webnovel

Perasaan Bersalah

Di kediaman utama Paxton, Eastern Wallace; Vincent mendengarkan Lest dengan seksama. Semakin lama dia mendengarnya, semakin berat hatinya. Dia sudah curiga bahwa dialah penyebab kematian Chloe. Dia mengira pertengkarannya dengan Chloe yang menyebabkan kematiannya, tapi ternyata... dosanya jauh lebih besar dari itu.

Lest juga menceritakan apa yang terjadi pada dirinya delapan belas tahun lalu. Dia berbaring tak sadarkan diri selama delapan bulan dengan bekas hunusan pisau dan peluru di dadanya. Itu terjadi setelah dia bertengkar dengan Chloe. Keluarganya menyalahkan Chloe atas kondisi kritisnya. Kini dia tidak heran melihat ibunya sangat membenci keluarga Paxton. Meskipun keluarganya menyalahkan Chloe, tapi Vincent sama sekali tidak menyalahkannya. Malahan dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri karena gagal melindungi Chloe.

Tadi Lest bilang Chloe tidak menyalahkannya, Lest juga sudah memaafkannya tapi bagaimana dengan ayah kandung Cathy? Bagaimana dengan... Cathy? Jika Cathy tahu hal yang sebenarnya, apakah gadis itu akan membencinya dan meninggalkannya?

Ironis sekali. Mereka baru saja menjalin hubungan kemarin malam dengan bahagia. Kini mereka harus dihadapkan kenyataan pahit masa lalu. Keluarga kandung Cathy membencinya sementara keluarganya membenci Cathy. Hubungan mereka berdua pasti akan ditentang oleh kedua pihak keluarga.

Lest dan Vincent tidak berbicara lagi selama setengah jam penuh. Lest bersandar pada sofa dengan santai tampak memikirkan sesuatu dengan serius. Sedangkan Vincent merasa dirinya berada di dasar jurang tak bercahaya. Tidak hanya rasa bersalahnya kembali menggerogoti jiwanya, dia juga merasa tidak pantas berbahagia... apalagi berada di sisi Cathy.

Dia merasakan ponselnya berdering beberapa kali. Vincent menatap kosong ke arah nama yang menelponnya sejak beberapa menit lalu. Dia terlambat.. seharusnya dia sudah menjemput Cathy sekarang. Tapi... tubuhnya tidak bergerak dan menolak untuk bertemu dengan gadis itu. Dia merasa dirinya sudah tidak pantas berdiri disisi gadis itu.

Tidak lama kemudian Cathy mengirim sebuah pesan yang langsung dibacanya.

'Ada orang yang mengaku mengenalmu. Dia bilang dia datang karena kau tidak bisa datang. Apa itu benar? Apapun itu aku tetap akan menunggumu.'

Masih tidak ada perubahan ekspresi dari wajah Vincent selesai membaca pesannya.

"Orang yang saat ini berada di dekat Cathy... apakah berasal dari LS?"

"Cathy?" Lest mendengus sinis saat melanjutkan kalimatnya, "Kenapa kau memanggilnya seolah kau sangat dekat dengan nona Catherine? Ah, benar. Kalian menjalin hubungan khusus. Apakah kau pikir kau pantas mendekatinya?"

Vincent mengatupkan gigi dengan sangat keras mendengar nada mengejek orang yang duduk berhadapan dengannya. Dia tahu.. dia tidak pantas bersama dengan Cathy, dia tahu gadis itu akan langsung meninggalkannya begitu tahu bahwa dialah penyebab utama kematian Chloe. Dia tahu itu, dia sangat tahu. Tapi kenapa hatinya tetap terasa sakit saat Lest menyebutkannya?

