"Apa kau gila, Elise?!" Teriak seorang gadis sambil berdiri dari tempat duduknya.
Dia menghiraukan tatapan kaget dan penasaran dari pengunjung lain yang ada di bar itu. Dadanya naik turun menahan rasa kesal yang muncul akibat seorang gadis yang duduk dihadapannya. Gadis yang memiliki wajah yang sangat mirip dengannya dan bernama elise. Mereka berdua adalah saudara kembar identik.
Sejak dulu tak ada yang bisa membedakan mereka berdua jika mereka berdiri dengan pakaian yang sama. Namun kini ketika mereka dewasa dan sudah melalui kerasnya hidup yang berbeda membuat orang bisa melihat dengan jelas perbedaan keduanya.
Elise begitu cantik dan elegan dengan dress mahal limited edition. Sedangkan Elena- kembarannya, sangat berbeda jauh. Gadis itu hanya mengenakan kaos longar dengan celana skinny jeans hitam, terlihat sangat sederhana namun tak menutupi wajah cantiknya.
"Sudah kukatakan itu adalah ide buruk dan mustahil elise." Seorang pria tampan yang duduk di samping elise mencoba kembali membujuk gadis itu untuk berhenti mengatakan ide gilanya.
"Tapi kita tak memiliki pilihan lain Brian." Elise menyangkal dan mendebat Brian.
"Aku yakin masih ada cara lain. Kita bisa melakukan inseminasi buatan."
"Dan membuat mom mengetahui bahwa aku tak bisa hamil. Dia pasti akan mengusirku."
"Kita hanya perlu menutupi segalanya dari mom."
"Tidak, Brian. Inseminasi buatan terlalu beresiko dan kesempatan berhasil sangat kecil dibandingkan dengan cara alami."
"Dan kau pikir mom tidak akan mengetahui ide gila ini."
"For your information, aku tidak pernah setuju. Dan kalian bisa bertengkar di rumah. Aku tak mau terlibat dalam pertengkaran rumah tangga kalian." Elena mengintrupsi pembicaraan suami istri itu dan mengambil tasnya.
"Elena, kumohon bantu aku. Hanya kau yang bisa membantuku. Hanya kau satu-satunya keluarga yang kumiliki."
"Maaf elise. Aku bisa membantumu untuk melakukan hal lain. Tapi tidak untuk mengandung anak dari suamimu." Elena menatap lekat mata saudara kembarnya. Mata elise sudah berkaca-kaca.
Tersirat raut keputusasaan gadis cantik itu. Raut wajah yang menyayat hati elena. Dia tak tega melihat saudara kembarnya begitu frustasi seperti itu. Tapi, dia tetap tak bisa.
"Elena?" Mata elise menyorot penuh pengharapan.
"Aku akan memberikan apapun padamu jika kau mau membantuku. Sekali ini saja, elena. Aku mohon, bantu kami."
"Maaf elise." Elena berbalik dan siap melangkah ketika lengannya tertahan. Dia menoleh dan mendapati tangan elise yang menahan lengannya. Dengan berat hati elena melepaskan tangan elise.
Orang lain pasti berpikir elena gadis yang kejam karena meninggalkan elise yang mulai menenteskan airmata. Airmata yang menggambarkan betapa frustasi dan tak berdayanya seorang gadis cantik yang hampir sempurna seperti elise.
Hati elena tak sekeras batu. Dia juga bersedih dan sangat ingin membantu elise keluar sari masalahnya. Namun dia tak bisa melakukannya. Permintaan elise terlalu mengerikan untuknya.
Elise ingin elena mengandung anak suaminya. Itu adalah hal tergila yang elena dengar setelah dua puluh tahun tak bertemu dengan saudara kembarnya. Elena tak bisa, ia tak ingin menyakiti hati kekasihnya- Diego. Pria yang berjuang bersama-sama dengannya. Pria yang sedang mengumpulkan yang untuk pernikahan mereka. Dan elena juga tak mau pria yang bernama Brian- yang tak lain suami elise, menyentuhnya.
Cerita ini sebelumnya di upload di w*ttp*d.
Dan sekarang aku memutuskan untuk upload disini sampai END. Karena di sini lebih menghargai jerih payah penulis yang sudah capek-capek nulis panjang lebar. So, mohon dukungannya ya.
Maylisa Azhura