Richman terkejut. Dia punya kakak. Meskipun dia tau tentang hal ini, akan tetapi dia tidak menyangka bertemu kakaknya disini. Richman memeluk Dewi. Dia tidak mengira kalau Dewi, istri pamannya adalah kakak kandungnya. Dua kakak beradik ini bertangis-tangisan. Demikian pula orang-orang yang memenuhi ruangan tengah rumah. Murni memeluk kakak iparnya sekaligus bibinya itu. Perasaan haru campur bahagia di hati semua orang saat ini.
Sejak bayi Dewi tidak pernah tau kalau bapak yang telah membesarkannya dengan kasih sayang itu adalah bapak tirinya. Pada mulanya dia tidak bisa menerimanya bahkan sangat terpukul. Apalagi dia diberitahu tiga hari sebelum dia menikah dengan Rozak. Dewi menutup mata tentang ayah kandungnya. Melupakannya dan tak ingin mencarinya. Baginya Bapaknya hanya satu, Firdaus, lelaki baik dan penuh kasih sayang. Yang mendidiknya, menyekolahkannya hingga sarjana.
Tapi hari ini segala kemarahan dan sakit hatinya kepada ayahnya sirna ketika melihat adiknya Richman yang malang, yang menjalani kehidupan tanpa keluarga tanpa pendidikan yang pantas untuk seorang keluarga Aji Dahlan yang terpandang. Setidaknya dia lebih beruntung dari Richman yang hidup serba berkucupan dan mendapat curahan kasih sayang yang melimpah dari keluarga dan suaminya.
" Nah mulai sekarang panggilan resmiku adalah Om Aji Dahlan dan Rozak adalah kakak iparmu....Setuju!" Kakek memecah suasana di ruangan itu dia mengangkat asbak rokok tinggi-tinggi. "SETUJU!!!" sahut hadirin semua. Om Aji memukulkan asbak 3 kali ke lantai diiringi gelak tawa seluruh keluarga.
"Naaah sekarang kita minum", Mbo Ely adik Om Aji Dahlan yang bungsu. Dia menghidangkan Teh jahe merah kapulaga dan roti sumbu alias singkong rebus lengkap dengan sambal terasi dan jukut pija*.
Mereka menyantap hidangan hangat sore itu dengan perasaan bahagia.
Tiba-tiba isi rumah menjadi ramai kembali, di halaman rumah telah berdatangan rombongan dari Kota Bangun. Om Aji tampak gembira dan bersemangat berlari dengan tergesa-gesa menyambut secara khusus mbo Minah merangkul pundaknya membawanya masuk rumah diiringi pandangan semua orang.
Babak baru Om Aji dan Mbo Minah segera di mulai.
Murni menatap Richnan dengan gelisah " Rich...Bolehkah kita pergi keluar?"
"Kemana? "
"Toko buku"
"Toko buku?" Richman mengerutkan matanya."Sebentar", dia bergerak keluar kamar, lalu kembali bersama Dewi. Kalau bersama Dewi, orangtua diluar tak bakal banyak tanya. Tapi kalau pergi bersamanya pasti bakal dilarang. Walaupun bukan calon pengantin baru tapi mereka di larang keluar rumah. Pamali, kata mereka. Itu dogma yang tak perlu dibahas.
Tapi Dewi bisa membawa Murni diam-diam. Dewi mengganti pakaian Murni dengan daster panjang miliknya memakaikan jilbab lebar dan masker. Lalu mereka menyelinap lewat dapur lalu keluar lewat pintu belakang dan pergi dengan mobil milik Dewi.
"Mau cari apa?" tanya Dewi setelah sampai di toko buku. Murni tak menjawab tapi tangannya sibuk memilih barang yang jadi keinginannya. Dewi tersenyum geli dia seperti membawa anak kecil yang baru mau sekolah.
Murni mengambil buku tulis 1 lusin, kotak pensil dan peralatan menulis pulpen, pensil, penggaris penghapus, rautan, penggaris, kertas HVS, buku folio bergaris, buku gambar, pewarna, majalah wanita, tabloit, buku agenda, Tas Ransel. " Kak Dewi saya mau belajar nanti kalau sudah pulang", Murni mencium buku agenda yang harum. Waktu kecil dia sangat ingin memiliki buku agenda seperti ini. Dewi tertawa sekaligus terharu. Dia memeluk bahu Murni dengan lembut. Murni berbelanja seperti anak sekolah. Sepantasnya diusia seperti ini harusnya dia masih belajar di bangku sekolah. Murni baru berusia 18 tahun, bukannya menikah. Tapi Murni masih banyak kesempatan untuk belajar. Meskipun terlihat dewasa tetapi terkadang dia tidak bisa menyembunyikan sifat kekanak-kanakannya.
