webnovel

Rencana balas dendam [3].

"Sialan! Aku ingin masuk ke dalam lubang semut karena tubuh lemah ini begitu memalukan," omel Earl. Arthur tidak banyak berkomentar dan menggendong Earl menuju kamarnya seorang diri. Tanpa bantuan suster yang sejak tadi memanggilnya untuk membawa Earl menggunakan kasur dorong.

"Kau hanya perlu membiasakan dirimu pada kondisi ini Earl... jujur, kau terlalu pasrah sampai rasanya aku harus menahan diriku untuk tidak memperkosamu detik ini juga," dan tentu saja dengan tenaga dalam yang tersimpan, Earl melompat tiba-tiba dan memberikan Arthur hantaman kuat pada perutnya dari kaki panjang Earl.

Bughh

Brakk

Kemudian Earl terjatuh dengan tidak elitnya di dalam lift dan pingsan seketika. Jangan tanya bagaimana Arthur dengan keterkejutannya dengan refleks Earl, ia hanya membungkuk menahan rasa sakit pada ulu hatinya dan kemudian tertawa sembari menatap Earl yang tergeletak di lantai lift tidak sadarkan diri.

Dan ketika pintu lift terbuka, menampilkan Jason yang membatu di depan pintu lift rumah sakit. Ia melongo melihat Arthur tertawa sambil memegangi perutnya memukul-mukul dinding lift pelan dan meringis. Hanya tuhan yang tahu mengapa bisa Earl terbaring diatas lantai lift dengan Arthur yang tertawa terbahak-bahak sampai perutnya sakit. Jason speechless di tempat.

"Yaa tuhan... seseorang tolong panggilkan psikiater kemari,"

-Kamar rawat -

Earl terpaksa harus mendekam di dalam kamar rawatnya kembali. Ia telah bersumpah untuk tidak membiarkan Arthur di sekitarnya selama sakit ini. Tentu Earl mudah mengancamnya, Arthur si maniak porno itu belum membayar reparasi jendela rumahnya. Sedangkan ancaman yang lainnya adalah ia akan menambah teralis besi pada seluruh jendelanya. Dan pintunya akan dikunci ganda.

Walaupun itu ancaman, tetap saja Earl akan melakukan itu nanti. Itu rumah pribadinya, Ok. Siapa pun masuk ke dalamnya harus izin padanya. Sudah cukup bermain sampai saat ini. Dipikir Arthur akan sedikit jinak jika Earl tidak mempermasalahkan bagaimana sikap Arthur selama beberapa minggu terakhir. Nyatanya, semua pria sama saja. Semakin dibiarkan, semakin banyak tingkahnya. Earl memijat kepalanya ngilu sekali.

"Aku ingin mati di kremasi saja... aku khawatir mayatku jadi bahan pelampiasan pikiran kotornya,"gumam Earl mulai hilang akal.

Berpikiran terlalu jauh hingga mati pun arwahnya tidak akan tenang dengan tubuhnya selama Arthur masih hidup. Imajinasi Earl hanya terlalu liar jika tentang keselamatan mentalnya saat ini. Arthur itu mesum.

Jelas sekali ketika melihat wajah dan tatapan liar Arthur, Earl ingin sekali menamparkan baki makan malamnya ke wajahnya saat dengan sengaja ia yang mengantarkan makan malam Earl. Dipikirnya Earl akan tenang setelah ia tidak muncul selama dua belas jam penuh di kamarnya dan sudah lupa permasalahan yang tadi? Oh dalam mimpimu saja Arthur. Earl mengomel sepanjang hari.

Earl mengalihkan perhatiannya pada laptop di hadapannya. Bulan sudah berada di atas tahtanya ketika ia menerima kabar dari Tom bahwa target sudah memesan kamar dengan nomor 652. Tom mengatakan bahwa mereka sesekali pergi ke hotel itu.

Memesan reservasi dua minggu penuh dan dari pengamatan Tom melalui CCTV, mereka tidak pernah tinggal bersama setelah pemesanan yang sudah lebih dari seminggu untuk kamar hotel itu.

Earl tentu saja tahu akan hal itu. Memangnya siapa yang membiarkan mereka merayakan pesta saat ini? Tidak akan ada pesta untuk mereka. Earl terlalu kejam tentunya. Disibaknya poni yang menupi pengelihatannya, Earl tersenyum sinis.

