Hari ini Azalea akan pergi bersama teman-teman nya ke Taman yang berada di kota seberang bernama Ciemra. Kota yang terkenal akan keindahan taman bunga Lily di pusat nya.
"Edward, ku dengar gerbang kota Ciemra tengah di tutup karena kejadian hari lalu. Apakah kita masih akan ke sana ?" Elyzabeth salah seorang teman perempuan Azalea bertanya kepada pria muda bermata coklat madu di samping nya yang tengah memakan buah pisang yang di bawa nya dari rumah.
Edward, pria itu yang merasa nama nya di sebut menoleh.
"Kau bertanya pada ku ?"
Elyzabeth lantas memukul kepala Edward cukup keras yang membuat lelaki itu berteriak.
"Kau, gadis bar-bar sialan ! Kepala ku bisa tumbuh tanduk nanti jika terus kau pukuli !!"
"Aku bahkan rela mengadakan perayaan besar jika otak udang mu itu bisa hancur !" Elyzabeth mendengus dingin, ia berjalan lebih cepat dan memilih bersisian dengan Azalea yang menatap mereka dengan pandangan geli.
"Aku kenal dengan kepala penjaga disana, jadi kita bisa tetap masuk." Edward mengusap kepala nya yang ia yakini sudah memiliki benjolan merah.
"Hm., baguslah jika begitu jadi kita tidak sia-sia berjalan jauh ke sana "
Azalea yang tak mengerti topik pembicaraan mereka akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. "Apa sebenarnya yang sedang kalian bicarakan ? Hari lalu ? Apa yang terjadi kemarin ?"
Elyzabeth menghentikan langkah nya begitu pula Edward, mereka memandang Azalea seolah gadis itu manusia Goa yang tak pernah keluar dari sarang nya dan tak mengetahui kabar terbaru zaman ini.
"Kau ?.. benar-benar tidak tahu apa yang terjadi kemarin ?" Dengan ragu Elyzabeth mencoba mengulang pertanyaan itu.
Azalea mengerutkan kening tak mengerti. Melihat pandangan kedua teman nya seolah ia adalah manusia purba. Ia semakin bingung, apakah kemarin kepala desa ulang tahun atau apa ?
"Apa anak kepala desa menikah, Hm ? Hingga aku harus mengetahui nya atau kucing paman Elbony sudah minta di kawinkan lagi ?"
Kedua orang lain nya menepuk kepala mereka gemas. Teman nya ini sudah menjadi manusia purba yang tidak mengetahui perubahan kabar walaupun itu yang sudah tersebar satu Negeri sekalipun. Menenangkan emosi yang muncul di hati mereka, Elyzabeth dan Edward saling memandang seolah mengasihani satu sama lain karena mempunyai teman seperti Azalea.
"Azalea, putri ku yang manis. Apa saja yang kau lakukan hingga tidak mengetahui kabar yang bahkan satu Negeri sudah mengetahui nya ?" Ingin rasanya Elyzabeth menarik tudung jubah merah itu dan mencakar cakar wajah cantik gadis tersebut. Ia tak habis pikir kabar yang sedang menjadi obrolan hangat di desa nya itu bagaimana tidak di ketahui teman nya yang jelas-jelas juga tinggal di desa yang sama dengan nya.
"Berita apa itu yang bahkan satu Negeri tahu ?" Azalea semakin tak mengerti akan arah pembicaraan ini.
Menghela nafas kesal, Elyzabeth tak punya pilihan lain selain memberi tahu kan pada gadis itu.
"Kemarin di desa seberang sepuluh gadis menghilang dalam semalam dan kabar itu tersebar hingga satu
Negeri mengetahui nya. Mereka beranggapan bahwa yang melakukan itu adalah kaum Iblis terkutuk !!" Secara singkat Elyzabeth menjelaskan gambaran besar kejadian nya.
Deg !
Azalea tertegun, jantung nya serasa berhenti berdetak. Terjadi lagi ! Lagi - lagi firasat nya benar. Apakah ini berkah atau kutukan bagi nya yang setiap memiliki firasat buruk itu pasti akan menjadi kenyataan dalam selang waktu tak lama. Apakah ini juga yang menyebabkan Ibunya kemarin dengan cepat pulang ke rumah ? Dan apakah ibu nya mengetahui sesuatu tentang ini dan memilih untuk menyembunyikan nya ? Kenapa semua nya kini menjadi misteri, seolah tertutup oleh kabut tebal yang misterius !
