Percy, ia mengingat luka di punggung Percy. "Apa lukamu sangat parah? Apa kita perlu ke dokter?"

Percy menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja, aku hanya ingin kamu. Dan jujur saja aku bahagia sekali melihat keberadaan Arkan. Kalian berdua adalah sumber kebahagiaanku," ucapnya.

"Kembalilah padaku, Rasya. Kembalilah menjadi sahabat terbaikku sekaligus istriku dan ibu dari anak-anakku." Rasya semakin menangis mendengar penuturan Percy barusan.

Ada rasa haru dan bahagia yang memuncak. Tidak munafik, inilah yang ia harapkan dari sejak lama.

"Bukankah kita sudah bercerai?"

"Tidak ada perceraian di antara kita, aku tidak menandatangani surat gugatan darimu. Aku bahkan membakarnya bersama surat kontrak sialan itu."

Rasya terkekeh kecil, tangisnya sudah pecah dan membasahi pipinya. Ia memejamkan matanya dengan masih menggerakkan tubuh mereka.

"Ikutlah denganku kembali ke Indonesia."

Rasya membuka matanya hingga tatapan mereka kembali terkunci. "Apa kamu masih mau menerimaku? Apa kamu masih mau menjadi istriku?"

"Tidak ada alasan untukku menolakmu, Percy. Aku masih mencintaimu, hikzz..." Rasya langsung memeluk Percy dengan tangisnya yang pecah.

Percy merengkuh pinggang Rasya dengan erat, ia membalas pelukan Rasya.

Tak jauh dari mereka, Hezky dan Arkan bertos ria karena usaha mereka berhasil. Yah, Hezky ingin Rasya kembali dengan Percy karena beberapa hari lalu ia dapat kabar dari keluarganya kalau Percy berkali-kali menanyakannya. Hezky tau apa yang ingin Percy ketahui darinya kalau bukan Rasya.

Di tambah lagi Arkan sering bertanya beberapa hal kenapa Bunda dan Ayahnya tidak bersama. Dan kenapa Ayahnya tidak pernah datang.

Dengan nomor yang di berikan keluarganya, Hezky mampu menghubungi Percy. Karena Percy menyimpan nomornya dan alamatnya ke orangtua Hezky.

Ia tersenyum bahagia dengan memeluk Arkan yang berada dalam pangkuannya. Akhirnya sahabatnya bahagia,

Jammy datang menghampiri mereka berdua, dan bertanya siapa pria yang bersama Rasya. Hezky menjelaskannya sedikit dan itu membuat Jammy tersenyum, ia ikut berbahagia melihat Rasya. Ia merangkul calon istrinya itu.

Percy melepas pelukannya, ia membelai pipi Rasya dan menghapus air matanya lagi.

"Panda Tembem kalau nangis, pipinya makin melar." Ucapan Percy membuat Rasya terkekeh.

"Jibar," gerutunya, keduanya sama-sama terkekeh.

Percy kembali memeluknya dengan begitu erat dan mengecup kepala Rasya berkali-kali.

"Aku sangat merindukanmu, Panda Tembem." bisik Percy.

"Aku juga, aku juga merindukanmu, Jibar."

Percy tersenyum membelai rambut Rasya, ia menatap ke arah Arkan dan mengangkat jempolnya pada mereka membuat Arkan membalas mengacungkan jempolnya pada Percy.

***

Bandara Internasional Soekarno - Hatta

Percy merangkul Rasya yang mendorong trolly barang dengan Arkan yang tertidur di gendongan Percy. Mereka baru saja kembali ke negara asal mereka.

"Sudah lama sekali rasanya aku tidak pulang," kekeh Rasya.

"Papa dan Mama pasti bahagia mendengar kabar ini," bisik Percy yang di angguki Rasya.

Percy mendapat telpon dari Verrel kalau saat ini mereka semua berada di kediaman Adinata. Merekapun memutuskan untuk ke sana dengan sopir pribadi Percy.

Setelah menempuh jarak cukup lama, mereka akhirnya memasuki area komplek rumah Adinata.

"Kenapa kita ke rumah Om Dhika?" tanya Rasya.

