webnovel

Taste And Scent

One Night Stand Love Story

.

.

.

Baekhee sendiri tidak tahu, sejak kapan dia mempunyai kebiasaan yang menurut orang lain itu aneh dan cenderung tidak sopan.

Gadis itu selalu menyukai saat dirinya menghirup aroma makanan yang akan dia makan.

Teman-teman nya mengatakan, jika itu kebiasaan yang kurang sopan, entahlah...tapi gadis itu sangat menyukainya, menurut Baekhee, sesuatu hal hanya bisa dinikmati jika aromanya baik.

"Ada yang bisa saya bantu lagi Nona?" Seorang pramusaji mengantarkan pesanan Baekhee. Satu cup Caramel macchiato, dan sepotong Black forest.

Aroma keduanya sangat khas, Caramel macchiato beraroma manis caramel yang lembut dan Black forest dengan aroma khas cokelat yang pekat, ini terasa menenangkan saat menghirup aroma keduanya.

"Hmm..." Baekhee seraya berfikir

"...aku rasa ini cukup" Baekhee tersenyum lembut pada pramusaji yang ternyata seorang laki-laki muda.

"Baik, saya permisi" laki-laki itu undur diri dari hadapan Baekhee.

"Tunggu!" Baekhee memanggilnya kembali, membuat laki-laki itu berbalik menghadap gadis cantik itu.

Sejenak laki-laki itu terpana melihat kecantikan gadis yang baru saja dia tinggalkan. Suaranya lembut, rambutnya tergerai indah, dan bibir tipisnya tengah menyunggingkan senyum padanya, ya...dia yakin jika senyum manis itu di tujukan padanya.

"Ya Nona, ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Siapa namamu?" Pertanyaan tidak terduga terlontar begitu saja dari bibir gadis itu.

"Ye?" laki-laki itu tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

'Untuk apa dia menanyakan namaku?'

"Aku menanyakan namamu" ulang gadis itu.

"Ah, namaku Park Chanyeol" pramusaji laki-laki itu menyebutkan namanya dan berusaha menyunggingkan senyuman terbaiknya, hingga tercetak sebuah lubang di pipi kirinya.

"Park Chanyeol-ssi, aku suka aromamu"

"Ye?" lagi-lagi, laki-laki itu tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

'Aromaku?, memangnya ada apa dengan aromaku?, manis?, segar, atau...'

"Lupakan saja, terimakasih, kau bisa bekerja kembali" gadis itu tidak mau menahan laki-laki bernama Park Chanyeol itu lama-lama, gadis itu tidak mau mengganggu pekerjaanya.

Baekhee terus saja melihat Chanyeol sampai laki-laki itu menghilang di balik pintu pantry.

"Aah...apa sebaiknya aku pulang saja?" Baekhee melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

.

.

.

.

.

Chanyeol hanya melihat Baekhee dari kejauhan, gadis itu tampak membereskan barang-barangnya dan bersiap meninggalkan tempat duduknya di caffe itu.

"Gadis itu, sepertinya aku pernah melihatnya selain di caffe" Chanyeol melihatnya sekali lagi, tapi laki-laki itu tidak bisa mengingatnya dengan baik.

Tiba-tiba Chanyeol menepuk dahinya saat mengingat sesuatu yang dia tinggalkan di apartmentnya.

"Tck, aku harus memberi makan Toben, aku meninggalkanya seharian" Chanyeol berkacak pinggang, dan satu tanganya memijat pangkal hidungnya.

Chanyeol melepaskan apron yang dia ikatkan ke pinggangnya dan menyimpanya di lemari miliknya.

"Sehun-ah, aku harus pulang sekarang, maafkan aku tidak bisa membantumu lama, jika kau lelah sebaiknya kau menutup caffe" Chanyeol mendekati Sehun yang sedang berdiri di belakang mesin hitung.

Sehun adalah sepupu Chanyeol yang mengelola sebuah Caffe milik Chanyeol. Chanyeol mendirikan caffe yang dia beri nama 'Taste and Scent', nama yang tidak umum untuk sebuah caffe, tentunya laki-laki itu mempunyai alasan sendiri menamainya seperti itu.

"Ne hyung, bukankah aku sudah mengatakan kau tidak usah membantuku, mianhae kau sudah menggantikanku mengantarkan makanan pada pelanggan" Sehun merasa tidak enak pada Chanyeol.

