Sudah satu minggu ini Arumi selalu mual dipagi hari. Dan setelahya dia akan mulai pusing waktu di kantor. Benar-benar menyiksa. Minggu depan adalah sidang mediasi untuk Rayyan dan Arumi. Ya waktu tepat satu bulan, Rayyan menyuruh pengacaranya untuk menemui Arumi. Dan Arumi bilang dia tidak hamil. Rayyan merasa kecewa karena keinginan untuk melanjutkan hubungan rumah tangganya tak akan pernah terlaksana.
"Huk..." Arumi membekap mulutnya saat di kamar mandi karyawan. Mual yang menjadi jadi pagi ini sungguh menyiksanya. Sampai hari ini pun Arumi belum mau mengecek kehamilannya. positif atau tidak. Waktu ditanya pengacara Rayyan, dia hanya menjawab tidak. Karena dia ingin sekali bercerai dengan suaminya.Kalaupun dia hamil, dia akan menutupinya dari Rayyan.
"Arumi, kamu gapapa? wajahmu pucat sekali." Tanya Arsya saat berjalan disebelahnya. Karena siang ini mereka akan bertemu klien dan Arumi harus mempresentasikan produk Giovano terbaru di hadapan kliennya. Tapi melihat kondisi Arumi yang pucat pasi, Arsya tak tega membebankan tugas itu pada Arumi.
"Tidak apa-apa, Pak. Mungkin saya kecapean saja. Tadi malam kurang tidur." Kata Arumi mengiringi langkah Arsya yang begitu cepat.
"Ga ga.. Presentasi kita kali ini sangat penting. Kalau kamu menghadapi mereka dalam keadaan seperti ini yang ada mereka malah tidak tertarik." Tidak ada maksud Arsya menyinggung hati Arumi. Tapi dia hanya mengatakan apa adanya. Arsya lantas menelpon stafnya yang lain untuk menggantikan tugas Arumi.
Arumi hanya bisa memandang Arsya dengan kecewa. Padahal kesempatan ini paling ia nanti-nanti. Pengalaman pertamanya berhadapan dengan klien penting.
Tiba-tiba pandangan Arumi mengabur. Tubuhnya limbung ke belakang. Dan segera di tangkap oleh Arsya.
"Arumi.. " Teriak Arsya. Arsya membopong Arumi masuk ke dalam mobilnya. Dia meletakkan Arumi di bangku belakang. Segera dia melajukan mobilnya. Dia begitu cemas, sesekali dia menengok ke belakang memastikan Arumi tidak terjatuh.
Tiba di rumah sakit, Arsya membawa Arumi masuk ke ruang IGD. Dokter segera menangani Arumi. Beberapa menit kemudian, dokter keluar dengan tersenyum menatap Arka.
"Selamat ya Pak, Anda akan menjadi seorang Ayah. Nanti akan saya buatkan resep vitamin yang harus dikonsumsi selagi hamil. Bu Arumi kelelahan dan dehidrasi. jadi tolong pastikan istri anda tidak kekurangan air ya Pak." Tanpa mendengar jawaban Arsya, dokter itu langsung pergi. Arsya kaget dan terduduk lemah. Dia tidak menyangka kalau Arumi ternyata sudah menikah.
"Kenapa Keisya tidak bilang padaku kalau Arumi sudah menikah?" Batin Arsya. Padahal perasaannya pada Arumi sudah mulai bertahta di hatinya. Dia mencintai Arumi sejak pandangan pertama. Dan perasaan yang kuat itu membuatnya harus menelan pil pahit karena kenyataannya Arumi sudah bersuami.
Arsya melangkah ke dalam ruangan, Arumi sudah sadarkan diri. Dia masih terlihat pucat. Arsya berusaha mengabaikan perasaannya kali ini.
"Kamu sudah baikan, Rum?" Tanya Arsya.
"Alhamdulillah, Pak."
"Kamu harus jaga kesehatan janjimu juga. Jangan sampai kamu kelelahan. Kasihan anakmu." Kata Arsya dengan berat.
"Apa..saya hamil Pak?" Tanya Arumi yang nampak syok. Dan akhirnya dia menangis.
Arsya melihat Arumi heran. Karena biasanya wanita akan senang ketika mereka dinyatakan hamil. Tapi kenapa Arumi malah menangis.
"Kamu kenapa menangis,Rum. Bukannya harusnya kamu senang?" Arumi menggeleng gelengkan kepalanya.
"Tidak,Pak. Saya tidak menginginkannya." Arumi masih terisak.
"Pak, tolong jangan kasih tahu siapapun kalau saya sedang hamil."
"Memang kenapa Arumi? maaf apa kamu hamil diluar.... " Arsya tidak melanjutkan kata-katanya.
"Bukan Pak.. Saya punya suami. Tapi sekarang kami sedang proses perceraian. Saya tidak mau dia tahu kalau saya sedang hamil." Entah kenapa Arsya merasa lega ketika Arumi bilang dirinya akan bercerai. Arsya bahkan tidak keberatan walau Arumi nantinya akan menjadi seorang janda. Dia dengan senang hati menerima Arumi apa adanya.
