webnovel

berdamai

Mirella mencoba untuk tetap optinis Dan semangat, menjalani kehidupan barunya. Bukan karena pernikahan tapi karena keadaannya saat ini. untuk kehidupan setelah pernikahan sebenarnya tak begitu susah untuknya menyesuaikan diri, jika kondisinya masih seperti dulu.

Bohong kalau Mirella sudah menerima keadaannya saat ini. Dia terlihat baik - baik saja, jika Ada seseorang disampingnya, namun wajah murung dan sedihnya akan muncul lagi saat dia sendiri. Bahkan Mirella kerap menangisi keadaannya saat ini.

Mirella hanya tidak ingin Daniel suaminya merasa semakin bersalah dengan keadaannya,jika tahu Mirella belum bisa menerima kondisinya, pasti Daniel akan terus menyalahkan dirinya, jika tahu dia masih begitu rapuh Malvin adiknya juga pasti akan terus disampingnya Dan tidak mau berangkat sekolah.

Seperti saat ini Mirella menangis dalam diam sembari mencoba mengerakkan kakinya. " Ya Tuhan....kapankah kaki ini dapat aku gunakan lagi" lirihnya. Mirella terus menangis hingga ketukan dipintu membuatnya segera mengusap air matanya. " non,,makan dulu" kata bi Sari asisten yang dipekerjakan Daniel dirumah.

Bi Sari nampak memasuki kamar Dan mendorong kursi roda Mirella menuju meja makan, namun ditengah jalan terhenti karena permintaan Mirella. "Bibi, biarkan aku jalankan sendiri" pinta Mirella sembari mulai menjalankan kursi rodanya, Tak mudah memang namun dia selalu mencoba.

setelah perjuangan Mirella sampai di meja makan, dan dapat Mirella lihat makanan yang tersaji di meja adalah makanan yang enak. "Bibi pandai masak" puji Mirella sambil tersenyum. "ah..non bisa aja, ayok non dicoba" kata Bi Sari sambil mengambilkan makanan untuk Mirella.

Dua bulan telah berlalu, dan tak dipungkiri Mirella mulai putus asa, terapi juga sudah dijalaninya rutin, namun entah mengapa ia tak juga bisa berjalan. Kondisi ini membuat Mirella semakin terpuruk.

Mirella masih berusaha untuk terlihat bahagia, terlihat baik - baik saja, juga terlihat semangat. Namun hatinya semakin kacau, keputus asaan semakin kuat membelengu hatinya.

Hari ini orang tuanya juga kakak sekaligus adiknya datang berkunjung, meski mereka selalu mrnemaninya untuk terapi namun biasanya bergantian, kadang mama, kadang Mirna, jika tanggal merah kadang Malvin, bahkan papanya juga pernah mrnemaninya terapi.

"Mir, gimana kalau sementara kamu tinggal dirumah aja, toh Daniel keluar Kota kan?" tawar Mirna pada Mirella. "iya kak, mau ya?" tambah Malvin. " Ada bik Sari dan yang lain kok, lagian kan kalian juga selalu kesini temani aku" jawab Mirella.

Setelah makan malam yang penuh cerita akhirnya keluarganya pulang, setelah mengantar sampai pintu Mirella bergegas ketempat tidur dibantu Bi Sari. Dan seperti biasa Mirella akan menangis Dan menangisi keadaannya sekarang, dia merasa selalu mrnyusahkan keluarganya juga orang - orang disekitarnya.

Deringan telpon menambah beban pikirannya. Usahanya yang telah dirintisnya sejak dulu, meminta perhatiannya karena dari ketika dia kecelakaan sampai sekarang, dia hanya mempercayakan usahanya pada anak buah kepercayaannya tanpa sekalipun dia turun untuk mengeceknya.

setelah kenutup telponnya Mirella tak dapat menahan perasaannya lagi, Mirella menangis Dan meraung, Dan entah kenapa saat itu mama Dan papanya masuk kekamar Dan memeluknya.bahkan sang mama juga ikut meneteskan air mata bersama dengannya.

setelah tangis Mirella mereda dalam pelukan sang mama, papa Mirella pun mulai bertanya. " apa yang Mira rasakan, bilang sama papa atau mama, bagaimanapun kamu anak kami, kesalahan kami dimasa lalu yang membuatmu sangat menderita papa sangat menyesalinya, jadi papa mohon, kasih kami kesempatan untuk menjadi orang tuaku yang baik, Mira, apa kamu sayang sama Mama dan papa?" Tanya papanya.

Mendengar perkataan dari sang papa ,Mirella hanya mengangguk. "Mira sayang sama kalian" ucap Mirella lirih. " kalau Mira sayang sama Mama juga papa, katakan apa yang Mira rasakan" ucap sang mama sambil menghapus air matanya

"Mira capek ma, Mira kesal, Mira marah ,Mira juga sangat sedih...." adu Mirella sambil kembali menangis.

