Dirumah LingLing sedari tadi Nia keluar kamar terus menerus karena khawatir terhadap LingLing yang tak kunjung pulang. Bahkan hari sudah malam.
Nia semakin khawatir dan risau pikirannya sudah kemana-mana berpikiran negatif tentang LingLing. Nia duduk disofa menenangkan pikiran yang khawatir dengan LingLing. Diliriknya jam yang menempel didinding yang sudah menunjukkan angka 21.30.
Nia sudah berjam-jam menunggu LingLing pulang ke rumah. Namun, anak itu tidak ada tanda ada kedatangannya. Nia heran, mengapa anaknya itu belum pulang padahal LingLing bilang dia hanya membeli buku. Tapi, mengapa dia belum pulang padahal sudah malam.
Membuat Nia berpikiran tidak karuan takut terjadi apa-apa pada anak satunya. Nia sudah mencoba menghubungi LingLing. Namun sayang, handpone LingLing tidak dapat dihubungi.
"Kenapa dihubungin susah diangkat, sih.." Nia geram pada anaknya yang tidak memberi kabar.
"Sebenarnya tuh anak pergi kemana, kenapa jam segini belum pulang" Protes Nia.
YongYong keluar dari kamar berniat ingin pergi ke dapur. Tetapi ia melihat istrinya yang sedang berdiri mondar mandir dengan raut muka penuh kegelisahan.
"Bunda" YongYong menghampiri istrinya."Bunda, kenapa belum tidur?" Tanya YongYong.
"LingLing belum pulang Yah, bunda takut terjadi apa-apa sama dia.." suara Nia yang menahan bendungan genangan air mata, yang kapanpun akan luruh.
YongYong melirik jam dinding yang sudah lewat tengah malam. "Memangnya LingLing pergi kemana?" Tanya YongYong ikut cemas. "Tadi siang, LingLing bilangnya mau beli buku ke toko buku, tapi sampai sekarang dia belum pulang juga. Yah perasaan bunda jadi ga enak Yah.. "
"Coba telepon dia" tutur YongYong menyuruh istrinya menghubungi anaknya. "Udah, dari tadi bunda telepon tapi handpone nya susah dihubungi Yah" Balas Nia terduduk lemas di sofa.
YongYong menepuk pundak istrinya menenangkannya yang sudah menangis.
"Udah bun, jangan nangis"
YongYong pergi ke kamar untuk mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Suara sambungan menunggu jawabannya disebrang. YongYong menunggu balasan sambungan telepon tersebut.
"Halo, ada apa Yong?" suara dari sebrang.
"Fraz ini aku.."
"Iya ada apa?"
"Fraz.. Anakku hilang! " Kata YongYong to the point.
"Apa!!!" Pekik dari arah teleponnya disebrang.
Nia merebut telepon suaminya dan mengambil alih. "Mas Fraz, cepet panggil Rozer. Kasih tau dia, LingLing hilang." Ucap Nia dengan wajah sudah mengeluarkan air mata.
"Oke. Oke, kalian tenang aja.. Aku dan Rozer akan mencari LingLing" kilas Fraz langsung mematikan sambungan.
😴😴😴
Rozer sedang terlarut dalam mimpi dibangunkan dengan suara gedoran pintu kamarnya dari arah luar. Rozer terasa terganggu mendengar suara itu semakin keras digendang telinganya.
Rozer terbangun dengan terpaksa, ia menyibakkan selimut tebal yang membaluti tubuh besarnya. Rozer bangkit dan langsung berjalan menuju membuka pintu yang digedor-gedor dengan keras oleh seseorang. Entah siapa pelakunya.
"Ayah" suara khasnya keluar, setelah membuka pintu kamar. Mendapati ayahnya yang sudah mengganggu tidurnya, sedang berdiri didepan pintu dengan raut muka gusar.
"Rozer, ayo cepat kita pergi!" ajak Fraz, menyadarkan anaknya yang masih kantuk.
"Memangnya kita mau kemana?" Tanya Rozer malas masih terpejam mata.
"LingLing hilang!!" Tegas Fraz dengan suara besarnya.
Rozer membuka matanya terbelak tidak percaya demgan yang ia barusan dengar.
"LingLing anak temen ayah itu, gadis manja" Rozer mengulang kata-kata ayahnya dia menambahi kata dengan gadis maja.
"Jaga ucapan kamu, dia itu calon istri kamu! " Sentak Fraz, memarahi Rozer yang suka mengganti nama calon istrinya.
"Yah, gadis maja itu bagus dong hilang. Karena aku muak dengannya!" Ucap Rozer menekankan kata-katanya.