"Gwenchana Sehun-ah, bukankah caffe ini milikku?, aku sudah biasa melakukanya" Chanyeol menepuk pundak lebar Sehun.

"Pulanglah, jika tidak, Toben akan menghabiskan separuh sofa milik mu" Sehun tahu kebiasaan anjing kecil kesayangan Chanyeol yang terkadang suka menggigit benda sekitarnya jika terlambat diberi makan.

"Baiklah, aku pergi Hun-ah" Chanyeol meninggalkan Sehun dan keluar dari caffe miliknya.

"Ne Hyung, jangan ngebut" Sehun melambaikan tanganya pada kakak sepupunya itu.

"Aigo, cepatlah menikah hyung, aku bosan melihatmu hanya membelai bulu Toben, belailah rambut seorang gadis, bukan Toben" Sehun hanya menggeleng saat Chanyeol sudah menghilang di balik pintu.

"...sampai kapan kau akan menunggunya?, bahkan gadis itu terlalu mustahil untuk dijangkau"

.

.

.

Satu minggu setelah pertemuanya dengan seorang pramusaji laki-laki bernama Park Chanyeol, Baekhee menjadi sering berkunjung ke caffe itu. Tapi keberuntungan belum berpihak pada Baekhee. Selama satu minggu itu, Baekhee tidak sekalipun bertemu dengan laki-laki itu.

Entahlah, gadis itu hanya berfikir jika dirinya kurang beruntung saja, mungkin esok hari bisa bertemu. Tapi sampai dengan hari ke 10, laki-laki itu tidak juga datang ke caffe itu.

Sehun selalu memperhatikan Baekhee setiap kali gadis itu masuk ke dalam caffe, gadis itu selalu duduk di tempat yang sama.

"Apa Park Chanyeol sudah berhenti bekerja di caffe ini?" Baekhee menanyakan keberadaan Chanyeol saat hendak memesan sesuatu pada Sehun yang menjaga mesin hitung.

"Park Chanyeol?, apa kau mengenalnya nona?" Sehun mengerutkan keningnya.

"Ani, aku hanya menanyakanya saja" Baekhee salah tingkah saat Sehun membalikan pertanyaan "...aku pesan--"

"Carramel Macchiato, dan Black forest" Sehun hapal betul dengan apa yang selalu gadis itu pesan saat datang ke caffe.

"Eoh, bagaimana kau tahu?" Baekhee terheran-heran dan mengundang tawa dari Sehun.

"Apa kau tidak sadar nona, kau sudah berkunjung setiap hari selama 10 hari dan memesan menu yang sama" Sehun mengingatkan kebiasaan Baekhee.

"Benarkah?, kau masih mengingatnya?" Baekhee hampir tidak percaya.

"Aku masih mengingatnya dengan baik, karena tidak ada yang berubah, selalu sama setiap harinya" Sehun segera mencatat pesanan Baekhee.

"Ah, ya" Baekhee mengusap tengkuknya, dan membayar pesananya, Sehun masih tersenyum melihat wajah gadis itu.

Sehun menyiapkan pesanan Baekhee dan menatanya di sebuah baki berukuran sedang.

"Kalau aku boleh tahu, kenapa kau mencari Park Chanyeol nona?"

"Dia mengingatkanku pada seseorang, tapi aku tidak tahu siapa dia"

Mendengar penjelasan Baekhee, Sehun hanya menautkan kedua alisnya, dia merasa aneh, tapi dia segera menepis pikiran anehnya, untuk apa dia memikirkanya.

"Pesananmu nona" Sehun menyerahkan baki itu pada Baekhee.

"Terimakasih" Baekhee sambil mengangkat baki yang berisi pesananya dan berjalan meninggalkan order point.

"Nona!!, jika itu penting, kau bisa menitipkan pesan padaku" Sehun sedikit berteriak, membuat gadis itu menoleh dan meihat ke arahnya.

"Ye?"

"Silahkan" Baekhee tidak sempat bertanya lebih, karena Sehun sudah mempersilahkan pelanggan berikutnya untuk memesan.

Baekhee hanya diam di tempatnya, dia masih memikirkan perkataan Sehun beberapa saat lalu.

.

.

.

.

.

Setelah 2 minggu tidak datang ke caffe miliknya, Chanyeol akhirnya datang untuk melihat suasana yang dia rindukan, aroma kopi dan kue-kue yang ada di sana.