Mereka segera kembali. Sebelum oramg-orang sadar mempelai wanitanya menghilang. Sepanjang jalan Murni menyebutkan berbagai keinginannya. "Kak....aku nanti ingin belajar bahasa Inggris, matematika, komputer, akutansi, pembukuan, kak...aku mau kuliah seperti kakak dan menjadi guru seperti kakak...". Iya. Bagus itu. Semangat ya! Dewi menyahut sambil menyetir. Sebenarnya adiknya Richman atau Murni sih. Tapi dia merasa Murni lah yang menjadi adiknya. Murni gadis itu memang patut di sayang. Diam-diam tanpa di ketahui Murni, Dewi menyeka airmatanya.
Duduk di pelaminan mempelai yang berbahagia dengan pakaian adat kutai di dampingi Rozak dan istrinya Dewi duduk di sebelah kiri dan Om Aji Dahlan dan Mbo Minah. Sebenarnya seperti penghelatan acara hari ini adalah untuk Richman dan Murni. Tetapi perhatian justru jatuh kepada pendamping mempelai. Mbo Minah yang tidak pernah dandan hari ini dia tampil cantik menawan dan membuat pangling orang yang mengenalnya.
Sedangkan Om Aji Dahlan berubah menjadi lebih muda dan sangat tampan. Ketampanannya menyaingi anak dan cucunya. Karena itulah para kerabat dan undangan yang hadir mengelu-elukannya dan berebut untuk berfhoto bersama dengan pasangan pendamping ini sehingga menimbulkan kehebohan. " Masih pantas!" "Iya masih pantas!". "Cocokl"
"Cocok!"
"Sip, Om Aji".
"Mbo Minah....keren".
Suiit.Suiit.
Mereka tak berhenti menggoda.
Mbo Minah tersenyum malu. Meskipun ia tak suka digodain begitu tapi ia bermental kuat. Sewaktu mudanya ia adalah seorang pemain teater.
Sementara Om Aji Dahlan tersenyum bahagia dan tebar pesona. Godaan yang diterima hari ini malah menjadi penyemangat hatinya. Ia bahkan tak menolak ketika di daulat untuk menyanyi. Suaranya merdu. Lagu Bengawan Solo mengalun indah dan syahdu, tak heran kalau dia dulu di juluki buaya keroncong. Usai ia menyanyi dia duduk lagi disamping Mbo Minah dan nembisikkan sesuatu yang membuat mbo Minah terperanjat. Wajahnya memerah. Dia berusaha menutup wajahnya dengan kipas menahan malu.
Sementara Richman dan istrinya terlalu asyik berdua, mereka terus berbisik-bisik dan tertawa pelan. Sesekali dia mengusap keringat di wajah Murni dengan lembut. Murni membersihkan dengan tissue sisa makanan di bibir Richman.
Acara diakhiri dengan musik tingkilan¹ dan tari jepen² oleh seluruh keluarga.
Rombongan dari Kotabangun pulang pada sore hari itu juga. Mbo Minah gelisah tetapi ia menutupinya dengan senyun. Ia tak ingin orang orang lain tau dengan perasaannya. Entah aa yang dikatakan om Aji karena ia setelah itu ia berubah jadi pendiam.
***
Selama beberapa hari di Kota Raja, Murni mrngambil kesempatan belajar dengan Dewi yang merupakan guru Bahasa Inggris, karena saat sekarang masih libur semester, jadi dia punya waktu luang memberikan kursus singjat kepada Murni.Karena motivasinya sangat untuk belajar, Dewi tidak mengalami kesulitan membimbingnya.
Di malam hari sehabis magrib, Murni sudah siap dengan buku-bukunya menunggu Dewi mengajarinya. Dewi mengagumi semangatnya.
Tidak hanya belajar bahasa Inggris, sore hari Murni mengambil kursus menyetiir mobil, kalau untuk bekajar menyetir ini bukanlah hal yang sulit baginya karena dalam waktu 3 hari dia sudah lihai menyetir. Tetapi untuk belajar bahasa Inggris dia harus sering latihan. Seisi rumah tertawa dibuatnya dia selalu berbicara bahasa Inggris. Bagi om Aji, Dewi atau Rozak hal itu tidak ada masalah, mereka siap diajak jadi subyek latihannya. Tetapi Richman cukup kuwalahan dibuatnya, dia juga kemampuannya kurang dalam bahasa Inggris, di sekolah ia hanya dapat nilai 7 di rapotnya. Murni memaksanya belajar, jadi mau tidak mau dia ikut terlibat belajar bersama istri kesaysngannya itu. Hanya saja Richman kalah cepat dengan Murni belajar dalam hal mengendarai mobil. Mengetahui Mutni sudah lihai menyetir, dia juga tidak mau kalah, dan mengambil kursus menyetir mobil juga. Om Aji geleng-geleng kepala melihat persaingan suami istri ini.
Ada hal lain yang tak bisa di tiru Murni dari Richman, karena ilmunya memang belum sampai, yakni Richman belajar membuat proposal dan rencana bisnis dengan om Aji. Kedepannya Richman ingin mengembangkan beberapa jenis usaha di bawah bimbingan kakeknya. Murni angkat tangan dalam hal ini.
