Arsya merasa turut prihatin setelah mendengar kenyataan penyakit Jihan yang sebenarnya. Pantas saja dia sampai meninggalkan pekerjaan yang selama ini ia tekuni. Arsya dan Rosa masih berada di dalam kamar tamu menunggui Jihan yang sudah memejamkan matanya. Entah untuk sementara atau selamanya. Yang jelas, Rosa selalu takut jika Jihan tidur. Dia akan terlelap selamanya dan tidak akan bangun lagi.
"Tante, bagaimana kalau Jihan berobat di sini saja? di sini peralatannya sudah lengkap," ujar Arsya.
"Dia tidak mau berobat, Sya. Dia tidak punya semangat untuk sembuh. Dia malah sering bicara tentang kematian. Kalau sudah begitu, tante harus bagaimana? tante tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dengan keputusannya." Rosa kembali terisak.
"Nanti biar saya yang bicara sama dia, Tan. Barangkali dia mau dengar."
"Tapi kalau dia di sini, siapa yang menjaganya? Om dan Tante kan harus selalu berada di Bandung."
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者