"Hyung, kau datang?, kau baik-baik saja?" Sehun yang sedang menurunkan kursi-kursi dari atas meja menghentikan kegiatanya dan mendekati Chanyeol saat melihat laki-laki itu masuk melalui pintu depan.

Chanyeol datang saat caffe akan dibuka. Sehun selalu datang awal setiap harinya dan membuka caffe tepat pukul delapan, setengah jam sebelum jadwal buka caffe.

"Aigo, memangnya ada apa denganku?" Chanyeol mendorong Sehun saat laki-laki itu hendak memeluknya.

"Kau tidak datang selama 2 minggu, apa ada hal serius?" Sehun melanjutkan kembali kegiatanya.

"Tidak, hanya saja Toben sakit, telinganya terluka karena anjing liar menggigitnya, dia mendapatkan beberapa jahitan di sekitar telinganya" Chanyeol membantu Sehun menurunkan kursi-kursi itu.

"Aku kira terjadi sesuatu padamu" keduanya masih terlibat obrolan ringan antar saudara.

"Aku baik-baik saja, 2 minggu ini aku menginap di rumah keluargaku"

"Kau akan menikah?" Sehun spontan bertanya.

"Menikah?" Chanyeol tidak mengerti dengan perkataan Sehun, menikah?, bahkan kekasih saja dia tidak memilikinya.

"Biasanya anak laki-laki akan pulang menjelang pernikahan nya, haha!!" Sehun tertawa dan berlari ke ruang penyimpanan loker yang terletak di sebelah pantry.

"Sialan kau Oh Sehun!" Chanyeol kesal, tapi laki-laki itu jutstru tertawa.

"Hyung" Sehun keluar dan memberikan sebuah amplop kecil "...bacalah, dia menitipkan ini untukmu"

"Dia?, siapa?" Chanyeol menarik satu kursi dan mendudukinya, sementara Sehun bersiap membuka caffe yang sudah terlihat rapih, dan membalik tanda 'closed' menjadi 'open'.

"Seorang gadis cantik menunggumu selama 11 hari, tapi 2 hari ini dia tidak datang" Sehun mengatakanya sambil berjalan menuju meja dengan mesin hitung di atasnya.

"Gomawo" Chanyeol menyilangkan kakinya dan mulai membuka sebuah amplop berisi secarik kertas dan mulai membacanya perlahan.

'Mungkin ini terdengar gila, aku begitu menyukai aroma-aroma menyenangkan, karena itu akan membuatku tenang dan bersemangat.

Seperti aroma kopi yang selalu aku minum, mereka bisa menenangkan ku, begitupun aroma cokelat yang pekat yang bisa membuatku tersenyum sepanjang hari.

Hari itu aku bertemu denganmu, dan aku mengatakan jika aku menyukai aromamu, aku mengatakanya begitu saja pada laki-laki asing yang baru aku temui karena aku begitu menyukainya, aromamu menenangkan dan membuatku begairah.

Aku hampir putus asa saat tidak lagi mendapatimu di tempat ini, tapi percayalah aku tidak bermaksud apa-apa, aku hanya ingin menyampaikan kekagumanku padamu'

-B-

"B?" Chanyeol tiba-tiba bangkit dari duduknya dan menghampiri Sehun. 

"Sehun-ah, apa kau tahu siapa gadis itu?" Chanyeol terdengar serius.

"Wae Hyung?" Sehun menjawabnya santai sambil memanggang biji kopi.

"Katakan padaku, siapa dia?" Chanyeol mendesak Sehun.

"Aku tidak mengenalnya, dia hanya pelanggan dan kau pernah mengantarkan pesananya" 

"Aku tahu, maksudku namanya atau dimana tempat dia bekerja" Sehun benar-benar tidak tahu, dia memang pernah terlibat obrolan dengan gadis itu, tapi Sehun tidak menanyakan nama ataupun tempat kerja gadis itu.

"Mana aku tahu Hyung, dia hanya menitipkan itu dua hari lalu"

"Aish!!" Chanyeol meremas rambutnya.

"Ada apa Hyung?, katakan padaku" Sehun penasaran dengan perubahan sikap Chanyeol setelah membaca surat yang dia berikan.

Chanyeol memberikan surat yang dia pegang agar Sehun membacanya, setelah selesai, Chanyeol memberikan kertas lain pada Sehun membuat laki-laki berkulit pucat itu mengerutkan dahinya saat membaca kertas kedua.