"Membayar jasa dengan tubuhnya yaa..." gumam Earl menggelengkan kepalanya prihatin. Itulah mengapa wanita harus banyak berpikir ulang ketika melakukan sesuatu yang besar. Dua makhluk menjijikkan ini akan selesai di tangannya

Ting!

Earl sedikit terkekeh kecil saat matanya menerima pesan lain dari Tom. Sedikit tambahan saja, Tom menemukan beberapa file seduktif tentang pelaku untuk berjaga-jaga. Earl tentunya tidak akan berbaik hati dengan membiarkan peluang lain untuk musuhnya. Bukan gayanya, Earl pun mematikan laptopnya dan sangat bersemangat turun dari ranjangnya.

Ia meregangkan persendiannya dan segera merapihkan laptop serta menyambar jaket hitamnya. Berjalan menuju pintu kamar rawatnya dan pergi begitu saja.

-Rumah keluarga Krisnewn-

Michele berhias di depan cermin besarnya. Memoleskan lipstik berwarna plum di bibirnya. Bibirnya tampak penuh dengan sedikit polesan lip gloss bening telah mampu membuat bibirnya begitu menggoda ketika sekali menatap.

Michele berdandan dengan niat kali ini. Ia akan pergi ke club untuk berpesta. Setelah seminggu lebih ia disibukkan dengan perusahaan Krisnewn yang kini berusaha ia kembangkan bersama ayahnya. Setelah pencopotan militer secara tidak hormat oleh Presiden sendiri dan seluruh keluarga Krisnewn harus menanggung malu akibat perbuatan bodoh Michele.

Banyak keluarganya menaruh benci pada Michele hingga ketika ayahnya, Adney membangun perusahaan keluarga Krisnewn yang telah berjalan di tempat itu kembali maju tanpa bantuan saham dari keluarganya sendiri. Karena Michele lah pangkat mereka harus dicopot dan menjadi bagian dari rakyat biasa sekarang. Adney tentu saja marah besar dengan Michele. Bagai tertimpa kesialan besar memiliki anak perempuan yang manja. Salahnya juga karena mendidik Michele dalam ruang lingkup seperti ratu kerajaan di dalam keluarganya.

Adney berkali-kali memaki anaknya itu saat ia bersikeras semua ini terjadi karena perwira angkuh itu. Mengapa anaknya sama sekali tidak mengerti kesalahannya sendiri. Apakah setumpul itu IQ yang dimilikinya? Adney hanya bisa menyesali sikapnya sebagai orang tua yang gagal saat ini.

Michele sedikitnya membantu dalam pergerakan perusahaannya. Selama ini ia terlalu sibuk berkecimpung di dalam militer hingga tidak banyak mengurus perusahaannya dan hanya menjadi perusahaan yang terpasung. Setidaknya, Adney masih memaklumi Michele sebagai putri satu-satunya ketika Michele sendiri dengan tekad membantunya membangun perusahaan agar mereka tidak sepenuhnya jatuh miskin karena tidak ada suntikan anggaran negara.

Michele berdiri dari meja riasnya dan merapihkan gaun malamnya yang sexy. Warna ungu dari gaun itu sebagaian mengekspos pahanya dan juga belahan dadanya begitu mencolok mata. Jika para lelaki dengan sekali lihat saja ia berjalan seorang diri di dalam club, tentu saja ia akan menjadi mangsa para lelaki untuk menikmati tubuhnya. Persis seperti wanita yang ingin jual diri. Tetapi Michele tau seperti apa cara ia membawa diri datang ke sebuah club. Auranya jelas kuat, tidak tampak seperti wanita menyedihkan dengan aksen menjual tubuh untuk uang.

"Michele? Kau mau kemana nak?" Michele menoleh pada ibunya yang mengenakan sweter marun dengan wajah pucat. Ibunya sedang tidak dalam kondisi yang baik saat ini.

"Aku akan bersenang-senang dengan teman-temanku, bu. Jangan menungguku pulang, aku akan menginap bersama temanku untuk merayakan kepulanganku dari kesibukan selama di militer," ibunya terlihat tidak suka setelah Michele mengatakan akan pergi berpesta.

"Tidakkah kau mengerti emosional ayahmu saat ini? Ia bisa mengamuk jika tidak menenukanmu di rumah hari ini," Michele memutar matanya malas.

"Bu, aku sudah katakan pada ayah untuk meminta libur besok. Jadi tidak masalah jika aku tidak pulang malam ini," ibunya menghela nafas.

"Baiklah. Hati-hati di jalan,"

.

.

.

To be continued

下一章