"Rozer!!! " Teriak Fraz murka. "Ayah tidak mau debat denganmu, tidak ada waktu lagi cepat ikut!!" kali ini Fraz sangat tegas keras pada anaknya yang sudah membuatnya marah.
Rozer berganti bajunya memakai jaket kulit hitam dan celana jeans panjang hitam. Dia membawa kunci mobilnya dan menuruti perintah ayahnya. Rozer bersama Fraz sudah berada dimobil mewahnya. Rozer menyalakan mobil mewahnya dan meluncur pergi mencari LingLing yang hilang tanpa sebab. Rozer menjalan kan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Rozer memicingkan matanya dengan jeli bersamaan dengan Fraz. Semoga dia bisa menemukan gadis manja itu, ucap dalam hatinya.
Rozer mencari disekeliling jalan. Berharap dia menemukan orang yang tengah dicarinya ada. Nihi, dia tidak menemukan wanita gadis maja itu. Rozer dan Fraz sudah mencari LingLing disepanjang jalan masih tidak bisa menemukan nya.
***
"Halo sayang. Jangan menangis. Cup cup" ujar dari seorang wanita yang memakai sepatu tinggi merah. LingLing menangis dengan ketakutan, apalagi dua lelaki yang bertopeng serba hitam itu sedang mendekapnya dengan mengarahkan alat peluru yang berada ditangannya.
"Siapa kamu. Kamu mau ngapain. Aku salah apa?" Tanya LingLing dengan suara isakan yang mulai melemah. "Tentu saja. Kamu salah besar karena menyukai kekasihku?" Balasnya dengan suara lantang. LingLing bingung dengan ucapan wanita itu barusan.
"Huh?"
"Baiklah, sepertinya kamu kurang paham ya.. ku perjelas ya!!" ucapnya lagi, sembari mendekati wajah LingLing. LingLing bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas.
Steffany mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang. Telepon sudah tersambung menunggu jawabannya disebrang.
"Halo. Ini siapa?" jawab disebrang.
"Halo sayang ini aku Steffany mu"
"_"
"Kau tau dari mana nomor kontak ku?"
"Jangan tanya itu sayang. Sekarang dengar ya.. Aku mau kasih kejutan buat kamu" wanita yang bernama Steffany itu mendekatkan ponselnya ke depan wajah LingLing, lalu Melodspaeker kan telpon tersebut.
Steffany mengkode pada anak buahnya memerintah untuk menembak LingLing. Dan salah satu anak buahnya pun langsung menarik pelatuknya. Dan langsung saja peluru itu mengenai rambut samping LingLing. LingLing menjerit ketakutan.
"Aaaaaaa ..".
"Sayang apa kamu dengar suara itu?"
Steffany terkekeh seringai dengan wajah evilnya. Kemudian mencekram dagu LingLing dengan kuat-kuat membuat LingLing meringis kesakitan karena jari kuku Steffany mengenai kulit pipinya. LingLing hanya bisa menggis berdoa semoga ada yang menolongnya.
"Tolong!!! Aku mohon tolong aku" LingLing menjerit meminta tolong pada dalam telepon yang tengah tersambung. "Siapa kamu, aku mohon tolong aku!! " Pekiknya yang menahan sakit pipinya sudah tergores oleh kuku panjang Steffany.
"Siapa kamu, kenapa menjerit seperti itu"
Tak menunggu lama LingLing langsung menjerit mengatakan namanya.
"Aku LingLing. Tolong siapa saja yang kenal aku. Aku mohon tolong aku. Aku mau pulang" lirihnya yang nelangsa.
"LingLing.. Kamu diman--" telepon terputus sepihak oleh Steffany.
🚘🚘🚘
Rozer dan Ayah nya masih diperjalanan mencari LingLing berada. Tiba-tiba dia dikejutkan dengan nomor asing diteleponnya. Rozer menggeser ke arah hijau tanda mengangkat telepon tersebut. Lalu ia memasangkan earphonenya yang bertengger ditelinganya.
Rozer mendengar percakapan dalam teleponnya. Sampai, ia mendengar suara teriakan seorang wanita yang meminta tolong dan mengatakan nama asli. Rozer terkejut saat wanita yang meminta tolong mengatakan nama LingLing. Rozer mengenali dengan nama itu. Ya, nama otu adalah nama calon istrinya.
Rozer segera menelpon Bodyguard nya yang khusus bagian Cybercrime.
"Cepat lacak keberadaan wanita yang bernama Steffany. Aku sudah memberikan fotonya barusan" Rozer merintah Dion Bodyguardnya yang ahli komputer. "Baik Pak" Jawab Dion melaksanakan tugasnya.
