Enam bulan lagi kesepakatan antara Elise dan Rena berakhir. Jika saat itu elise belum hamil maka brian akan menikah lagi. Menikah dengan tiara. Model papan atas yang sangat menyebalkan dan arogant.
Apa yang harus elise lakukan? Dia tak ingin brian menikah lagi. Juga tak mau bercerai dengan suaminya. Tapi dia tak bisa hamil. Bahkan dokter yang sangat ahli pun mengatakan bahwa dia sulit mendapatkan anak dengan cara normal. Jalan satu-satunya hanya bayi tabung.
Brian punya banyak uang untuk membiayai proses bayi tabung itu, tapi apa rena akan setuju dengan itu. Wanita paruh baya itu pasti akan mengamuk dan semakin merendahkannya. Semua sikap dan perlakuan baik elise saja, tak pernah diperdulikannya bahkan wanita itu menghina dan merendahkan elise. Apalagi jika dia tau kekurangan elise ini. Bisa-bisa Elise akan dicaci maki terus-menerus hingga dia akhirnya menyerah dan bercerai dengan brian. Dan elise tak mau hal itu terjadi.
Kini elise tengah duduk di dalam mobil dalam perjalanan pulang. Dia baru saja dari kantor Brian untuk mengantarkam makan siang pria itu.
Elise memandang keluar jendela. Menatap iri pada seorang ibu dan putranya yang tengah berjalan di pinggir jalan. Senyuman di wajah anak kecil itu membuat hati elise semakin perih.
Kapan elise bisa memiliki seorang anak? Kapan dia hamil dan melahirkan anak brian? Kapan semua itu terjadi? Apa dia tak akan bisa mempunyai anak hingga akhir hayatnya?
Lalu mata elise membesar sempurna saat melihat seorang gadis yang baru saja memasukkan sebuah kantung hitam besar ke bak penampung sampah yang ada di pinggir jalan.
Gadis itu mendongak menatap langit, membuat elise bisa melihat dengan jelas wajah wanita itu. Jantung elise berdetak dengan sangat cepat.
Gadis itu memiliki struktur wajah yang sama dengannya. Mata dengan iris coklat, hidung mancung, tulang pipi dan bibir mungil gadis itu sama persis dengan elise. Yang membedakan hanya warna rambut dan postur tubuh gadis itu yang lebih kurus dibanding elise.
"Elena," gumam elise tak percaya. Matanya berkaca-kaca saat menyadari siapa gadis itu. Kembarannya yang sudah dua puluh tahun tidak bertemu.
Elena menyeka keringat di dahinya sebelum berbalik dan masuk ke dalam cafe.
Melihat hal itu elise dengan panik berbicara.
"Pak berhenti. Berhenti pak," ucap elise kepada supir tanpa melepaskan pandangannya ke arah cafe dimana elena masuk.
Saat mobil elise berhenti di pinggir jalan dan memerintahkan supir untuk menunggu. Elise dengan cepat berlari menuju cafe itu. Berdiri di depan cafe yang bertuliskan wonderful cafe.
Elise masuk ke dalam cafe itu. Matanya memyusuri setiap sudut cafe. Mencari keberadaan elena di sana.
Namun elise tak menemukan keberadaan elena. Hanya ada beberapa orang yang tengah duduk makan dan minum di dalam cafe. Seorang pelayan yang tengah melayani pelanggan. Seorang gadis yang sedang menyusun beberapa kue di etalase. Dan seorang gadis tinggi berdiri di cashier.
Dimana elena? Elise yakin jika dia tak salah lihat. Gadis yang baru dia lihat di pinggir jalan tadi adalah saudari kembarnya. Dan elena masuk ke dalam cafe ini. Tapi kenapa elise tak melihat batang hidungnya.
Elise yakin gadis itu benar elena. Untuk menjawab rasa penasarannya elise berjalan menuju etelase kue dan langsung berbicara dengan gadis yang baru selesai menata kue.
"Selamat siang, anda ing—" ucapan gadis berambut panjang yang ada di hadapannya terhenti seketika saat menatap wajah elise. Matanya membesar sempurna melihat elise. Gadis itu bahkan membekap mulutnya.
"Kak elena," gumam wanita yang berdiri di dekat meja cashier dengan raut wajah tak percaya.
Elise hanya tersenyum kikuk yang justru menambah cantik wajahnya saat ini.