"Tenang saja. Mulai sekarang tim S yang akan melindungi nona Catherine. Saat ini yang bersamanya adalah ketua tim S." Lest mengambil ponsel pribadinya dan membaca sebentar. "Sepertinya nona muda terlalu waspada dan tidak ingin pergi bersama orang kami. Aku akan mengandalkanmu untuk meyakinkannya. Setelah itu, kau tidak boleh bertemu dengannya lagi untuk melanjutkan pelatihanmu yang tertunda." kemudian Lest bangkit berdiri.

"Oh, tentu saja kau boleh menolaknya. Tapi kau tahu betul dengan kekuatanmu sekarang, kau tidak akan bisa melindunginya dari cengkeraman Martin.. sama seperti saat Leonard menggunakan seluruh kepicikannya untuk membunuh nona pertama. Aku harap kau tidak mengulangi kesalahanmu. Lagipula bukankah lebih baik melindunginya diam-diam daripada bersamanya hanya untuk melihatnya membencimu?"

"Jangan pernah sekali-kali kau mengharapkan pengampunan dari nona muda, karena seluruh LS tidak akan pernah merestui hubungan kalian. Aku juga yakin keluargamu akan menentang hubungan kalian begitu tahu nona muda adalah penerus tahta Paxton. Kalian tidak ditakdirkan untuk bersama."

Kenapa Lest harus berbicara panjang lebar? Apakah pria tua ini tidak tahu kalau Vincent sudah sangat menyadari posisinya? Kenapa pria itu menabur garam ke dalam luka hatinya membuat Vincent berharap dia tidak pernah diselamatkan. Seharusnya dia tidak perlu ditemukan malam itu, dengan begitu dia bisa menebus kesalahannya dengan kematiannya. Benar. Jika saat itu dia tidak berhasil diselamatkan, maka dia tidak perlu hidup dipenuhi rasa penyesalannya.

Vincent bangkit berdiri kemudian segera menuju ke kafe yang dimaksud Lest untuk menjemput Cathy. Tadi Lest bilang ketua tim S akan melindungi Cathy? Dia ingin tahu orang seperti apa yang akan bertanggung jawab terhadapa keselamatan Cathy. Dia ingin merasa yakin bahwa dia bisa melepaskan Cathy dengan tenang dalam perlindungan orang yang dimaksud.

Karena itu begitu dia sampai di kafe dan memanggil kekasihnya, dia segera mencari keberadaan ketua tim S.

"Dimana orangnya?"

"Baru saja dia pergi. Kau tidak melihatnya?"

Apa dia terlambat? Atau.. mungkinkah orang ini tidak mau menemuinya? Vincent bertanya dalam hati.

"Apa dia mengatakan sesuatu?"

"Dia menyuruhku bilang padamu tadi aku bertemu dengan ular Paxton." mendengar ini hati Vincent menjadi hancur.

Padahal dia berencana untuk meminta bantuan LS agar mengungsikan Catherine dari kota ini. Tidak peduli seberapa jauh tempatnya asalkan Martin tidak akan pernah bisa melihat wajah Cathy. Dia merasa dia bisa bertahan berpisah dengan gadis itu, dia bisa bertahan tidak melihat gadis itu selama keselamatan gadis itu seratus persen aman terlindungi.

Namun rencananya gagal total. Martin sudah melihat wajahnya. Dia yakin, bahkan jika Cathy bersembunyi di kutub utara sekalipun, ular licik itu pasti terus berusaha melacaknya tanpa henti.

Lagi-lagi dia merasa gagal. Dia merasa alasan kenapa Martin bisa bertemu dengan Cathy hari ini adalah keteledorannya. Dia tahu dia merasa ada sesuatu yang buruk akan terjadi, dia sudah merasa gelisah semalaman hingga membuatnya tidak bisa tidur. Seandainya.. seandainya kalau dia lebih peka sedikit, apakah dia bisa menghindarkan pertemuan antara Martin dengan Cathy?

Cathy sama sekali tidak menyadari saat ini hati Vincent tengah menangis tak bersuara. Vincent merasakan ketakutan yang luar biasa. Dia takut nasib Catherine akan berakhir sama seperti Chloe.