"Kita akan ke rumah Opa Surya, ini adalah 7 harinya kepergian mediang Oma Elga."

"Inalillahi wa' innailahi rojiun." Rasya terpekik kaget,

"Beliau meninggal di dalam kamar, dalam pelukan Opa Surya. Aku salut sekali pada orangtua om Dhika. Mereka hidup berdua, menjaga keharmonisan dan keindahan rumah tangga di masa tua. Hingga sekarang Oma kembali pulang pada Tuhan, tetapi Opa Surya tak menangis. Dia seakan sudah sangat ikhlas, dia berkata pada tante Lita yang menangis tanpa henti saat itu. Katanya Oma Elga sudah bahagia di sana, semua tugasnya sudah selesai. Keinginannya hanya melihat cucu-cucunya tumbuh dewasa dan juga kebahagiaan om Dhika. Opa ikhlas karena beliau yakin, suatu saat nanti mereka akan kembali bertemu dan berharap di jodohkan kembali oleh tuhan di sana," jelas Percy.

"Aku ingin masa tua kita seindah masa tua mereka. Hidup berdua, tanpa mengusik kehidupan anak-anak kita nanti. Menjaga keharmonisan dan kehangatan hubungan di antara kita." Ucapan Percy membuat Rasya merona mendengarnya.

Tak lama mobil mereka berhenti tepat di depan rumah besar itu, rumah yang tak berubah sama sekali. Rumah khas Eropa itu masih kokoh berdiri di sana.

Percy mengajak Rasya turun dari mobil dengan masih menggendong Arkan yang kini sudah bangun dari tidurnya tetapi masih merebahkan kepalanya di pundak Percy.

Mereka memasuki rumah yang terlihat banyak mobil terparkir di sana. Mereka memasuki rumah yang pintunya terbuka.

Mereka melihat beberapa makanan dan juga karpet yang sudah mengisi setiap lantai di sana. Mereka berjalan menuju ruang keluarga dimana semuanya sedang berkumpul.

"Assalamu'alaikum," ucap Percy membuat semuanya menoleh.

"Rasya!" Ratu yang sedang membawa makanan untuk di suguhkan segera menyimpannya di atas nakas dan berlari menerjang Rasya yang sudah menangis.

"Mama," tangisnya pecah seketika.

Angga yang terlihat memakai peci putih, sudah berdiri di samping Rasya dan Ratu yang saling berpelukan.

"Papa." Rasya memeluk Angga yang berdiri di sampingnya. Mereka sama-sama menangis meluapkan rasa rindu mereka. Rasya terus mengucapkan maaf pada mereka berdua.

"Ini siapa?" tanya Dewi yang baru datang dari dapur bersama Thalita. Percy menoleh pada Dewi yang tersenyum berbinar menatap Arkan.

"Arkan sayang kenalkan ini-"

"Oma Dewi," ucap Arkan dengan suara khasnya.

"Kamu kenal?"

"Iya, Bunda mengenalkan semuanya lewat foto. Itu Oma Ratu dan Opa Angga, ini Oma Dewi dan-" ia celingak celinguk mencari sosok Edwin.

"Opa Edwin disini," ucap Edwin.

"Kok pake kacamata, padahal di foto enggak," ucapnya dengan lucu.

"Kamu meragukan Opa?" kekehnya membuat Arkan terkekeh bahagia. Semuanya terkekeh melihat Arkan.

Rasya menyalami semuanya yang ada di sana dan memeluk Surya dengan mengucapkan bela sungkawanya.

"Ini cucunya Opa yah," ucap Angga mengambil alih Arhan dan mencium pipi gembilnya.

"Pipinya mirip sama Acha kecil," ucap Okta mencubit pipi Arkan.

"Sakit," dengusnya. "Kakek ini siapa? Aku gak kenal," ucapnya dengan polos.

"Oh kamu tidak mengenalkan Opa terunyu ini, Rasya!" ucap Okta membuat Rasya terkekeh.

"Maaf Om, aku tidak punya foto Om." Kekehnya.

"Loe ingin ikutan mulu, bikin cucu sendiri sono," sindir Angga.

