webnovel

Chapie 28 : Kekacauan Dimulai

Selama menunggu rapat antara Regan dan Ali, Rick masih saja sibuk memainkan game online dari ponselnya. Setelah tiga kali main, ia hampir saja melemparkan ponselnya karena kesal kalah di akhir permainan. Tapi mengingat itu ponsel yang baru saja dibeli setelah mendapat gaji pertama, Rick lebih memilih membantingnya di sofa, itupun dengan lemparan yang sangat pelan.

Baiklah, lupakan ketidakjelasan Rick.

"Haaah…. Sudah satu jam Regan rapat sama tuh orang," kata Rick sambil melihat jam tangannya. "Rapat begini mah biasanya dua jam juga belum kelar. Apa kita keluar dulu ya cari makan selama— EH, BANGKE!!!"

Rick terlonjak di sudut sofa saat melihat penampilan fisik Kobra. Sekitar wajah dan leher Kobra tiba-tiba saja ditumbuhi sisik-sisik kehijauan, bentuk mata kuningnya pun berubah menyerupai mata reptil.

Kobra yang sejak tadi juga memainkan ponselnya sedikit terkejut mendengar teriakan Rick yang selalu membahana itu. Ia menatap Rick keheranan ketika pria berambut pirang urakan itu memilih menyudutkan diri di sofa.

"Ada apa?" tanya Kobra anteng.

"I-Itu… abis diolesin pake minyak jelantah merek apa sampai tuh muka sisikan begitu?"

"Eh?"

Sesaat Kobra meraba-raba sekitar wajahnya dan melihat wajahnya itu lewat kamera depan ponsel. Kobra hanya ber-oh, merasa wajar saja jika hal ini terjadi pada wajahnya, bahkan ia merasa beberapa bagian tubuhnya juga mulai ditumbuhi sisik-sisik.

"Aku belum cerita kalau aku Reptilian?"

"REPTILIAN?!"

Kobra segera menimpuk wajah Rick dengan bantal sofa saking gemasnya dengan Rick yang selalu saja teriak-teriak kencang kalau lagi kaget.

Reptilian sendiri merupakan salah satu ras dari sekian banyak ras yang berada di planet ini. Reptilian hidup berdampingan dengan ras lain, terutama dengan manusia. Jadi, tak masalah jika Kobra yang merupakan Reptilian berteman dengan Rick yang merupakan manusia. Cuma, Rick baru tahu ras asli Kobra lewat perubahan fisiknya, makanya Rick sekaget itu.

"Aduh! Kenapa enggak cerita dari awal, sih?" tanya Rick sambil mengelus wajahnya yang kena timpuk.

Dengan perasaan tak bersalah, Kobra menjawab, "Enggak ada yang nanya."

"Si ngenez, pake acara enggak nanya, pula!" Rick balas timpuk wajah Kobra. "Emang ras orang musti dipertanyakan?! Entar dikira rasis pula! Kemarin Horu baru ngaku kalau dia Cyborg, sekarang kau baru ngaku sebagai Reptilian. Besok-besok Regan bakal ngaku-ngaku kalau dia itu dedemit! Ada apa ini dengan dunia?!!"

Pada akhirnya, Kobra menampol wajah Rick. "Udah, deh. Enggak usah lebay kayak gitu. Sekarang, kau udah tahu kalau aku Reptilian."

"Terus, itu sisik kenapa nongol sembarangan?"

Tangan Kobra kembali mengelus sisik-sisik di wajahnya sendiri. Kobra pun juga bingung kenapa wujud Reptilian-nya bisa muncul tiba-tiba begini.

"Entah. Biasanya ada sesuatu yang tidak beres terjadi," kata Kobra terdengar kurang yakin, "Insting Reptilian-ku mulai muncul ketika tubuhku merasa ada ancaman dari kekuatan buas, hal itu menyebabkan tubuhku ditumbuhi sisik. Jangan-jangan…."

Sontak Kobra terkejut ketika menyadari sesuatu. Buru-buru ia bangkit dari sofa, berjalan menuju pintu ruang rapat sambil melepaskan sarung tangan hitamnya. Karena heran, Rick pun juga ikut beranjak dari sofa, mengikuti Kobra menuju pintu ruang rapat.

Di hadapan pintu, Kobra menempelkan tangannya yang dipenuhi oleh sisik ke permukaan pintu. Meraba-rabanya, berusaha merasakan sesuatu dari dalam ruangan.

"Ada apa ini? Kenapa kau bertingkah aneh begitu?"

Segera Kobra meminta Rick untuk diam dengan mengangkat satu jari telunjuknya. "Aku merasakan hawa sesama Reptilian di sini."

Dan di saat itu juga Rick mulai dilanda panik akan hal itu.

