Tiara yang kembali keruangan Yohan, masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu, dengan wajah ditekuk lesu, ia benar-benar kesal dengan laki-laki dihadapannya ini. Yang hanya bisa mengancam dan usil kepadanya.
Yohan melihat ke arah Tiara dengan wajah sedikit heran "Ada apa? Kenapa kau terlihat begitu menyedihkan?" ucapnya.
Dengan wajah meringis dan sedikit menahan sakit akibat jatuh dan terbentur dinding, ia melangkahkan kaki dengan gontai " Apa kau tidak bisa mengajari pegawaimu supaya belajar bahasa manusia yang baik dan tidak menyerang orang sembarangan" Gerutu Tiara.
" Oh itu mudah saja. Kau tinggal bilang kau adalah istriku, Maka tidak akan ada satupun dari mereka yang akan berani mengganggumu dan menyentuhmu" Ucapnya sembari mendekati istrinya dan memeluknya dari belakang.
" Ough" keluh wanita cantik itu, berusaha melepaskan pelukan Yohan.
" Ada apa? Kenapa kamu kesakitan!" ia mengerutkan dahinya, tanda tidak suka jika ada yang menyakiti wanita di depannya.
" Apa mereka menyakitimu? Cari mati! Katakan siapa?" ucapnya dengan tatapan tajam yang menyeramkan.
" Ah..tidak! tidak...Aku jatuh sendiri, tidak ada hubungannya dengan mereka" Tiara mencoba menenangkannya, ia tidak tahu apa yang bisa di lakukan oleh laki-laki sedingin dan sekejam Yohan. Jika ia tahu kejadian sebenarnya.
" Ayo, kita ke rumah sakit!" menggendong Tiara secara tiba-tiba.
" Hey... turunkan aku! Aku tidak apa-apa? Apa kau tidak lihat aku masih bisa jalan sendiri kesini? turunkan aku!" teriak dan rontanya. Tetapi sang Presdir tidak menghiraukan ucapannya.
" Diam! Atau aku akan mencari tahu sendiri, dan membalas mereka dengan caraku" teriak sang Presdir dengan nada tinggi. Tiara sampai bergidik gemetar.
Laki-laki ini sangat berbahaya, lebih baik aku menurut. Jika tidak, akan terjadi sesuatu yang lebih mengerikan lagi.Tiara cuma diam dan tidak menanggapi ucapan Yohan.
Yohan membopongnya masuk kedalam lift untuk turun ke lantai bawah. Ia tetap melakukan hal yang sama sampai mereka keluar dari perusahaan dan sampai di parkiran mobil. Ia tidak perduli apa yang di lihat dan di bicarakan oleh para pegawainya, hemm....siapa yang berani berkomentar tentang perilaku sang Presdir, saat di perusahaannya sendiri. Jelas! itu sama saja seperti cari mati saja.
Beberapa pegawai juga melihatnya, tetapi mereka memilih untuk diam saja. Seperti apa yang ada di pikiran Tiara, tidak ada yang berani berbicara macam-macam tentang sang presdir.
RUMAH SAKIT DOKTER GLEN
Sesampainya di rumah sakit, Tiara segera di periksa dengan perawat dan dokter yang ada.
" Dokter, Bagaimana keadaannya?" Tanyakan kepada dokter, iya Nya takut ada patah tulang ditubuh istrinya.
Sang dokter cuma tersenyum" Ibu Tiara tidak apa-apa, cuma memar saja. Di beri obat oles juga sudah cukup"
" Apa kau sudah puas! Aku sudah bilang, aku tidak apa-apa. kamu saja yang terlalu berlebihan" ucapnya sambil berdiri dari kursi di ruangan dokter.
Mereka berjalan berdampingan sampai akhirnya memasuki mobil bersama dan sesekali mengobrol.
" Oh...aku lupa besok akan ada perwakilan dari Jiang Grup datang ke kantor, untuk membahas proyek pembangunan hotel di kota J. Apa kau tertarik mewakili Lianxi Grup" ucap Yohan.
" Aku tidak tertarik sama sekali" ucap Tiara.
" Apa kau yakin? Aku dengar yang akan datang adalah Tara Jiang" bisik Yohan ketelinga wanita cantik didekatnya, Tiara seketika terdiam.
" Kau bilang Tara Jiang?" Seketika senyum merekah dari bibirnya" Aku setuju mewakili Lianxi Grup" ucap Tiara mantap.
Bagi Tiara ini adalah kesempatan bagus untuk memberikan pelajaran dan shock terapi bagi saudarinya itu. "Tara Jiang permainan kita akan segera dimulai hehe" Tiara dalam hati.