webnovel

Andai

Hari itu masih di minggu yang sama saat semua belum di mulai. Pagi buta aku terbangun seperti biasa kuselesaikan ibadah, ku rapihkan diri dan pakai sepatu lari. Cuaca masih sangat segar saat mentari belum menampakkan diri, ku Tarik nafas ku hempaskan ke bumi oh sungguh indah hari ini. Dibekali sebotol air perjalanan ku di mulai dari depan pintu, ku ambil langkah pertama dengan kaki kanan terlebih dahulu ku berlari-lari kecil menyusuri jalan setapak. Perlahan tapi pasti setiap jalan ku jajaki dan mentari mulai tampak dengan senyum dia berpendar, kemudian ku pandang, seperti tak ada malu dia terus berkilau. Keringat mulai menetes hingga ke dagu dalam hati berkata "sudah lama raga tak se bugar ini." ku berlari mencari tempat tinggi namun yang ada hanya gedung, sial aku rindu gunung tempat ku termenung.

Waktu terus berjalan seirama kaki melangkah, entah sudah berapa panjang jalan ku lalui tapi kaki masih tidak ingin terhenti.

Tidak lama berselang kulihat ada gedung tua di hadapan. Aku terdiam memandang kemudian ku teguk air yang kubawa, tak terasa langkah mengajak ku ke sana. Ku ikuti suara hati ku susuri tangga yang berdebu, bangunan membisu hingga lantai tertinggi aku jalani.

Sesampainya di sana nampak kota yang begitu luas gedung gedung menjulang seperti tak mau kalah untuk terlihat. Rupanya aku hanya sebagian kecil sajah dalam sistem tata surya, tidak lebih besar dari ego dan tidak lebih tinggi dari mimpi. Andai saat itu aku berkawan mungkin saat ini aku tidak sendiri dan tidak sesepi ini. Aku hanya bisa berkhayal seperti semut yang berharap menemukan gula dan seperti gajah yang bisa berlari bermain bola.

Andai semua mimpi-mimpi ku dapat ku gapai dengan mudah, tak perlu lah aku bersusah hingga Negeri ini dan di balut sepi. Andai aku mudah menyapa pada orang yang baru ku kenal mungkin aku tak seperti bambu, liar sendiri di tengah hutan dan andai ku lebih perhatian mungkin kata maaf tidak akan ter ucapkan.

Sepertinya kata andai takan pernah hilang dalam kehidupan, seperti kukri yang punya 2 mata pisau selalu ada yang di kurangi dan di lebihkan. Seperti hal nya mimpi yang harus di kurangi agar mudah teraih dan penyesalan yang harus di tambah agar bisa jadi patokan.

下一章