"Lea, kenapa kau menjadi diam saja ? Tidak usah takut. Kata para orang tua, iblis hanya akan keluar jika gelap datang. Dan hari ini matahari bersinar terang jadi jangan khawatir." Elyzabeth yang mengira Azalea diam karena takut mencoba untuk menghiburnya. Ia tak dapat melihat perubahan emosi dalam raut wajah gadis itu di sebabkan tersembunyi dalam tudung jubah merah nya.
"Sudah- sudah ayo kita lanjutkan perjalanan agar saat kita pulang nanti itu tidak terlalu malam." Menyadari suasana berubah tegang Edward segera mengajak kedua gadis itu untuk segera kembali berjalan. Yah, walau ia juga sebenarnya merasa takut untuk keluar rumah tanpa di dampingi orang tua nya, tapi ia sudah terlanjur memberi janji pada kedua gadis itu untuk mengajak mereka melihat taman Lily di pusat kota Ciemra.
Jalan yang dilalui oleh ketiga orang berjubah itu adalah sebuah jalan berliku dan berbatu. Jalan itu juga sepi yang hanya dilalui oleh beberapa pedagang yang hendak menjual dagangan nya ke desa sebelah. Disebabkan guyuran hujan semalam Jalan itu lebih terasa sulit karena tanah berlumpur. Kedua gadis itu menyalahkan Edward yang menyarankan mengambil jalan ini. Edward mengatakan jika menggunakan jalan ini itu akan lebih cepat sampai pada perbatasan gerbang.
Benar saja hanya beberapa puluh menit berlalu mereka bertiga sudah bisa melihat sebuah gerbang yang menjulang tinggi ke angkasa. Mereka segera bergegas untuk mendekati penjaga Gerbang. Edward mengatakan sesuatu pada penjaga gerbang yang di akhiri dengan memperlihatkan sebuah lencana pada penjaga tersebut. Para penjaga akhirnya mengizinkan mereka bertiga untuk memasuki kota Ciemra dengan syarat harus menjaga diri sendiri jika sesuatu hal terjadi karena saat ini kota tidak bisa menjamin keselamatan bagi mereka orang luar.
Pemandangan bangunan mewah menyuguhi mata ketiga orang desa tersebut ketika sudah melewati gerbang. Mereka begitu terpana dengan indahnya bangunan rumah dan toko yang ada. Dengan semangat kedua gadis itu berlari menuju pasar yang terlihat ramai sejak dari kejauhan. Mereka bertanya pada salah seorang warga disana yang ternyata kota sedang mengadakan festival yang rutin dilakukan setiap satu tahun sekali selama tujuh hari dan ini sudah hari ke lima.
Pasar kota itu ramai dengan banyak warga yang menghadiri festival. Berapa dari kalangan bangsawan juga terlihat di antara lautan manusia itu. Jalanan yang dihias oleh lentera menambah kesan indah pada suasana pagi itu.
Banyak hiasan yang dirangkai dan di pasang di atas jalan menggunakan tali berwarna. Kedua gadis itu, ah tidak sepertinya Elyzabeth lebih bersemangat di antara mereka. Ia menarik Azalea untuk mengelilingi semua toko dan melihat pertunjukan.
Edward memijat kepala nya yang terasa pusing. Melihat bagaimana kedua gadis berjubah itu menikmati berkeliling pasar dan menonton pertunjukan ia bingung harus melakukan apa. Tujuan awal mereka adalah melihat taman Lily di pusat kota dan sepertinya kedua gadis itu melupakan hal tersebut. Mereka berdua seperti tersihir oleh keindahan dan keramaian dalam festival kota itu.
"Hey, dua gadis bodoh ayo cepat kita ke Taman kota ! Apakah kalian lupa tujuan awal datang kemari ?" Edward akhirnya menghampiri kedua gadis yang kini tengah sibuk mencicipi kuliner yang di suguhkan.
Ke dua gadis itu menoleh dan menatap tajam pada Edward. Merasa kesenangan mereka terganggu.
"Kita jarang ke kota dan festival ini hanya diadakan setahun sekali. Lusa juga sudah berakhir, jadi kita nikmati saja dahulu. Lagi pula hari masih belum terlalu siang !" Azalea mengangguk setuju akan pendapat Elyzabeth, kedua gadis itu kembali pergi berkeliling meninggalkan Edward yang bertambah frustasi dan mungkin sebentar lagi akan depresi menghadapi tingkah kedua gadis nakal itu.
Jangan terlalu terpana, hati – hati semua itu tipuan