"Siapa yang menelponmu barusan?" Tanya Fraz disela keheningan. "Bukan siapa-siapa, hanya bisnis kantor" jawab Rozer singkat.
Rozer menunggu jawaban dari Bodyguardnya sembari fokus menyetir. Tiba-tiba teleponnya berbunyi kembali
"Pak saya sudah menemukan tempatnya di gudang yang sudah tak terpakai Jln.---" Dion sudah menjelaskan panjang lebar dan Rozer segera mematikan sambungan telpon tersebut.
Rozer meng-gas mobilnya dan melesat menuju alamat yang disampaikan oleh Dion bodyguardnya yang bagian Cybercrime.
"Ayah sebaiknya telpon polisis sekarang" perintah Rozer lada ayahnya. Fraz tak menunggu lama langsung menuruti perintah anaknya itu, ia menelpon polisi.
🏡🏡🏡
Selang beberapa waktu, Rozer dan Fraz sampai dialamat yang Rozer tuju. Rozer berhenti dirumah yang kumuh sudah tak terpakai. Saat akan keluar, Fraz mencegat Rozer.
"Kenapa kita kesini? Apa kamu sudah tau dimana calon istrimu" terang Fraz berbinar. "Ayah didalam saja, awasi sekitar jika aku belum keluar dari tempat itu. Ayah masuk bersama polisi" jelas Rozer membuka pintu mobil keluar.
Rozer memasuki koridor koridor gudang tua itu. Dia mencari LingLing di mana-mana. Rozer melihat disana ada sebuah pintu yang belum ia buka. Rozer berfikir, mungkin didalam sana ada keberadaan gadis majanya.
"Aaaaaa.."
Rozer mendengar suara jeritan seseorang dan dia bergegas langsung mengikuti arah suara teriakan itu.
Rozer menemukan ada pintu lagi dia membukanya namun pintu tersebut dikunci. Dia mendobrak pintu itu sampai engselnya rusak. Pintu terbuka secara paksa karena ulah Rozer. Rozer dapat melihat tiga orang yang berbeda kelamin sedang menyekap seorang gadis yang sedang menangis ketakutan.
'LingLing' Rozer mengenali gadis yang disekap oleh tiga orang.
"Akhirnya kamu datang juga sayang". Rozer mendengar Steffany berkata sayang, merasa jijik.
"Steffany apa yang kau lakukan kenapa kau menculiknya, dia tidak bersalah" ucap Rozer lantang menggema ruangan.
"Sayang kemarilah. Aku ingin memlukmu" ucap Steffany dengan suara seksinya.
Rozer tidak menggubris omongan wanita itu, ia langsung menerjang dua lelaki bertopeng serba hitam yang menghalangi jalannya.
Rozer bertarung dengan dua lelaki bertopeng serba hitam sampai tumbal. Kedua lelaki bertopeng serba hitam itu mengaduh karena brutal lawanan yang diberikan oleh Rozer.
"Rozer" lirih Steffany memeluk lengan Rozer dengan manja.
"Minggir!!" sentak Rozer mendorong Steffany sampai terjatuh ke bawah menyapu lantai. Rozer menghampiri LingLing dan membuka tali yang mengikat kuat ditangan gadis itu.
Saat LingLing dan Rozer lolos akan pergi tiba-tiba Steffany mengarahkan pistol peluru ke arah mereka berdua.
"Diam. Jika kalian melangkah, aku akan tembak kalian" Ancam Steffany mengarah pistol peluru pada mereka berdua. Rozer pun melindungi LingLing kebelakang menjadi benteng.
LingLing ketakutan dibelakang tubuh lelaki tinggi dan besar. Rozer sedang mengawasi Steffany, ingin merebut peluru yang ditnagan Steffany. Steffany semakin geram melihat Rozer melindungi gadis itu, LingLing dia pun berniat akan menembak dengan jarinya yang sudah siap latukan.
DORRR!!
"Angkat tangan!" Polisi sudah datang dengan membawa pistol yang telah mengenai kaki Steffany. Steffany tertembak dan dia meringis kesakitan karena tombak peluru yang menajap didalam daging. Langsung pistol yang ia pegang terjatuh ke lantai. Polisi menahan kedua tangan Steffany ke belakang dan memborgolnya. Bersama anak buahnya ikut ditahan dibawa ke Polsek.
LingLing menangis histeris dipelukan Rozer, karena kaget saat mendengar polisi menembak kaki Steffany. Akhirnya Rozer tidak dingin, seperti waktu ia saat pertama kali bertemu. Malah lelaki itu membalas memeluknya seraya menenangkan dirinya yang tengah ketakutan.
Jangan lupa BatuKuasa dan komentar😍