Happy Reading 💙💛
Selepas meninggalkan kamar yang di tempati Jean, Dominic memilih untuk pergi keruang bawah tanah. Tidak banyak yang tahu tempat itu. Hanya dirinya, Delia sekertaris nya, dan juga Eliot stylish pribadinya.
Tidak ada yang tahu seperti apa seorang Dominic Archer. Pria yang hanya di ketahui orang seorang pria mapan di usia mudanya, di tambah dengan wajah tampan dengan proporsi tubuh yang rajin berolahraga.
Siapa yang tidak ingin bersanding dengannya? Kaya, tampan dan disegani di usianya yang masih menginjak awal tiga puluhan.
Namun di balik wajah tampannya, terdapat beribu rahasia tersimpan yang rapat rapat.
Dominic membuka kotak kaca yang terdapat sebuah senapan kecil dan memainkannya dengan tatapan tajam.
Suara derap langkah kaki memasuki ruang tanah. Dominic dengan santai menarik pelatuk dan menembakan senapan itu kepada seseorang yang baru saja memasuki ruang bawah tanahnya.
"Its me, tuan Dominic. " Suara Delia menginterupsi dengan suara tercekat. Beberapa senti lagi kepala nya terkena peluru itu.
"Ada perlu apa? " Dominic dengan acuh dan kembali memainkan senapannya.
Delia melangkah maju dan memeluk Dominic dari belakang.
"Hanya ingin bermain." Kata Delia dengan suara dibuat-buat, serta mengecup tengkuk Dominic.
Dominic hanya mengeram dengan tindakan Delia.
Delia yang merasa sudah diberi lampu hijau, tangannya dengan berani mengusap aset milik Dominic.
Dominic memejamkan matanya. Delia merasa menang karena Dominic terlihat menikmatinya. Namun itu tidak berlangsing lama, karna Dominic menepis tangan Delia dari miliknya, dan membalikan badannya menghadap Delia.
"Aku sedang tidak ingin bermain-main dengan mu, Delia. Aku sedang ingin bermain dengan kekasih kecil ku ini." Dominic menolak Delia yang menginginkan nya. Dominic memainkan senapan yang ada di tangannya.
"Tapi." Delia tetap berusaha merayu Dominic.
"Atau kau juga ingin bermain main dengan kekasih kecilku ini? Kebetulan dia sedang haus. " Kata Dominic acuh. Dominic menarik pelatuk senapan itu.
Haus yang di maksud Dominic adalah, darah. Senapannya membutuhkan darah dari korbannya.
Delia menelan salivanya, takut. Dominic jika sudah mengeluarkan ultimatum nya tidak pernah main-main. Dan Delia memilih menggelengkan kepalanya.
"Pergilah, sebelum peluru panas ini akan benar-benar bersemayam di kepalamu. " Dominic berbicara tanpa menatap lawan bicaranya.
Dan dengan derap langkah lebar, Delia meninggalkan Dominic.
Satu tembakan kembali terdengar. Dominic melepaskan peluru di lemari penuh wine miliknya.
****
Sudah pukul tujuh pagi, Jean masih terlelap dari tidurnya, namun sebelum suara cempreng menginterupsi telinganya.
"Bangun tukang tidur.. Apa kau pikir dirimu princess. Cepat bangun. "
Suara Eliot dibuat sekeras mungkin. Jean pun terbangun dengan suara lengkingan pria dengan jari lentik itu.
"Hei!!! Pemalas cepat bangun dan bergegas." Kata Eliot kembali.
"Memang kita akan pergi kemana? " Tanya Jean dengan suara parau bangun tidur.
"Nanti juga tahu, dasar cerewet." Setelah mengucapkan itu, Eliot memanggang keluar dengan gaya centilnya.
Jean menggerutu, betapa menyebalkannya pria dengan dada membusung dibuat-buat itu.
"Aku bisa mendengar gerutuanmu, Bebek buruk rupa." Glegar Eliot di depan kamar Jean.
Jean pun mengatupkan bibirnya dan bergegas untuk mandi sebelum Eliot kembali dan mengocehinya.
**
Di dalam kamar mandi Jean memikirkan kemana ia akan di bawa. Sudah tiga puluh menit berlalu, tapi Jean enggan untuk beranjak dari guyuran shower yang membasahi seluruh tubuhnya. Namun sebelum Eliot kembali dan memporak-porandakan kamar dengan suara lengkingan dasyatnya, lebih baik Jean keluar lebih dulu. Cari aman lebih baik bukan? Batin Jean
"Argh!!! " Jean berteriak histeris karna ada Eliot di kamarnya sedang memilih-milih baju.