"Aku akan mengantarmu pulang." Vincent tidak sanggup menatap mata Cathy. Dia merasa sulit bernapas berada didekat tubuh gadis itu. Karena itu setelah mengatakan kalimatnya, dia langsung berbalik dan menuju ke mobilnya.

Vincent tidak lagi menggenggam tangannya ataupun membukakan pintu untuknya. Untuk pertama kalinya semenjak naik mobil, Cathy memasang sabuk pengamannya sendiri.

Baik Vincent maupun Cathy sama-sama terdiam selama perjalanan menuju ke Red Rosemary.

Cathy merasa perubahan sikap Vincent sangat drastis sejak mereka berpisah lima jam yang lalu. Cathy ingin sekali bertanya apa yang mengganggu pikiran Vincent, namun mengurungkan niatnya. Entah kenapa Cathy merasa Vincent sedang tidak ingin diganggu.

Hanya saja, Cathy tidak bisa menyingkirkan perasaan kesepian yang tiba-tiba menyerangnya. Biasanya Vincent akan menggenggam tangannya tidak peduli saat berjalan ataupun saat menyetir. Tangan Vincent tidak pernah jauh antara tangan atau kepalanya. Namun sekarang, kedua tangan Vincent mencengkeram setir dengan sangat serius. Ekspresi pria itu juga terlihat sangat mengerikan. Lebih terkesan dingin dan tertutup. Tiba-tiba Cathy merasa ada jurang tak kasat mata di tengah mereka dan Cathy sama sekali tidak tahu bagaimana cara untuk menyeberanginya.

Begitu tiba di depan rumah Cathy, Vincent tidak langsung turun. Apakah pria itu menyuruhnya untuk turun sendiri? Kenapa Vincent tidak melihatnya dari tadi? Kenapa Vincent tidak bersuara semenjak mereka keluar dari kafe?

Cathy nyaris saja tidak bisa menahan air matanya. Cathy berusaha menenangkan dirinya dan dengan menahan rasa malu, dia meminta sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Bisakah kau membukakan pintunya untukku? Aku rasa aku sudah terbiasa kau melakukannya untukku."

Jantung Cathy berdesir ketakutan menyadari kekasihnya sama sekali tidak menjawabnya. Napasnya agak tertahan saat melihat Vincent turun dan berputar untuk membukakan pintunya.

Seharusnya dia merasa senang Vincent menuruti keinginannya, namun saat ini dia merasa takut. Dia mencoba berpikir keras apakah dia melakukan sesuatu yang membuat pria itu marah? Apakah pria itu marah karena dia lebih memilih menghabiskan waktu bersama Kitty daripada dengannya?

Tidak mungkin. Vincent tidak mungkin marah karena itu. Setidaknya dia cukup yakin akan hal ini. Kalau begitu sebenarnya apa yang membuat pria itu memiliki suasana hati yang sangat buruk?

Cathy turun dari mobilnya dan membiarkan Vincent menutup pintunya kembali setelah mengucapkan terima kasih. Hati Cathy terasa sakit saat pria itu tidak membalasnya ataupun menatapnya. Kenapa pria itu terkesan sedang menghindarinya? Sebenarnya apa yang terjadi? Dan kenapa dia merasa ini akan menjadi pertemuan mereka yang terakhir kali?

Tidak. Jika dia tidak segera melakukan sesuatu, dia akan benar-benar kehilangan orang yang dicintainya. Karena itu tepat saat Vincent membuka pintu sisi pengemudi, Cathy menarik tangan Vincent, memaksa tubuh pria itu berhadapan dengannya. Lalu dia menengadahkan kedua tangannya menangkup pipi Vincent membuat pria itu tidak bisa menghindar dari tatapannya.