"Mwo?!!" Sehun tidak percaya dengan apa yang dia lihat "...B?, dia gadis itu?"

Kertas kedua yang diberikan Chanyeol adalah surat yang dia dapatkan setahun lalu, dia tidak tahu siapa penulisnya, hanya saja tulisan itu membuat Chanyeol hampir frustasi selama setahun ini.

"Ya, aku terus saja memikirkan gadis itu, pantas saja wajahnya seperti tidak asing" Chanyeol seraya mengingat wajah gadis itu "...Sehun-ah, apa yang harus aku lakukan?, setahun ini aku tidak bisa berpaling darinya, seorang gadis yang bahkan wajahnya tidak pernah aku ingat"

.

.

.

.

.

That Night, One Year Ago

Chanyeol merasakan seseorang terus saja merangsak ke dadanya, kepalanya masih pusing akibat alkohol yang dia minum beberapa jam lalu.

Chanyeol membuka matanya perlahan, dia merasakan gesekan antar kulit dengan seseorang yang merangsak di dadanya itu, Chanyeol  juga merasakan jika tubuhnya tidak lagi mengenakan pakaian, laki-laki itu pun melihat ke dalam selimut yang menutupi tubuhnya sebatas dada.

Betapa terkejutnya dia, saat seorang gadis terus saja merangsak mencari kehangatan di tubuhnya dan tidak jauh berbeda dengan dirinya, gadis itu pun tidak mengenakan pakaian, keduanya dalam keadaan telanjang.

Chanyeol menjauhkan tubuh gadis itu dengan perlahan agar tidak mengganggu tidurnya, laki-laki itu turun dari tempat tidur dan mengenakan kembali pakaianya yang tercecer satu persatu di lantai kamar.

"Apa yang aku lakukan?" Chanyeol sambil mengancingkan kemejanya "...aku tidak percaya, bisa-bisanya aku tidur dengan seorang gadis"

Ini bahkan masih dini hari, Chanyeol melesatkan mobilnya di gelapnya malam. Sepanjang perjalanan, dia masih saja memikirkan gadis yang dia tinggalkan di kamar hotel itu.

Laki-laki itu pergi begitu saja, tanpa melihat wajahnya sama sekali.

"Haah, aku tidak bisa mengingatnya sama sekali, aku harus berhenti minum mulai hari ini"

Chanyeol menghentikan mobilnya, kepalanya dia sandarkan pada sandaran, seraya mengingat kembali kejadian sebelum dirinya terbangun di kamar hotel bersama seorang gadis, tapi itu sia-sia saja, Chanyeol tidak bisa mengingatnya, selain pesta ulang tahun temanya dan Wine yang dia minum.

Tiba-tiba Chanyeol memutar balik mobil yang dia kendarai dan melajukanya kembali menuju hotel.

Chanyeol meminta kunci kamar tempat dia tidur beberapa saat lalu, dengan alasan ada sesuatu yang tertinggal disana, Receptionist mempercayainya begitu saja dan memberikan kunci akses kamar itu pada Chanyeol.

Chanyeol memasuki kamar itu, tapi dia tidak menemukan siapa-siapa di sana, gadis itu sudah pergi.

Chanyeol kembali mengembalikan kunci akses pada Resepsionist dan pergi begitu saja.

"Tunggu Tuan!!" panggil resepsionist itu "...seorang gadis menitipkan ini untukmu"  Resepsionist itu memberikan secarik kertas pada Chanyeol.

"Untukku?" Chanyeol menerima secarik kertas itu

"Ya, dia mengatakan jika ada seseorang yang mencarinya di kamar 004, aku harus memberikanya"

"Ah, terimakasih" Chanyeol pergi setelah mengucapkan terimakasih.

laki-laki itu kembali kedalam mobilnya, dia menarik nafas sejenak dia tidak habis pikir, kenapa bisa dia meniduri seseorang yang bahkan wajahnya pun tidak dia ingat. 

Chanyeol membuka carik kertas itu dan mulai membaca isi memo yang gadis itu tuliskan untuknya.

'Aku harap kau melupakan apa yang terjadi malam ini. Ini hanya sebuah kesalahan, anggap saja yang terjadi diantara kita hanya one night stand, aku tidak bisa melihat wajahmu mungkin kau pun demikian, aku hanya mengingat aroma tubuhmu yang membuatku mabuk dengan sentuhanmu. Terimakasih untuk pengalaman pertama yang memabukkan'

-B-

.