Selama 10 hari di Kota Raja, pengantin baru ini sibuk belajar. Mereka sungguh-sungguh menggunakan kesempatan yang ada untuk belajar. Melupakan bulan madu yang sudah di rencanakanya Richman dan Murni, menginap di Hotel Mesra Samarinda dan mengajari Murni berenang. Bekakangan Richman baru tau kalau Murni tak bisa berenang. Mengingat kehidupannya dekat dengan sungai, Richman jadi khawatir.
Ketika Richman siibuk belajar dengan Om Aji, Murni menggunakan waktunya latihan menulis, ia melatih tulisannya supaya rapi dan bagus, menyalin pelajarannya di buku sambil mengucapkannya serta latihan nembuat tanda tangan.
Richman masuk kamar, ia mendapatkan Murni tertidur di ranjang bersama kertas HVS yang berserakan di ranjang dan di lantai. Richman mengumpulkan kertas dan pulpennya Murni lalu meletakkannya di meja rias. lalu dengan hati-hati ia meluruskan badan Murni dan menyelimutinya. Richman memeluk Murni hingga ikut tertidur.
Karena tetlalu bersemangatnya Murni belajar hingga kadang lupa waktu makan. Richman dengan sabar menyuapinya yang tak berhenti belajar. Om Aji tertegun melihatnnya, fikirannya kembali ke masa lalu.....waktu itu keadaan persis seperti ini....di ruangan yang sama....istrinya Mariani sibuk mrnyuapi Kartini yang enggan makan karena asyik belajar. Kartini punya semangat yang sama belajar seperti Murni....hanya perbedaannya Murni adalah gadis yang cerdas dan tak kekurangan.
Om Aji mengusap matanya yang sedikit berair. Kehadiran Murni dan Richman menghangatkan kembali rumah ini yang sudah puluhan tahun dalam kesuraman dan kesedihan.
Richman sepertinya punya banyak peran, bukan hanya sebagai suami, dia juga tampak jadi kakak dan orangtua bagi Murni. Dengan sabar ia menuruti kehendak Murni yang mengajaknya dialog dan tanya jawab bahasa Inggris. Murni seperti murid SMP yang mau ikut Ujian Nasional.
Richman mulai khawatir dengan ambisi belajarnya Murmi, beberapa malam ini Murni sudah kurang tidur. Pada waktu tengah malam di lihatnya Murni tertidur di meja belajar di ruang tengah, perlahan-lahan Richman mengamgkatnya ke kamar, ia seperti bayi yang tertidur pulas.
Rozak yang kebetulan ke dapur, tersenyum melihatnya. Belakangan ini ia menyadari kurang memberikan perhatian ke Dewi.
Dewi kebingungan melihat Rozak yang tiba-tiba jadi lembut dan mesra kepadanya. tetapi ia menikmati saja dengan bahagia. Tumben ia memijiti-mijit tubuhnya, biasanya malah ia yang memijitin Rozak. Dewi tersenyum ia mencurigai suaminya punya maksud tersembunyi. Benar saja beberapa saat kemudian ia berbisik mesra," ayo kita bikin mata dulu...baru hidung calon baby kita", Dewi membalikkan badan dan memukul suaminya dengan bantal. Rozak menangkisnya. Tidak lama kamar itu sudah arena dan juara.
Malam minggu Richman bermaksud mengajak Murni makan bakso di dekat jembatan, tetapi sampai jam 10 malam Murni masih asyik dengan buku-bukunya, Richman mulai kesal, ia menatikan lampu kamar, Murni protes tapi Richman sudah merebahkannya di ranjang. Dengan marah ia menciuminya dan mrnggigit kuping dan lehernya dengan kasar. Murni mendorong tubuh Richman, ia merasa sakit, tapi Richman menindihnya dengan nafas memburu menghujaninya dengan ciuman. Murni sadar Richman pasti kesal padanya, ia memang kurang perhatian dan tidak mempedulikannya. Dengan lembut ia mengusap- usap rambut Richman dan mrmbalas ciuman Richman dengan sangat lembut. Richman perlahan-lahan mereda emosinya. Ia menang suka begitu bila sedang kesal. Murni membalas ciuman balik Ricman dan membaringkan kepalanya di dada Richman. Richman belum reda emosinya dan mendiamkannya. Murni menyembunyikan kepalanya di ketiak Richman " Rich....aku rindu kamu....", Murni berkata lirih di telinganya. Richman terharu dalam gelap ia meraba wajah dan tubuh Murni, lalu dengan terampil melepas pakaiannya....
______
¹ salah satu jenis kesenian musik masyarakat kutai.
² kesenian khas yang dikembangkan oleh suku Kutai dan suku Banjar yang mendiami kawasan pesisir Sungai Mahakam dengan ragam gerak dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Islam.
†ikan asin bahasa kutai