Kenapa tatapan pria itu terlihat sedih sekali? Seharusnya dia yang merasa sedih saat ini karena perlakuan dingin yang diberikan pria itu. Tapi kenapa Vincent terlihat sedih seolah-olah dirinya yang bersalah?

"Kenapa kau menghindariku?"

"..."

"Apa kau tahu, melihatmu seperti ini membuatku sangat sedih? Jika kau.. jika kau sudah tidak ingin bersamaku, lebih baik kau mengatakannya secara langsung. Lebih baik begitu daripada kau menghindariku dengan cara seperti ini, itu jauh lebih menyakitkan." entah sejak kapan air mata telah turun membasahi pipi di tengah ucapannya.

Kening Vincent mengernyit melihat air mata gadis yang dicintainya. Dia sadar dia telah melakukan kesalahan yang besar.

Kedua tangan Vincent menarik kedua tangan Cathy menjauh dari pipinya, sebagai gantinya Vincent menarik tangan Cathy membuat tubuh gadis itu mendekat ke arahnya. Kemudian bibir Vincent mendarat dengan sempurna di kening Cathy.

Jantung Cathy berdegup dengan kencang sama sekali tidak menduga ciuman singkat di keningnya. Kemudian Vincent menuntun tangan Cathy melingkar ke pinggangnya sebelum tangannya sendiri melingkar ke tubuh Cathy dengan erat.

Cathy benar-benar merasa bingung dengan sikap Vincent. Tadinya pria itu bersikap dingin seolah ingin menghindarinya, kenapa sekarang sikap pria ini berubah lagi? Cathy sama sekali tidak tahu apa saja yang sedang digumulkan dalam benak Vincent.

Vincent sudah tidak peduli lagi dan memilih untuk menjadi orang yang egois. Tidak peduli apakah keluarganya atau seluruh LS akan menentang hubungannya dengan Cathy, dia tidak lagi memperdulikannya. Jika suatu saat nanti Cathy memutuskan untuk meninggalkannya, barulah dia akan berhenti. Barulah dia akan melepas gadis itu.

'Sampai saat itu tiba, izinkan aku bersamamu.' ucap Vincent pilu di dalam benaknya.

"Maaf, aku benar-benar bodoh. Tadi aku sempat merasa ragu."

Cathy mendongakkan kepalanya memandang mata Vincent dengan mata berkaca-kaca.

"Kau meragukan perasaanmu? Apa karena kau menyesal sudah bersamaku?"

Vincent menatap Cathy tidak percaya apa yang baru saja didengarnya. Selama ini Cathy selalu bersikap semangat dan selalu berpikiran optimis. Lalu kenapa sekarang gadis itu malah bersikap pesimis?

Tidak lama kemudian barulah Vincent ingat. Cathy mengalami kepahitan jika berurusan mengenai kepercayaan. Dia hanya bersikap optimis pada apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Berbeda jika berurusan dengan kepercayaan. Cathy sudah membuka diri dan mempercayainya dan kini dengan bodohnya Vincent nyaris merusak kepercayaan gadis itu.

"Aku tidak pernah ragu akan perasaanku. Bukankah sudah kukatakan sebelumnya, hanya kau satu-satunya wanita yang kuinginkan seumur hidupku? Jangan pernah ragukan perasaanku."

Sekali lagi Cathy menenggelamkan wajahnya di depan dada Vincent dan mempererat pelukannya. Keduanya sama-sama merasa betah dan enggan untuk berpisah.

"Cathy, ada yang ingin kutanyakan. Apakah paman Ben yang pernah disebut adik-adikmu adalah Benjamin Paxton?"

Vincent bisa merasakan tubuh Cathy menegang dalam dekapannya. Tanpa harus mendengarnya secara langsung, Vincent sudah mendapatkan jawabannya.

Semoga Vincent tetap tidak melepaskan Cathy walau nantinya Cathy akan menghindarinya.

Happy reading!

VorstinStorycreators' thoughts
下一章