.

.

.

.

Setelah menerima surat dari gadis berinisial B itu, Chanyeol tidak pernah absen datang ke caffe, bahkan dia datang lebih pagi dari Sehun, dan akan pulang setelah mereka menutup caffe, bahkan dia tidak juga menjemput Toben yang dia titipkan di rumah Eomma nya sejak sebulan lalu.

Satu bulan berlalu, gadis yang dia tunggu tidak juga datang kembali ke caffenya, Chanyeol menyesal tidak mengenali gadis itu sejak awal.

"Hyung, sudahlah" Sehun menepuk pundak Chanyeol yang sedang mematikan mesin-mesin yang ada di caffe nya.

"Tidak semudah itu Sehun-ah" Chanyeol tanpa menoleh pada Sehun yang sudah rapih dengan pakaian dan coat nya.

"Ya, aku mengerti" Chanyeol masih membelakangi Sehun "...Hyung, apa kau tidak keberatan harus menutup caffe sendiri?"

"Waeyo?" Chanyeol menoleh pada Sehun yang bersandar pada meja.

"Ini setengah jam lagi, Mereka sudah membereskanya, dan kursi-kursi itu tinggal separuh yang harus kau bereskan, aku harus menjemput Irene Noona" Sehun berjalan menuju pintu keluar.

"Apa Junmyeon Hyung tidak menjemputnya?" Chanyeol berjalan mengikuti Sehun.

"Ah, laki-laki itu malah demam dan memintaku menjemput Istrinya" Sehun menjelaskan keadaanya.

"Pergilah, jika tidak kau tidak akan di perbolehkan pulang" Chanyeol tertawa jika mengingat Junmyeon yang memarahi Sehun jika laki-laki itu tidak menurut.

Irene adalah sepupu Sehun dari pihak ibunya.

"Aeh, baiklah, aku pergi dulu Hyung" Sehun menepuk lengan Chanyeol dan keluar dari caffe, tanpa mereka sadari jika tanda 'closed' berubah menjadi 'open' karena tersangkut coat yang sehun kenakan.

"Berhati-hatilah, diluar sedang hujan"

"Ne Hyung"

Keduanya sedikit berteriak karena jarak mereka yang agak jauh.

Chanyeol menaikan kursi-kursi yang masih tersisa yang belum di rapihkan.

"Apa caffe ini masih buka?"

Seseorang masuk begitu saja ke dalam caffe.

"Maaf kami sudah tu--"

Chanyeol menggantung kalimatnya saat melihat siapa yang berdiri di dekat pintu masuk. Chanyeol hanya tertegun melihatnya dan hanya berdiri di tempatnya, matanya hampir tidak berkedip melihat gadis yang dia tunggu selama ini berdiri di hadapanya.

"Ah, maaf tapi tanda di pintu masih buka"

Gadis itu merasakan jantungnya berdetak kencang, dia terlalu senang saat melihat sosok Chanyeol berada di dalam caffe.

"Duduklah, tapi aku hanya akan membuatkan sesuatu dengan bahan yang masih bisa aku gunakan"

Chanyeol terlalu bingung dengan apa yang ingin dia katakan.

"Apa benar-benar sudah tutup?"

Keduanya masih berdiri dengan jarak.

"15 menit lagi" Chanyeol melirik jam yang tergantung di dinding caffe.

Chanyeol berjalan menuju pantry untuk menyiapkan sesuatu untuk gadis itu, dia tidak tahu apa yang akan dia katakan setelah ini.

Sepanjang tahun dia merindukan gadis itu, walaupun demikian laki-laki itu tidak tahu wajah dan namanya.

Tak lama Chanyeol keluar dengan membawa dua cup berisi cokelat hangat dan meletakanya di atas meja di hadapan gadis itu.

Gadis itu duduk di sudut ruangan yang merupakan tempat privat, Gadis itu memilihnya karena hanya tempat itulah yang terdapat sofa yang nyaman.

"Apakah aku pelanggan terakhirmu hari ini?, aku akan membantumu menutupnya"

Chanyeol duduk di depan gadis itu.

"Minumlah, di luar hujan, dan pakaianmu basah"

"Terimakasih"

Gadis itu menghirup aroma cokelat, matanya terpejam, gadis itu menyukai wanginya, wangi keduanya, Cokelat dan laki-laki itu.