"Bagaimana mau bikin cucu, anaknya aja belum kawin." sindir Okta membuat Datan mendengus.

"Kak Percy, anaknya lucu banget." Leonna sudah berdiri saja di samping Angga, padahal tadi sedang duduk di samping Verrel.

"Kakak ini siapa?" tanya Arkan.

"Kenalin Sayang, aku Onty Leonna yang sangat cantik," ucapnya membuat yang lain terkekeh.

"Pede loe," celetuk Datan.

"Nah yang barusan ngomong itu Om gak jadinya kamu, namanya Om Datan tapi gak jadi Om kamu. Karena, Aww..." Datan menimpuk Leonna dengan botol aqua membuatnya meringis.

"Tuh mulut mau gue sumpel pake jus cabe," ucapnya membuat Leonna mencibir.

"Om sama Tantenya lucu," kekeh Arkan.

"Onty Leonna memang lucu sayang," ucapnya dengan begitu percaya diri membuat yang lain terkekeh.

Arkan kini ada di gendongan Dewi, "Sayang, sini tangannya." Leonna mengambil tangannya dan menyimpannya di perutnya. "Doain yah supaya Onty cepat dapat baby yang lucu kayak kamu, biar kamu ada teman main," ucapnya.

"Iya Onty, Amin."

Verrel hanya tersenyum kecil melihat Leonna yang begitu berharap memiliki seorang anak.

"Sore semuanya, Bella datang," ucapan itu membuat mereka semua menoleh.

Di ambang pintu, Rindi bersama Daffa dan Bella datang.

"Rasya"

"Rindi"

"Ya tuhan Rasya." Rindi beranjak dengan kruknya untuk memeluk Rasya.

Mereka saling berpelukan dan terkekeh. "Maafin gue yah, Sya." ucap Rindi saat melepaskan pelukannya.

"Nggak, gue yang harusnya minta maaf sama loe. Gue-"

"Ssstt, semuanya sudah berlalu. Gue senang loe kembali lagi kesini dan menemani pria menyedihkan itu." Kekeh Rindi menunjuk Percy membuat Rasya ikut terkekeh. "Jangan pergi lagi, biar dia gak cengeng lagi. Saat gak ada loe, siang malam dia nangis terus mikirin loe."

"Apa sih Rin," ucap Percy.

"Ih aku bisa jadi saksi kok Kak Rasya," ucap Leonna. "Kak Percy suka nyulik suami aku tiap malam, bahkan aku sama Kakak harus libur Naena dulu karena kak Percy nangis terus tiap malam. Jadi aku harus ikhlas berbagi deh, tapi sekarang udah ada kak Rasya, jadi suami aku gak akan di culik lagi." Ucapan polos Leonna membuat semuanya tertawa dan Percy terlihat memerah karena malu.

"Berlebihan sekali Princes, jangan memfitnah." cibir Percy yang merasa malu karenanya.

"Kakak tau kan Leonna gak pernah bohong." Leonna menampilkan wajah baby facenya membuat Rasya terkekeh.

"Aku percaya padamu, Leonna."

"Yess,"

Rasya terkekeh seraya melirik Percy dengan rasa bahagia dan terharunya. Benarkah Percy menangis karenaku?

"Sya, kenalin ini suami gue dan ini putri gue." Ucapan Rindi menyadarkan Rasya.

"Oh hay, Rasya."

"Daffa,"

"Ini yang waktu itu-" Rindi menganggukan kepalanya.

"Jodoh itu memang rumit," kekehnya.

"Hay Bella sayang." Rasya mencolek pipi gembil Bella. "Dia sangat cantik sepertimu," ucapnya. "Ini Arkan, putraku." Ucap Rasya saat Arkan merengek ingin di gendong olehnya.

"Dan putraku juga," ucap Percy merangkul Rasya di depan Rindi.

Rindi tersenyum senang melihatnya. "Wajahnya mirip bapaknya, keliatan kalau sedang hamil kamu gedeg banget sama laki satu ini."

Rasya tertawa mendengar penuturan Rindi itu. Puas sekali rasanya memojokkan Percy.

"Tidak apa-apa, yang penting dia mirip denganku." ucapnya tak ingin kalah.

