webnovel

Pergi Tanpa Izin

Binar sudah berada di Jeju selama tiga hari dan dia sama sekali belum merasakan keindahan pulau tersebut. Sebab Adnan selalu saja sibuk dengan pekerjaannya.

Sebenarnya Binar ingin pergi sendiri tetapi Adnan selalu melarang dan ada saja alasannya. Itu yang membuat dirinya merasa terkekang padahal tidak ada sesuatu yang membuat dirinya dalam bahaya.

Dia berniat untuk pergi saat ini juga untuk menikmati setiap pemandangan yang ada di pulau Jeju. Kebetulan Adnan sedang mengurus masalah yang belum terselesaikan bersama Candra.

"Lebih baik aku pergi sekarang!" gumam Binar sembari mengambil tas ransel kecil lalu pergi meninggalkan kamar hotel.

Binar berjalan menuju lobby lalu duduk sejenak sembari melihat lokasi yang ingin dikunjunginya melalui ponselnya. Memilih beberapa destinasi wisata yang membuatnya tertarik, dia tidak menyadari jika ada seseorang yang selalu memperhatikan.

"Saryeoni Forest Trail itu tujuanku!" gumamnya lalu beranjak dari duduknya dan berjalan keluar hotel.

Di depan hotel sudah ada taksi yang selalu menunggu para tamu yang hendak menggunakan jasanya. Binar pun masuk kedalam taksi tersebut lalu memberitahukan tujuannya pada sopir.

"Baik, Nona." Sopir taksi berkata sembari menjalankan mobilnya meninggalkan hotel menuju Saryeoni Forest Trail.

Ponsel Binar bergetar, dia merogoh ponsel yang berada di dalam tasnya lalu melihat siapa yang mengiriminya pesan. Dilihatnya layar ponsel tertera nama Adnan, dia membuka pesannya dan membacanya.

Adnan bertanya apakah dia ingin makan malam di kira atau di dalam kamar. Binar bingung dengan pertanyaan itu, menurutnya itu pertanyaan yang masih lama. Sebab hari ini masih pagi, seharunya bertanya tentang makan siang

 Dia pun membalas pesan Adnan dan mengatakan jika semuanya terserah padanya. Binar tidak mengatakan bahwa dia sedang di luar hotel, jika mengatakan itu mungkin Adnan akan menyuruhnya untuk segera kembali ke hotel.

Taksi berhenti, sang sopir mengatakan sudah tiba di lokasi yang dituju. Binar pun mengambil dompetnya lalu mengeluarkan uang untuk membayar biaya taksi. Setelah itu dia keluar dari taksi dan berjalan perlahan memasuki kawasan Saryeoni Forest Trail.

Binar menelusuri hutan yang begitu indah, jalanan yang dilewatinya cukup nyaman. Pohon-pohon yang menjulang tinggi membuat setiap orang terlindungi dari cuaca panas.

Dia menghirup udara yang masih terasa segar, senyumnya merekah tatkala melihat ketiga gadis yang sedang berjalan menelusuri hutan dengan sukacita. Binar kembali teringat akan kedua sahabatnya Bianca dan Belva, andai saja tidak terjadi tragedi itu mungkin sampai saat ini mereka masih bersama.

"Aku merindukan mereka berdua—andai saja...," Dia bergumam sembari melanjutkan jalannya menelusuri hutan.

"Binar Chavali,"

Ada seseorang yang memanggil namanya, dia menghentikan langkahnya lalu mencari siapa yang memanggilnya. Matanya tertuju pada seorang wanita yang sedang berjalan mendekatinya.

"Aku kira salah mengenali, rupanya kita bertemu di sini!" katanya dengan nada sombong.

Binar hanya diam menatap wanita itu dengan lekat, baru saja dia mengatakan jika merindukan sahabatnya itu. Nasib membawa salah satu sahabatnya itu ke hadapannya, dia adalah Belva.

"Kau terkejut? Sudah lama kita tidak bertemu," Belva kembali berkata.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Binar.

"Aku baik," jawab Belva singkat.

Begitu dinginnya Belva terhadap binar, apakah dia masih sangat membenci Binar. Meski mereka sudah tidak bertemu selama beberapa tahun tidak mengubah rasa tidak suka Belva terhadap Binar.

"Kau tidak berubah Va, kau masih sama seperti dulu." Kata Binar.

"Aku memang tidak berubah dan aku masih sangat membencimu, Binar Chavali!" tukas Belva.

Belva melihat pria yang bersamanya melihat terus ke arah Binar, dia semakin kesal karena semuanya tidak berubah. Siapa saja pria yang sedang dekat dengannya selalu tertarik pada Binar.