"Tidak perlu histeris. Lagipula aku tidak akan nafsu denganmu. " Dengan cuek dan mengambil satu gaun dan di hadapkan dengan Jean untuk mencocokannya.
"Aku suka yang panjang. Kalaupun aku suka dengan wanita, bukan seperti kau. Apa yang bisa dilihat darimu. Rata, tidak ada yang bisa untuk di pegang. Seleraku tinggi tahu." Kata Eliot mengejek tubuh Jean. Melihat dari atas sampai bawah tubuh Jean yang hanya dililit handuk.
Jean antara sebal dan bersyukur karena Eliot memiliki kelainan seksual namun sedikit jengkel karena Eliot menilai tubuhnya.
"Nih pakai. Dan cepat keluar. Kau bisa memakai riasan bukan? Jangan manja, dan jangan seperti siput." Perintah Eliot penuh penekanan.
Jean pun memakai dress yang sudah di pilihkan Eliot. Dress berwarna hitam panjang dengan sedikit warna putih dibagian kanan hingga kebelakang. Dress dengan belahan tinggi sampai menunjukan kaki jenjang nan putih milik Jean disertai dengan hills hitam sebagai pemanis.
Sekarang Jean berfikir bagaimana ia harus merias diri.
"Masa bodo.. " Ucap Jean pasrah dan memoleskan wajahnya seperti biasa.
Tiba-tiba pintu terbuka saat Jean sedang berfikir mau di apakan rambutnya.
Dominic datang. Jean gelagapan karena malu.
Jean ingin membalikan badan ketika Dominic mendekatinya, namun Dominic menahan bahu Jean agar tetap menghadap kaca meja rasnya.
Dominic mengambil tali rambut dan memakaikannya pada rambut Jean.
"Selesai, kau sangat cantik. " Ucap Dominic setelah mengecup bahu terbuka Jean.
Jean yang diperlakukan seperti itu oleh Dominic menundukan wajahnya karena malu.
Dominic mengambil tangan Jean dan menggenggamnya.
"Kita pergi. " Dominic membawa Jean ke mobilnya.
"Kita akan kemana? " Tanya Jean penasaran.
Dominic tidak menjawab, mengacuhkan pertanyaan Jean sedari tadi.
Jean pun kambali diam dan tak ingin bertanya kembali.
##
Riuh dari tamu yang datang begitu ramai saling mengobrol membicarakan bisnis nya masing-masing.
Jean memandang sekeliling. Ramai dan bising seperti saat malam pelelangan. Rasa takut kembali menghampiri Jean. Tangannya berkeringat dan bergetar. Jean menahan tangannya sendiri berharap sedikit mengurangi getaran di tangannya.
Dominic melihat gelagat Jean. Ia mengambil tangan Jean dan menautkan jari jemarinya.
"Rilex." Bisik Dominic. Jean pun menurut, meskipun masih ada rasa takut di dalam dirinya.
Banyak wartawan datang untuk menyaksikan jalannya acara. Setelah Dominic melangkah masuk para wartawan menghambur dan mengelilingi Dominic dan Jean. Fokus para wartawan hanya Dominic Archer, sang miliuner muda nan tampan yang menjadi hot panas setiap artikel yang masuk tentang dirinya.
"Apa anda datang untuk acara pelelangan atau hanya sebagai tamu, tuan Archer? " Tanya salah satu wartawan.
Jantung Jean berhenti sejenak mendengar kata 'pelelangan'.
"Dan siapakah wanita yang bersama anda tuan Archer? " Tanya wartawan kembali.
"Saya datang sebagai tamu dan pengisi lelang." Jawab Dominic.
"Apa yang akan anda lelang untuk kali ini tuan Archer? " Tanya wartawan itu kembali.
"Ini kejutan dari wanitaku, bukan begitu, sayang. " Dominic mencium punggung tangan Jean yang semakin berkeringat karena akan dijadikan wanita lelangan kembali.
Jean hanya berpasrah jika harus dijadikan apapun oleh Dominic. Karena semua yang ada pada dirinya bukan hanya miliknya, namun sepenuhnya milik Dominic.
____________________