Para orangtua bersyukur karena anak-anak mereka bisa bersikap dewasa dan menjaga hubungan mereka menjadi lebih baik.

"Randa kemana?" tanya Rasya.

"Dia sekarang tinggal di NewZeland bersama suaminya, Samuel."

"Wah mereka sudah menikah." Rindi menganggukkan kepalanya.

Setelah bercengkraman, mereka melakukan tahlilan karena tamu sudah banyak yang datang. Rasya duduk di samping Ratu dan Leonna. Tatapannya terus mengarah ke arah Percy yang memangku Arkan sambil membaca ayat-ayat Al-quran.

Setelah acara berlangsung, kini mereka duduk bersama di karpet itu untuk makan malam bersama. Angga terlihat senang bermain dengan Arkan sang cucu. Percy terlihat berbicara serius dengan Verrel.

Tatapan Rasya tak teralihkan dari sosok Percy, dia merasa sangat bahagia sekali.

"Gak usah di liatin terus Kak, gak akan kabur kok," bisik Leonna membuat Rasya terkekeh sendiri karena malu.

"Aku hanya memastikan ini bukanlah mimpi," kekehnya.

"Ini bukan mimpi Kak," ucapnya.

"Leonna, Kakak ikut bersedih mendengar kabarmu."

"Tidak apa-apa Kak, itu sebuah ujian bagi kami. Aku yakin tuhan akan segera menitipkan baby di dalam perutku."

"Amin,"

"Hei Cris, sini!" panggil Leonna membuat anak laki-laki seusia Arkan itu berjalan mendekatinya dan duduk di pangkuan Leonna sambil memakan kue lapis.

"Ini anak siapa?" tanya Rasya.

"Tebak saja, hei Cris tersenyum. Perlihatkan senyuman imutmu," ucap Leonna membuat Cris tersenyum hingga menampilkan lesung pipitnya.

"Anaknya Vino dan Chella?" Leonna mengangguk antusias. "Wah gantengnya, mirip sekali dengan Papanya yah,"

"Ini malah sedikit mirip Leon. Karena saat hamil, Abang sensitive banget sama Leon." Rasya terkekeh mendengar penuturan Leonna.

"Tidak apa-apa yah, yang jelas jangan mirip sama tetangga." Leonna mengangguk antusias.

"Eh Leonna, Datan kenapa murung? Tadi pas aku ke kamar mandi, aku melihatnya hanya duduk di teras belakang rumah sambil merokok."

"Oh, biasa Kak. Efek galau karena adik iparnya Kakak."

"Pretty?" Leonna mengangguk antusias. "Jadi mereka beneran pacaran dan menjalin hubungan seserius ini?"

"Aku pikir Kakak tau," ucap Leonna.

"Tidak, Pretty bahkan tidak bercerita padaku. Oh iya dimana Pretty? Aku ingin menanyakan itu tadi," ucapnya. Banyak sekali yang terjadi saat ia tidak ada.

"Mbak Pretty lagi di umpetin Daddy." Rasya mengernyitkan dahinya mendengar penuturan Leonna.

"Maksud kamu?"

"Jadi Datan itu ngelakuin kesalahan yang bikin mbak Pretty sakit hati, nah daddy berinisiatif menyembunyikan mbak Pretty untuk memberi pelajaran pada Datan. Biar Datan bisa lebih dewasa lagi dan bisa lebih menghargai seorang perempuan."

"Wah, om Gator memang selalu punya cara untuk mendidik anaknya." Leonna mengangguk setuju. "Tapi dimana Pretty sekarang?"

"Aku tidak tau, daddy gak mau bilang katanya aku suka ember," kekeh Leonna membuat Rasya ikut terkekeh.

"Bunda," panggilan itu membuat Rasya dan Leonna menoleh.

"Kenapa Nak?" Rasya mengusap kepala Arkan yang duduk di depannya. Arkan melirik ke arah Cris yang tidak terganggu dengan kue lapisnya.

"Arkan mau itu," tunjuknya pada Cris, dan seketika Cris menyembunyikan kuenya di belakang tubuhnya dengan menatap garang. Leonna dan Rasya terkekeh karena ulah dua bocah itu.

