POV: Wander
Bayangan reruntuhan Yalai Bayourunaa menaungi mereka. Separuh bangunan dan dinding di pucuk bukit pasir masih menyembul, sebagian gosong, sebaian dalam bentuk puing-puing, dan tertutup pasir. Suara desau angin malam mengusik api unggun yang bergemertak akibat bertemu kain yang dibasahi minyak.
"Kau masih tidak mau makan?"
Wander menatap roti bundar sebesar lingkaran dua kepalan tangan dengan nanar, perutnya perih menahan lapar. Ia bisa merasakan tenggorokannya seakan dipenuhi kepingan gelas, mulutnya terasa bagaikan mengunyah pasir, ia bisa mencecap sengitnya asam lambung di ekor mulutnya.
Ia menggeleng. Termasuk kepada dua potong daging kering dan sup hangat hasil masakan dari kaldu dan rajangan kulit entah serangga apa yang mereka temukan di gurun, namun aromanya benar-benar menggetarkan jiwa. Tangannya hingga mengepal dan bergetar.
"Kalau begitu… minum?" Sulfa menyorongkan kantung kulit berisi air.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者