~*~*~*~

Regan masih terdiam di tempat, tidak bisa berbuat apa-apa ketika kedua asisten Ali bergerak menghampirinya sambil menodongkan pistol masing-masing, salah satunya mulai mengikat ke belakang kedua tangan Regan menggunakan bergol. Tidak ada siapapun yang bisa Regan andalkan di sini, berharap andai Rick dan Kobra bisa segera menyadari apa yang terjadi di dalam sini. Selain itu, Regan hendak melawan walau tanpa senjata, tapi dia tidak boleh bertindak gegabah lebih dulu. Terlebih dia masih belum tahu betul seberbahaya apa lawannya ini.

"Tuan Graciell…."

Hentakan demi hentakan sepatu pantofel terdengar jelas dalam sunyi ruang rapat yang terasa begitu tegang, menghampiri Regan yang kini menatap datar dirinya.

"Ayahmu cukup lengah membiarkan orang sepertiku bertemu langsung dengan putranya. Mungkin karena orang gila kerja macam Herald Graciell tidak begitu peduli untuk memastikan siapa kolega yang bisa diajak bekerja sama," remeh Ali saat sudah berhadapan dengan Regan. "Heh. Menggelikan…."

"Sebenarnya siapa kau, Ali?" ucap Regan dengan penuh penekanan. "Dan apa maumu di sini? Kau berusaha menipuku dengan memintaku menandatangi surat palsu."

"Diam kau, Graciell!" bentak salah satu asisten pria dengan senjata masih ditodongkan. "Kau tidak pantas bicara dengan nada kasar pada bos kami."

"Sudahlah…." Ali memberi isyarat pada asistennya untuk memaklumi. Kemudian ia kembali menatap Regan. "Siapa aku, itu bukan urusanmu. Yang kuinginkan sederhana saja. Aku hanya perlu satu perusahaan dari sekian banyak perusahaan yang dimiliki oleh keluarga Graciell. Seharusnya tidak masalah bagi keluarga kalian jika satu perusahaan kalian sumbangkan padaku."

"Memang untuk kau apakan perusahaan ini? Kami tidak akan menyerahkan satu perusahaan pada orang mencurigakan sepertimu."

"Oh? Kau bilang aku mencurigakan?" Ali menatap Regan dengan tatapan sendu dibuat-buat. "Graciell Group adalah salah satu konglomerat yang memiliki ratusan perusahaan di bidang teknologi yang tersebar di beberapa negara dan planet dalam Serikat Galaksi. Tidak bisakah keluarga kalian dermawan padaku sedikit saja?"

Tak ada jawaban, hanya ada tatapan setajam belati yang diarahkan pada Ali. Ali tak menggubris, ia menaikan kedua bahunya sesaat, lalu ia merogoh ponsel dalam saku mantelnya. Di sana, terdapat sebuah pesan yang belum ia baca. Ali pun membaca pesan tersebut, tatapannya kini kembali lurus ke arah Regan.

"Kau yakin menolak untuk menyerahkan perusahaanmu?"

Tak ada jawaban, Regan masih diam enggan untuk menanggapinya.

"Baiklah…. Lagipula, semua dana dan data-data perusahaan ini sudah di tanganku. Jadi, Grace Orps tidak ada gunanya lagi bagiku."

Dari kata-kata Ali, Regan tercengang ketika mulai menyadari sesuatu. Dana dan data-data perusahaan berada di tangan Ali, itu berarti dalang di balik kerugian Perusahaan Grace Orps adalah Ali.

"Jadi…, kau yang telah mencuri semua uang dan data perusahaan?!"

Saat suara Regan meninggi, kedua asisten Ali semakin dekat menodongkan moncong pistol mereka seakan-akan mengancam Regan untuk tidak macam-macam.

"Menurutmu?"

Dengan santainya Ali memperlihatkan layar ponsel pintarnya. Di sana terdapat sebuah ikon tombol merah dengan tanda '!' (seru). Mengetahui tombol apa itu, Regan mulai panik. Regan mengerti akan tombol itu, dulu Horu pernah menjelaskan tentang jenis pemicu Malware dan ikon tombol itu adalah salah satunya.

"Kau…." Regan mendesis marah.

Ali menyeringai tipis. "Kau mengerti maksud dari ikon ini, bukan? Kurasa, tidak perlu kujelaskan pun kau juga mengerti. Jika kau tidak mau menyerahkan perusahaan Grace Orps ke tanganku, maka jangan salahkan aku untuk melakukan ini."

Tanpa basa-basi, Ali menekan ikon tombol merah itu. Tiba-tiba semua lampu di ruang rapat berkedip-kedip, barang-barang elektronik mengalami korsleting sesaat, dan semua monitor yang tersedia mengalami layar glitch sampai berubah menjadi merah dengan memperlihatkan lambang kepala gadis bertanduk dalam wujud pixel. Kemudian, mendadak ruang rapat kembali seperti semula dengan nyala semua lampu yang stabil dan peralatan elektronik yang mulai kembali normal.