"Mirip banget kamu sama emakmu, Cris. Sama-sama pelit," kekeh Leonna.

"Apa loe Ona, racuni anak gue." Chella ternyata sudah ada di sana dengan membawa dot berisi susu.

"Antenanya langsung nyala pas namanya di sebut," kekeh Leonna.

"Bunda mau itu," rengek Arkan.

"Sebentar yah Bunda minta itu."

"Udah habis Kak," ucap Chella.

"Yah, udah habis Arkan sayang."

"Tapi mau," rengeknya.

"Cris, ayo di bagi kuenya buat Arkan," ucap Chella.

"Nggak mau," Cris langsung beranjak dan berlari ke arah Farel dan duduk di pangkuannya dengan tenang menikmati kuenya.

Seketika Arkan menangis membuat Rasya berusaha menenangkannya.

"Arkan kenapa?" tanya Percy menghampiri mereka, dan hampir semuanya menoleh ke arah Arkan yang menangis.

"Mau itu, mau itu." Rengeknya di gendongan Percy menunjuk kue yang di makan Cris.

"Cris, ayo di bagi kuenya," ucap Farel.

"Nggak mau." Cris malah berlari dan bersembunyi di balik lemari.

"Mirip sama emaknya pelit," celetuk Datan membuat Chella mencibir.

"Hey Cris, Papa bagi sini kuenya." Vino menengadahkan telapak tangannya di hadapan putranya dan Cris memberikannya sedikit.

Vino berpura-pura memakannya, karena kalau tidak di makan dan di kasihkan ke oranglain, Cris akan menangis.

Saat perhatian Cris kembali ke kuenya, Vino memberikannya ke Arkan membuatnya berhenti menangis. Semuanya terkekeh melihat tingkah dua bocah itu. Hanya Bella yang sibuk merangkak kesana kemari.

Leonna menoleh ke arah Verrel dengan mata yang berkaca-kaca. "Maaf, karena aku belum juga hamil."

Ada rasa sakit sekaligus iri melihat kebahagiaan keluarga kecil saudaranya.

"Ssstt, kamu jangan sedih. Kita sedang berusaha, bersabarlah sebentar lagi." Verrel mengusap kepala Leonna dengan lembut.

Dhika tersenyum melihat Verrel dan Leonna, ia bersyukur Leonna mendapatkan pria seperti Verrel. Putrinya bisa bertahan karena kesabaran Verrel.

***

Malam itu, Rasya dan Percy kembali menikah karena mereka sudah berpisah cukup lama. Dan lebih baik lagi kalau mereka kembali menikah.

"Sah!"

Ucapan syukur dan doa mengiringi ke khidmatan acara pernikahan sederhana itu. Percy menatap Rasya dengan senyumannya.

Rasya tak hentinya menampilkan senyumannya, berbeda dengan acara pernikahan pertama mereka dulu. Ia mengecup tangan percy dan Percy membalas mencium kening Rasya cukup lama.

Tepuk tangan menggema di sana.

'Padahal Kakakmu menikah lagi, tapi kamu sama sekali gak datang. Saat Kakakmu koma, kamupun tak datang. Apa segitu bencinya kamu sama aku sampai tidak ingin kembali sehari saja.' Batin Datan berlalu pergi meninggalkan rumah itu tanpa mengatakan apapun. Okta menatap putranya yang berlalu pergi meninggalkan kediaman Angga. Ia tau kalau Datan menantikan kedatangan Pretty, ia terlihat bersemangat menghadiri pernikahan ini karena berpikir Pretty akan datang, tetapi ternyata tidak.

"Sampai kapan akan membuatnya menunggu?" tanya Chacha menyadarkan Okta.

"Pretty belum menjawab lamaranku, semoga saja ia menerima lamaran kita. Aku tidak bisa melihat putraku semakin hancur," ucap Okta yang di angguki Chacha.

***

Percy menggendong Rasya menuju ke kamar pengantin mereka. Mereka tidak memesan kamar hotel, cukup Apartement Percy yang sudah di sulap seromantis mungkin untuk mereka.

