webnovel

BAB 29

Di ruang terbuka di samping bagian lobi, di sana Hikari duduk di kursi kayu bersama putrinya. Ia memegangi tangan gadis itu sebelum dia beranjak pulang dari kediaman Uzumaki. Dan pesan yang dapat Hikari sampaikan untuk putrinya, "Jangan lupa untuk selalu menghubungi ibu, Neji, atau Hanabi," bahkan ketika ayahnya tidak disebutkan, Hinata sama-sekali tidak mencoba bertanya mengapa.

Gadis itu memandangi ibunya dengan pandangan yang menerawang, mengangguk-anggukan kepalanya dan terus menggenggam tangan ibunya sebelum mereka benar-benar berpisah dalam kurung waktu yang tak dapat mereka sendiri bisa menebaknya.

Setelah Hikari memutuskan untuk beranjak dari duduknya, Hinata memanggilnya, "Ibu," dengan suara lembut yang membuat Hikari mau tidak mau kembali menoleh pada putrinya. "Terima kasih, maaf jika mungkin membuatmu kecewa."

Hikari kembali mendekati putrinya, kemudian memeluk putrinya sangat erat, lalu ia malah tersedu-sedu karena kesedihan yang terus menyerang sejak Hikari berada di tengah perjalanan menuju ke kediaman keluarga Uzumaki. Ia harusnya tidak perlu khawatir lagi, karena putrinya yang malang setelah ini akan hidup bebas, melakukan apa pun yang diinginkannya untuk mencapai kebahagiaan.

Namun sebaliknya yang terjadi di lobi rumah besar Uzumaki, Mito tiba-tiba berlari dengan kakinya yang gemetar. Naruto mencoba menangkap tubuh neneknya yang hampir terjatuh. "Mengapa nenek berlari?"

"Kau harus sembunyikan Hinata, keluarga Hyuuga datang dengan tiga mobil." Semakin Mito mencegah keluarga itu memasuki pekarangan rumahnya, mungkin masalahnya akan semakin gawat. Persis seperti yang dikatakan oleh Hikari, bahwa Hiashi Hyuuga tipe nekat yang mungkin akan melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan putrinya kembali.

Pengawal-pengawal itu mulai berbondong-bondong datang lebih cepat, sedangkan Naruto tertegun di tempatnya. Muncul Hikari mendorong kursi roda putrinya kemudian, setelah memutuskan untuk membawa Hinata pergi ke lobi bersamanya daripada meninggalkan Hinata bersama pelayan wanita di ruang terbuka pada bagian samping lobi—ada semak-semak dan pepohonan rindang di situ—dan sekarang, ia malah terkejut suaminya muncul dengan wajah penuh amarah.

"Rupanya kau di sini."

"Ayah," Hinata mencengkeram tiap-tiap lengan kursi rodanya mendengar suara ayahnya yang ia pikir tidak akan mendengarnya sementara waktu, tubuhnya menegang, wajahnya terlihat pucat, Hinata tidak berkutik di tempatnya. "Ayah, kuharap jangan membuat keributan di rumah orang."

"Kau yang memulainya, melibatkan orang luar ke dalam masalah keluarga kita."

Hikari berlari mendekati suaminya, dan ia langsung mendapatkan perlakuan kasar, di mana sang suami mencengkeram lengannya. Hikari tampak terkejut oleh perlakuan tersebut. "Suamiku." Bisiknya, mencoba menyadarkan pria itu yang sudah kelewatan—bau alkohol bahkan tercium cukup mengerikan sampai membuat wajah Hikari mengernyit. "Kau mabuk? Kau minum dengan siapa?"

Mito merasakan tekanan di belakang kepalanya, tapi dia masih cukup kuat untuk berada dalam situasi sekarang. Ia menyaksikan dengan takut-takut, sementara dua pelayan pribadinya tetap berdiri di belakangnya, takut sang Madam justru linglung karena merasa terkejut oleh kejadian dadakan seperti ini sekarang.

Hiashi mendorong istrinya ke samping, dan dia bergegas mendekati putrinya yang menegang duduk di kursi rodanya. "Ayo kita pulang—" sebelum Hiashi dapat menyentuh kursi roda Hinata, Naruto mencegahnya terlebih dahulu dengan mencengkeram pergelangan tangan pria itu. "Lepaskan tanganku!"

"Anda tidak bisa membawanya begitu saja."

"Apa hakmu?"

"Saya calon suaminya," Hiashi membuang tawa ke udara. "Saya tidak akan mengizinkan Anda membawa calon istri saya dengan perilaku Anda yang menerobos rumah orang seenaknya."

"Jaga ucapanmu," Hiashi berkata dengan nada dongkol. "Putriku tidak akan menikah dengan siapa pun, termasuk dirimu." Ujar Hiashi, Hinata terdiam, menunduk, menangis—dia semakin sedih. "Singkirkan tanganmu. Putriku akan pulang bersama kami."

"Malam ini kami akan pergi ke Inggris untuk menyetujui pendonor kornea. Hinata akan bisa melihat lagi."

"Kalau tidak menyingkirkan tanganmu, aku akan langsung mengirim laporan dengan kasus bahwa putriku telah diculik oleh warga Rusia. Kau mungkin akan mendapatkan sanksi atas apa yang telah kaulakukan pada keluarga terhormat seperti kami. Kau bakal dideportasi."

"Hiashi!" di tempatnya, istrinya memekik tidak percaya.

Dengan gerakan pelan, Hinata mencoba melepaskan genggaman tangan Naruto dari tangan ayahnya. "Aku akan pulang," gadis itu bersuara, putus asa, ketakutan, terlihat jauh lebih rapuh. "Aku akan ikut pulang bersama ayah." Hiashi tersenyum kemenangan, seseorang kemudian mendorong kursi roda Hinata untuk bisa keluar dari kediaman Uzumaki.

Sedangkan Naruto masih berdiri dengan perasaan dan pikiran yang tidak menentu.

下一章