Arumi sudah diperbolehkan pulang hari itu juga.
"Kamu ga usah balik ke kantor ya. Saya antar kamu ke rumah saja ya. Rumahmu dimana, Rum?" Tanya Arsya.
"Mana ponsel bapak, saya ketikkan di google map. Bapak tinggal ikuti saja petunjukknya.
"Sudah sampai Pak.Terimakasih bapak sudah banyak bantu saya hari ini."
"Sama-sama Arumi. Saya senang koq bisa bantu kamu."
Arumi membuka handel pintu mobil Arsya. Kemudian melangkah keluar.
*****
Sejak Arumi Mengetahui dirinya sedang hamil, Arumi lebih banyak diam. Dia tak menyangka hidupnya bisa serumit ini.
Siang itu saat sedang di kantor, Arumi tiba-tiba ingin makan rujak Shanghai. Dia menuliskan di status WA nya.
"PENGEN BANGET RUJAK SHANGHAI."
Arsya yang sedang berada di ruangannya, melihat status Arumi. Segera dia keluar ruangan dan segera mengambil mobilnya. Melaju ke arah Glodok , Jakarta Selatan. Sebelumnya dia sudah mencari rekomendasi rujak shanghai paling enak. Dan disanalah yang katanya paling enak.
Setelah mendapatkan rujak itu, Arsya kembali ke kantor dengan ringan. Dia menuju ke ruangan Arumi. Dia menyerahkan Rujak itu pada Arumi.
"Ini buat kamu, Rum."
"Apa ini, Pak?
"Rujak Shanghai."
"Benarkah Pak?" Wajah Arumi nampak berbinar.
"Aku rela memenuhi ngidammu, Rum. Meski dia bukan darah dagingku. Aku cukup hanya ingin kamu bahagia." Batin Arsya. Dia tahu sebentar lagi Arumi akan bercerai. Itulah sebabnya Arsya sedang giat-giatnya menarik perhatian Arumi.
****
"Tolong kamu awasi terus kemanapun Arumi pergi." Ujar Rayyan.
"Baik, Tuan." Ucap salah satu orang suruhan Rayyan.
Rayyan merasa satu bulan ini dia selalu mual dan muntah setiap pagi. Tapi dia ragu kalau itu hanya sekedar masuk angin. Di sidang mediasi kemarin,Arumi tetap tidak mau melanjutkan pernikahannya. Sedangkan Rayuan tetap ingin mempertahankan.
"Jangan-jangan dia berbohong padaku." Batin Rayyan.
****
Di Jam pulang kerja, Arumi langsung pergi ke rumah sakit dan memeriksakan kandungannya. Ya sejak ada Arsya yang selalu menasehatinya untuk menjaga anaknya, Arumi menjadi sangat menyayangi anaknya. Bahkan dia jadi sering mengobrol dengan si babang bayi sambil mengelus perutnya yang masih rata.
Tanpa Arumi sadari, ada seseorang yang mengamati pergerakannya.
"Tuan, ibu Arumi pergi ke rumah sakit ibu dan anak di jakarta pusat. " Lapor suruhan Rayyan.
"Aku akan segera ke sana. "
"Iya, Tuan. sekarang Bu Arumi sedang mengantri di depan ruangan Obgyn."
"Obgyn??????" Rayyan langsung pergi ketempat Arumi pergi.
Sepanjang perjalanan, Rayyan memencet klakson berulang kali. Dia takut akan terlambat.
"Akhirnya sampai." gerutu Rayyan.
Rayyan berlari ke ruang yang diberitahu oleh anak buahnya.
Arumi menangkap dari sudut matanya. Keberadaan Rayyan yang tiba-tiba ada di sana. keringat dingin bercucuran.
"Nyonya Arumi." Panggil perawat yang menjadi asisten dokter disana.
Arumi bangkit, Rayyan pun mengikuti.
"Bapak siapa? " Tanya Perawat tadi.
"Saya suaminya, Sus. "
Arumi hanya bisa menatap Rayyan yang dilihatnya tanpa perasaan bersalah.
Dokter segera menyuruh Arumi berbaring. Dan membuka sedikit baju nya agar bisa dilakukan USG.
Dokter memutar mutar alat itu diperut Arumi. Dilayar monitor. terlihat ada bulatan kecil yang bergerak gerak. Rayyan terharu melihatnya. Dia akan segera menjadi Ayah.
Ketika keluar dari rumah sakit mereka tetap saling diam.
"Kenapa kamu membohongiku,Arumi."
"Aku hanya ingin bercerai semuanya.
"Aku tidak akan menceraikanmu, Arumi. CAMKAN ITU.!
Rayyan tidak membawa Arumi ke rumah ayahnya, karena mulai sekarang Rayyan akan membawa Arumi ke rumahnya.
********
Akhirnya Rayyan tahu juga kalau Arumi hamil..kira-kira apa yang akn dilakuin Rayyan dan Arumi jika mereka tinggal satu rumah lagi ya?
Ayo komen yang banyak.
Maaf udah menunggu lama untuk untuk UP. saya masih belum bisa bagi waktu.