Senyuman tak luput dari mereka berdua, Percy merebahkan tubuh Rasya perlahan di atas ranjang king size. Ia membelai wajah Rasya yang berada di bawahnya. Percy masih menampilkan senyumannya.

Bip bip

Dering handphone menyadarkan mereka berdua, Percy segera mengangkatnya dan sedikit menjauh dari Rasya membuat Rasya mengernyitkan dahinya.

"Aku harus pergi dulu, ada pekerjaan penting. Sebentar yah." Percy mengecup kening Rasya yang kebingungan dan beranjak pergi meninggalkan Rasya sendirian.

Rasya menatap sekeliling kamar yang romantis ini, mendadak berubah menjadi mencekam. Bayangan saat malam pertama mereka dulu terngiang di kepala Rasya. Haruskah terulang kembali....

Rasya terdiam membeku sambil memeluk kedua kakinya. Ia ingin menangis, kenapa Percy kembali meninggalkannya sendirian di malam pertama mereka. Apa urusannya jauh lebih penting daripada dirinya.

Tok

Tok

Tok

Rasya menoleh ke arah jendela apartement saat mendengar suara ketukan kaca. Ia beranjak dari duduknya menuju balkon. Matanya membelalak lebar saat melihat Percy berada di bawah, tepatnya taman Apartement, di sekelilingnya terdapat lilin yang mengelilingi sebuah gazibo kecil, di mana di gazibo itu terdapat taburan kelopak bunga mawar merah, ada meja kecil dimana di atasnya ada satu botol anggur dengan dua gelas.

Lalu di sekitarnya juga ada boneka panda besar yang tembem pipinya. Rasya terkekeh melihatnya.

Percy melambaikan tangannya dan meminta Rasya untuk turun. Tanpa pikir panjang, Rasya segera turun dengan menenteng gaun pengantinnya. Ia sedikit berlari untuk menghampiri Percy di bawah sana.

Rasya berlari hingga menabrak tubuh Percy dan menghamburkan pelukannya. Percy terkekeh mendapat serangan mendadak dari istrinya itu.

"Nafsu banget nih Panda Tembem," kekeh Percy membuat Rasya ikut terkekeh.

Percy melepaskan pelukannya dan mengusap sudut mata Rasya yang basah. "Kenapa menangis?"

"Aku pikir kamu ingin meninggalkanku lagi seperti dulu. Aku akan sendirian lagi."

"Itu tidak akan terulang lagi, tidak ada lagi alasanku untuk meninggalkanmu. Kecuali kematian," ucapnya.

"Jangan pernah menangis lagi," bisiknya.

"Aku mencintaimu, Percy."

"Aku tau Faen, dan aku juga sangat mencintaimu." Rasya terkekeh bahagia mendengar penuturan Percy barusan.

"Jangan pernah menjadi seorang Faen lagi," ucap Percy membuat Rasya mengernyitkan dahinya. "Jadilah seorang Rasya yang mencintaiku, jangan pernah memendam apapun lagi. Percayalah padaku, jangan takut."

Rasya mengangguk antusias. "Aku tidak akan menyembunyikan apapun lagi, setelah mendengar ungkapan cinta darimu, aku tidak takut apapun lagi." Percy tersenyum mendengar penuturan Rasya.

Percy membelai pipi Rasya dengan ibu jarinya. Semakin lama, Percy semakin mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Rasya.

Perlahan tangan Rasya terulur untuk mengalungkannya ke leher Percy. Ciuman lembut tanpa menuntut itu membuat Rasya menutup matanya, dan menikmati ciuman lembut dari Percy.

"Jadilah sahabat hidupku," bisik Percy saat melepas pangutan mereka.

"Ya, itu adalah status yang cocok untuk kita. Supaya tidak ada kecanggungan," ucap Rasya yang di angguki Percy.

Percy kembali memangut bibir Rasya, dan kali ini lebih menuntut. Ia memasukkan lidahnya ke dalam mulut Rasya dan menggoda lidah Rasya untuk ikut bermain. Mereka saling menghisap dan saling bertukar saliva satu sama lain tanpa memperdulikan sekeliling.

~~~THE END~~~

下一章