Kecuali bagian semua monitor yang masih agak mengalami glitch.

"Hmm…. Sepertinya Veronica mengerjakan tugasnya dengan baik," kata Ali sendiri ketika melihat layar monitor utama di belakangnya. "Kau tidak bisa melakukan apa-apa lagi, karena perusahaanmu sudah mati."

Tanpa sadar Regan mengepalkan kedua tangannya hingga bergetar. Dia kesal, marah akan tindakan semena-mena Ali. Regan tahu apa yang dilakukan Ali barusahan itu adalah tindakan yang sangat membahayakan. Perusahaannya kini sudah jatuh, benar-benar jatuh sejatuh-jatuhnya.

~*~*~*~

"Kobra, kau yakin ada Reptilian lain di dalam ruang rapat?"

Rick masih kebingungan dengan tindakan Kobra yang masih meraba-raba pintu, memastikan akan sesuatu yang tidak beres di dalam ruang rapat.

Tiba-tiba saja mereka dikejutkan dengan semua lampu yang berkedip-kedip dan alat-alat elektronik mengalami korsleting. Namun, hal itu hanya bertahan sesaat sampai kembali seperti semula.

Keduanya sempat dibuat kaget dengan yang terjadi barusan. Mereka bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi pada gedung perusahaan.

"Barusan tadi itu apa?" tanya Rick bingung.

Mendadak earphone yang mereka pasang di telinga saling terhubung dengan anggota tim lain. Rick pun mulai menyahut.

"Di sini Rick."

"Rick, gawat! Sesuatu terjadi pada komputer dan mesin-mesin di ruang IT!"

Seketika mata biru Rick terbelalak ketika mengetahuinya.

~*~*~*~

Di ruang IT, Ozkov, Solvo, Horu, dan Xeno mulai waspada saat semua komputer beserta mesin-mesinnya mengalami korsleting dan semua layarnya mengalami glitch sampai berubah menjadi merah dengan lambang pixel serupa seperti yang ada di ruang rapat. Tiba-tiba alarm keamanan berbunyi nyaring di seluruh penjuru gedung, menandakan bahwa saat ini gedung dalam situasi tidak aman.

"Gawat! Apa yang terjadi?" ucap Horu bingung.

Setelah menganalisa lewat kedua mata Cyborg canggihnya, Solvo mengambil kesimpulan, "Semua Program GIGAS yang menyerang semua sistem telah diaktifkan. Sepertinya, program-program itu mulai diaktifkan lewat server utama."

"Itu berarti, pengirim dari program itu yang mengaktifkannya?" tanya Horu pada Solvo.

"Sepertinya pergerakan kita sudah diketahui oleh musuh."

"Sial!" Ozkov mengumpat. "Kita harus menghubungi yang lainnya!"

Ozkov mengaktifkan earphone-nya untuk menghubungi rekan-rekan yang lain. Ketika sambungan dirasa sudah terhubung, ia mendengar suara Rick lebih dulu menyahut.

"Di sini Rick."

"Rick, gawat! Sesuatu terjadi pada komputer dan mesin-mesin di ruang IT!" teriak Ozkov agak panik. "Kami telah memeriksa apa yang terjadi pada komputer-komputer di sini. Dan kami menemukan banyak program asing yang diduga sebagai Malware tersembunyi."

"Kami juga menemukan program serupa," sahut Silva pula lewat earphone. "Dan sesuatu juga terjadi di ruang IT bagian sini."

"Jangan diam saja! Kita harus bantu-bantu mengevakuasi para karyawan!" perintah Annelyn di seberang sana pula.

"…. Aku ingin membantu, tapi saat ini Regan dalam masalah."

"Apa?"

Mendadak komunikasi mereka terputus tanpa sebab. Saat Ozkov berusaha menyambungkannya kembali, semua komputer, mesin, dan monitor yang ada di sana bertranformasi menjadi robot. Di antaranya ada yang bertransformasi menjadi robot-robot terbang menyerupai drone berwarna merah dengan lensa merah menyala.

Mata canggih Solvo kembali menganalisa segala jenis program dan sistem yang dimiliki oleh para robot. Sang Cyborg terkejut ketika mengetahui formula dari jenis robot berbentuk drone itu.

"Jangan gunakan AndroMega."

"Apa?"

Ozkov, Xeno, dan Horu menadang Solvo bingung.

Dengan panik Solvo mengulang kembali, "Jangan gunakan AndroMega! Robot-robot jenis drone berisi program virus peretas sistem Senjata AndroMega!"

~*~*~*~

下一章