"Aku bukan elena, tapi kembarannya. Namaku elise wasley. Apa elena ada? Aku ingin bertemu dengannya." Elise memperkenalkan dirinya dan menanyakan keberadaan elena.
"Astaga, aku tak tau jika kak elena memiliki kembaran. Evelyn cepat panggil kak Elena kemari," ucap gadis dihadapan elise kepada gadis yang tadi berdiri di cashier yang bernama evelyn.
Dengan cepat evelyn berbalik dan berjalan ke arah pintu yang terhubung dengan bagian pantry.
"Ah perkenalkan aku shelina, pemilik wonderful cafe ini. Ayo mari ikut ke ruanganku." Ajak shelina.
"Tidak perlu. Aku akan menunggunya disini saja." Shelina kini sudah berdiri di hadapan elise. Wanita itu menatap lekat penampilan elise, dari atas ke bawah dn berbalik ke atas lagi.
Keningnya mengerut dalam. Dia tau bahwa gadis yang di hadapannya ini selain lebih cantik dari elena, juga terlihat sangat berkelas dan kaya. Semua barang yang melekat di tubuhnya merupakan barang-barang mahal bahkan tas dan sepatu yang di pakai elise adalah barang brand edisi limited edition.
Shelima mengajak elise duduk di kursi yang berada di pojok dan bersebelahan dengan dinding kaca.
"Aku tak pernah tau kak elena memiliki seorang kembaran." Shelina masih mengerutkan keningnya. Dia masih bingung. Kenapa elena tak pernah bercerita tentang kembarannya? Kenapa elise terlihat berkelas dan kaya? Apa elena berasal dari keluarga kaya? Tapi mengapa dia berkata dia yatim piatu dan bekerja di wonderful cafe?
Seakan tau kebingungan yang melanda gadis di depannya. Elise menjelaskan secara singkat.
"Aku dan elena sudah dua puluh tahun berpisah. Terakhir kali aku melihatnya saat dia diadopsi oleh keluarga angkatnya."
Shelina mengangguk paham. Dan tak lama elena berdiri dengan tubuh kaku menatap elise tak percaya. Matanya berkaca-kaca.
"Elise." Elena tak menyangka dia bisa bertemu lagi dengan elise. Dengan cepat elena menghambur memeluk saudari kembarnya.
Mereka berpelukan erat untuk menghapus rasa rindu yang ada.
"Ini benar kau?" Elena merenggangkan pelukannya dan menangkup wajah sang adik. Berdasarkan waktu kelahiran elena adalah sang kakak dan elise yang adik.
"Aku senang bisa bertemu denganmu lagi." Senyum elena begitu lebar dan kembali memeluk elise. Elise juga melakukan hal yang sama memeluk elena dengan senyuman lebar. Senang akhirnya bisa bertemu kembali.
"Kak elena bisa mengobrol dan bernostalgia dulu. Kue di pastry biar aku yang urus." Shelina pun pergi meninggalkan mereka berdua.
"Ini benar kau. Kau sangat cantik sekali," ucap elena sambil mengajak duduk elise. Dan mulailah mereka berdua berbagi cerita dan melepas rindu.
Beberapa menit kemudian wonderful cafe di datangi banyak pelanggan sehingga dengan terpaksa elena meninggalkan elise sejenak. Elise tak masalah akan hal itu. Dia juga ingin duduk santai menikmati kue pesanannya. Dan saat melihat elena yang ikut membantu melayani pelanggan tiba-tiba terbesit ide dalam otaknya. Bagaimana jika dia meminta pertolongan pada elena untuk membantunya? Bagaimana jika dia meminta elena untuk mengandung anak Brian?
Elise yakin elena bisa segera hamil. Dan elise tak akan khawatir elena akan merebut brian dari sisinya, karena elena tak akan sekejam itu. Dan rencana ini tak akan diketahui oleh Rena. Ditambah lagi jika anak itu lahir tak akan ada yang tau jika ibunya bukan elise. Elena bahkan bisa berpura-pura menjadi dirinya ketia kamdumgannya sudah besar dan rena tak akan permah curiga. SEMPURNA. Sangat sempurna pikir elise.
Mendapatkan ide gila itu. Elise segera pulang dan menyusun rencananya dengan matang. Dia akan membicarakan hal ini dengan brian.