"apa yang membuatmu seperti itu?, apa Daniel tidak mperlakukanmu dengan baik?" tanya sang papa dengan kesal. Tapi jawaban gelengan dari Mirella membuat sang papa kaget. "lalu, kenapa?" Tanya sang papa lagi.

"kondisi Mira,kondisi Mira membuat Mira putus asa, dokter bilang kalau Mira rajin terapi, minum obat, Dan segala macam yang mereka bilang, Mira akan cepat pulih, tapi nyatanya,.....Mira bahkan belum bisa mengerakkan kaki Mira pa..." kata Mirella meraung. Tangisan dan ucapan Mirella mengiris hati orang yang mendengarnya. Papa dan mama nya kembali memeluknya erat. Mereka berharap melalui pelukan bisa mengurangi sedikit beban hati sang anak.

"Mira tidak ingin melihat Daniel semakin menyalahkan dirinya, Mira tidak ingin papa mama Dan yang lainnya hanya mikirin nasib Mira, Tapi sekarang Mira capek ma....Mira Tak tahu harus bagaimana, Mira sangat tak enak sama Daniel ,,bi Sari juga yang lain, mereka membantu segalanya yang harusnya Mira lakuin sendiri, Mira malu pa....Mira malu...." teriak Mirella semakin menjadi.

sang mama memeluknya semakin erat, dan berusaha menenangkan Mirella.

Papanya mengusap air mata Dan membelai rambut sang anak yang sekarang nampak sangat rapuh dipelukan sang istri.

Mirna,Malvin , juga Bi Sari yang berdiri dibalik pintu pun ikut menangis mendengar segala keluh kesah Mirella. orang yang selama ini selalu tersenyum ceria kepada mereka , ternyata menyimpan beban dihati yang sangat berat.

Tanpa semua orang sadari , Daniel yang baru tiba dari luar Kota juga mendengar segala keluh kesah Mirella, Dan langsung masuk kekamar disamping kamar Mirella dengan perasaan yang Tak dapat dia tahan.

'ya Tuhan....Mirella....'batin Daniel sedih. Dia Tak mengira demi agar dirinya tak merasa semakin bersalah Mirella harus begitu menderita. Daniel selalu mengira bahwa Mirella benar sudah memaafkannya, Daniel juga mengira Mirella baik - baik saja dan bahagia...tapi bagaimana Daniel bisa melupakan, bagaimana Mirella yang terbiasa kemana - mana kini harus duduk dikursi roda, bagaimana Daniel lupa bahwa dialah yang membuat gadis itu menjadi seperti itu.

Dering telpon Daniel membuatnya tersadar dari perasaannya, segera diangkatnya Dan ternyata dari sang kekasih Mika.

Mendengar tawa Mika yang bahagia karena baru jalan - jalan keluar Kota bersama dirinya , juga sedang mencoba barang- barang yang mereka beli bersama membuat hati Daniel semakin merasa bersalah. 'bagaimana mungkin aku liburan, bersenang - senang, tapi Ada orang lain yang menderita, bahkan dia memikirkan perasaanku' batin Daniel segera menyudahi pembicaraan dengan kekasihnya.

sementara didalam kamar Mirella, masih terdengar tangisan dari Mirella Dan sang mama. " sayang,,papa, mama,kak Mirna, Alvin, Daniel, papa Dion, Mama Rani, akan terima Mira apa adanya Mira sekarang, kami Tak Ada yang merasa direpotkan, kami justru bingung kalau kamu hanya diam, karena itu...papa mohon sayang...berdamailah dengan hati kamu" ucap sang papa.

"iya non, Bibi, yang lain tak keberatan,kami semua senang bisa membantu non, jadi jangan merasa non kembebani kami ya non" ucap Bi Sari yang masuk ke kamar diikuti Mirna Dan Malvin.

"Mira, kakak juga banyak salah sama kamu, tapi kamu maafin kakak, sekarang kalau kamu bisa berdamai dengan kakak kenapa kamu tidak bisa berdamai dengan hatimu, Tak masalah kalau kamu Tak bisa jalan, kamu masih bisa. memasak, kamu masih bisa mendesain perhiasan lagi" kata Mirna sambil memeluk Mirella

"tapi ....."ucapan Mirella tertahan karena sang mama. " papa, Dan yang lain benar, kamu harus terima apa yang terjadi dengan lapang dada, tidak masalah, kami menerima Mirella apa adanya" kata sang mama.

karena kelelahan menangis akhirnya Mirella tidur Dan yang lain segera meninggalkannya agar bisa nyenyak. " ma....Kita harus datangkan psikiater untuk Mirella" ucap sang papa saat mereka sudah keluar dari kamar Mirella.

下一章