***
Kalka keluar dari ruang BK dengan raut wajah kesal. Rambutnya acak-acakan dan dua kancing teratas kemeja hitamnya terbuka. Bu Ramti sukses membuatnya kesal sejak tadi. Mulai dari ketidak percayaanya bahwa Kalka kakak Lamanda sehingga ia harus kembali ke rumah hanya untuk mengambil Kartu Keluarga juga karena tudingan negatif Bu Ramti pada Lamanda tanpa perlu menelusuri masalah ini lebih jauh. Mengingat itu Kalka bersumpah akan memberi Vero sedikit pelajaran.
Sepanjang penjelasan Bu Ramti tadi fokusnya juga terpecah karena sosok disampingnya, Abraham, papa Liora.
Ada banyak hal yang saling berkaitan dalam hidupnya dan hidup Lamanda saat ini seakan semua hal yang telah lama tertimbun saling sepakat untuk kembali muncul ke permukaan. Dan itu membuat Kalka khawatir, khawatir terhadap Lamanda.
"Ka, gimana?"
Kalka menoleh dan mendapati Lamanda yang ternyata sedang menunggunya di luar ruangan. Sepertinya sekarang sedang istirahat terlihat dari banyaknya murid di luar ruang kelas. Beberapa sisiwi mengarahkan pandangan memuja dan ingin menerkam pada Kalka bahkan beberapa mulai melambai-lambai genit dan sok imut yang justru membuat Kalka bergidik. Meskipun begitu, ia tetap memilih membalasnya dengan senyuman yang membuat mereka semakin histeris.
Kalka menarik Lamanda ke tempat yang lebih sepi dan memungkinkan untuk bicara empat mata. "Kenapa lo nggak bilang kalau Liora yang pukulin lo?" tanyanya kemudian.
"Lo kenal Liora?"
"Kalka mengusap wajahnya. Ia menarik Lamanda untuk duduk. "Gue sama dia pacaran."
Lamanda terperangah mendengar pengakuan Kalka. Kalka pacar Liora. Tiba-tiba saja jantungnya berdetak cepat. Ternyata banyak hal yang saling berkaitan dalam hidupnya.
"Tapi dulu," lanjut Kalka.
"Kok gue nggak tau?" tanya Lamanda penasaran. Jika Kalka dan Liora pacaran seharusnya Lamanda tahu karena Kalka tidak mungkin merahasiakannya. Atau mungkin Kalka memang sengaja merahasiakan?
"Karena nggak semua hal perlu lo tau," jawab Kalka.
Hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Ka, jangan bilang masalah ini ke bunda ya," pinta Lamanda
Kalka tidak mengangguk atau menggeleng. "Lo nggak mau homeschooling kan?"
Lamanda mengangguk.
"Pindah ke sekolah gue. Lo harus ada dalam pengawasan gue."
"Nggak. Gue nggak mau!"
"Disini nggak aman, Lam. Siapa yang bakal lindungin lo kalau Liora sama Vero jahatin lo lagi?"
"Apa sebenarnya hubungan lo sama Vero."
"Dia sahabat gue." kata Kalka dengan suara rendah.
"Lo bohong!"
"Ex friends maybe." Kalka menghela napas. Ia menatap Lamanda. "Tapi, apapun itu, lo.harus.pindah.sekolah," ucap Kalka penuh penekanan.
Lamanda menggeleng tegas. "Disini ada Arsya sama Kaila yang bisa lindungin gue. Gue nggak mau pindah sekolah." Lamanda berdiri dari duduknya. "Gue ke kelas dulu," ucap Lamanda dan berlalu dari hadapan Kalka.
Kalka berdiri dan menggeram kesal, ia mengusap rambutnya frustasi. Lamanda dalam bahaya. Adiknya itu sudah masuk lingkaran yang selama ini tidak sadar dibuatnya. Dan apapun resikonya, bahkan nyawanya sekalipun ia akan selalu melindungi Lamanda.
Kalka mulai beranjak dari tempatnya berdiri, belum genap sepuluh langkah pandangannya tertuju pada seseorang yang sepertinya melangkah ke arahnya. Ia menghentikan langkahnya sama seperti sosok yang beberapa meter di depannya. Mereka sama-sama terdiam. Namun tidak lama karena Kalka berjalan kembali, menghampiri orang itu.
"Hai," sapa Kalka dengan senyum tulus. Tidak ada jawaban karena orang dihadapannya diam mematung. "Lama nggak ketemu. Kamu apa kabar?"
Kalka tersenyum. Lagi. "Aku seneng ketemu kamu meskipun di situasi yang nggak tepat."
Pandangan orang tersebut seperti terkunci pada Kalka, tidak bisa lepas.
Kalka menepuk pundak orang tersebut. Ia menatap lekat gadis di depannya itu. "Ra, kamu boleh benci aku tapi jangan bikin aku mempunyai alasan untuk membenci kamu karena perlakuan kamu ke adik aku," ucap Kalka dengan suara rendah.
Tidak ada jawaban.
"Yaudah kalau kamu masih nggak mau ngomong sama aku. Aku duluan," pamit Kalka dan mulai berjalan melewati Liora yang masih tidak merespon
Setelah lama Liora memutar tubuhnya mengamati punggung Kalka yang mulai menjauh.
Dari dulu, kenapa hanya lelaki itu yang membuat perasaannya campur aduk.