"Apa yang kau lihat, Sayang?!" tanya Belva pada pria di sampingnya yang masih terpukau oleh kecantikan Binar.

"Tidak ... Aku tidak melihat apa-apa," jawab pria itu dengan sedikit terbata-bata.

Belva mengecup pria itu dengan lembut, lama-kelamaan kecupan mereka berdua semakin panas. Dia tahu jika prianya itu terpukau oleh kecantikan Binar, Belva ingin menunjukkan bahwa tidak semua pria akan jatuh ke tangannya.

Binar merasa sedih dengan sikap Belva, dia pun pergi meninggalkan mereka berdua yang sedang bermesraan. Dalam hatinya menangis, dia tidak menyangka jika Belva masih saja membencinya. Padahal selama ini dirinya tidak pernah sedikit pun ingin merebut pria yang disukai olehnya.

Dia menghela napasnya panjang, bukan hanya sekali tetapi lebih dari dua kali. Binar berusaha menenangkan dirinya dan ingin menikmati perjalanan kali ini, dia harus melupakan apa yang baru saja terjadi.

Hutan ini begitu luasnya tetapi mengapa hari ini binar bertemu dengan orang-orang di masa lalunya yang membuat dia merasa sedih. Dia tidak mengerti dengan semua yang terjadi hari ini.

"Kau ada di sini?" tanya Bianca yang berdiri tepat di depannya.

"Ca...," ucap Binar.

Dilihatnya Bianca yang sedang bergandengan tangan dengan seorang pria, di mana terlihat jelas pria itu adalah seorang pria yang suka mempermainkan wanita. Binar semakin sedih melihat semuanya, dalam hatinya berkata ada apa ini? Mengapa orang-orang yang sangat dicintainya menjadi seperti ini.

"Ca—apa kita bisa bicara berdua saja?!" Binar kali bertanya.

"Tidak ... Sudah tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi!" jawabnya sembari berjalan melewati Binar bersama pria yang selalu menatap dirinya penuh dengan hasrat.

"Ada apa denganku Ca?! Jangan seperti ini! Kembalilah seperti Bianca yang dulu!" tukas Binar yang membuat Bianca menghentikan langkahnya.

Bianca berbalik arah lalu melangkah mendekati Binar, dia menatap dengan saksama sahabatnya itu. Tidak. Mantan sahabat katanya dalam hati tetapi dia tidak bisa melakukan apa-apa. Ada sesuatu yang membuatnya harus menjauhi Binar.

"Aku yang dulu? Seperti apa aku yang dulu? Bukankah aku yang dulu sudah seperti ini! Urus saja  urusanmu sendiri—tidak perlu mengurus orang lain!" ungkapnya pada Binar lalu berbalik kembali dan berjalan meninggalkan Binar.

Binar bertanya-tanya dalam hatinya, dia merasa kata-kata terakhir yang dikatakan oleh Bianca mengandung arti yang lain. Entah apa itu tetapi perasaannya ada yang mengganjal.

"Aku harap tidak akan terjadi hal buruk baik bagiku atau bagi sahabat-sahabatku!" katanya dengan lirih sembari kembali berjalan menelusuri hutan.

Dia berusaha untuk menikmati suasana hutan dengan tenang tetapi suasana hatinya sudah tidak bisa menikmatinya. Apalagi setelah pertemuannya dengan Belva dan Bianca.

Pada akhirnya Binar memutuskan untuk kembali ke hotel saja karena semuanya sudah tidak mengenakan. Dia tidak menyadari ada beberapa orang pria yang sudah memperhatikan. Mereka pun mulai berjalan mendekatinya, saat ini lokasi mereka sangat sepi. Tidak banyak pengunjung yang berjalan melewati lokasi binar saat ini.

"Nona—ikutlah bersama kami!" ucap seorang pria berjambang yang tidak dikenal dengan nada memerintah.

Binar terdiam, dia tidak tahu siapa pria tersebut lalu memerintahkan dirinya untuk ikut. Dalam benaknya berkata apakah tidak salah dengar, mengapa dirinya harus ikut bersama pria itu.

"Siapa kau? Mengapa aku harus ikut bersamamu?!" tanya Binar dengan nada menyelidiki.

"Turuti saja kami—jika tidak ingin terluka!" katanya dengan nada mengancam.

"Terluka? Apa kalian begitu yakin aku akan mau ikut setelah mendengar ancamanmu itu, hah?!" kilahnya yang membaut pria itu sedikit kesal.

Seorang pria yang jika dilihat adalah anak buah pria berjambang itu mengatakan jika binar tidak perlu membuat bosnya kesal. Karena bagaimanapun dirinya harus ikut bersama mereka baik hidup atau mati.

下一章