"Apa kau benar-benar bisa melupakan kejadian malam itu? B" Chanyeol tiba-tiba

"Kau-" gadis itu terbelalak, dia terkejut mendengarnya.

Chanyeol memberikan 2 lembar kertas dan meletakanya di atas meja.

"Aku baru mengetahuinya sebulan lalu"

"..."

Gadis itu hanya tertegun saat membaca kembali tulisan di kedua kertas itu.

Takdir macam apa ini?, One night stand yang dia tuliskan tempo hari hanyalah satu bentuk kekecewaan gadis itu pada laki-laki asing yang menidurinya dan meninggalkanya begitu saja di kamar hotel malam itu.

Gadis itu tidak sedetikpun melupakanya, itu adalah kali pertama dia melakukanya, melakukan hubungan se intim itu dengan laki-laki asing yang masuk kedalam kamar yang dia sewa begitu saja dan mencumbunya, dia menolak, tapi apa daya diapun terbuai dan mabuk dengan setiap sentuhan yang laki-laki itu berikan.

"Kau tahu?, aku--"

chuu~

Chanyeol terkejut saat gadis itu tiba-tiba mengecup bibirnya dan duduk di pangkuanya.

"Aku merindukan sentuhanmu"

.

.

.

.

.

Chanyeol membuka matanya perlahan, dan dia melihat tirai tipis berwarna putih melambai di terpa angin pagi, dia melihat suasana sekitar yang di dominasi dengan warna abu-abu

"Ah, ini kamarku" Chanyeol merasakan tubuhnya masih telanjang, dia masih mengingat dengan jelas bagaimana gadis itu mendesah dan meliukan tubuh mungilnya setiap kali Chanyeol menyentuhnya.

"Aku merindukan sentuhanmu" Baekhee duduk di atas pangkuan Chanyeol dan mulai menciumi leher jenjang laki-laki itu, gadis itu menghirup dalam-dalam aroma khas laki-laki yang dia rindukan entah atas dasar apa.

"Aku pun merindukan rasamu" kata-kata Chanyeol sontak membuat gadis itu menjauhkan wajahnya dari leher jenjangnya.

"Rasaku?" gadis itu menatap Chanyeol dengan tatapan bertanya.

"Aku merindukan tubuhmu" Chanyeol memeluk gadis itu dan menciumi leher gadis itu.

"Lalu, kenapa kau pergi begitu saja?" gadis itu terpejam menikmati sentuhan Chanyeol, tangan laki-laki itu mulai manyusup kedalam blouse yang dia kenakan.

"Aku kembali, tapi kau sudah pergi" Chanyeol mengecup leher gadis itu berkali-kali tanpa meninggalkan tanda.

"Aku, tahu"  Baekhee menangkup kedua pipi Chanyeol dan mengecup singkat bibir laki-laki itu "...karena kau memiliki memo yang aku titipkan"

"Baek" Chanyeol mengenakan paiakanya dan mencari keberadaan gadis yang membuatnya mabuk semalam.

"Apa sekarang dia yang meninggalkanku?

"Apa yang kau lakukan?, biarkan seperti ini, kumohon" Baekhee saat merasakan Chanyeol menurunkanya dan pergi begitu saja.

Tak lama laki-laki itu kembali dan menarik tanganya.

Chanyeol membawa gadis itu keluar dari caffe menuju mobilnya yang dia parkirkan tak jauh dari pintu masuk.

"Baek" Chanyeol membuka pintu kamar mandi di kamarnya, tapi dia juga tidak menemukan siapa-siapa

Dia keluar dari kamarnya dan mencari keberadaan gadis itu ke setiap sudut apartementnya.

"Dia benar-benar pergi"

"Eunghh~" gadis itu melenguh saat Chanyeol mulai mencumbunya.

"Aku tidak akan melepaskanmu lagi" Chanyeol meloloskan pakian Baekhee satu-persatu.

"Mmhh~aahh~" Baekhee mendesah saat jari-jari besar Chanyeol memainkan kemaluanya yang masih tertutup panty yang dia kenakan.

"Aku akan membuatmu tetap tinggal" Chanyeol membuka bra berwarna merah yang gadis itu kenakan.

"Ouhh Chanhh~" Baekhee terus saja mendesah, saat Chanyeol mulai menghisap dan memainkan puting payudaranya, jari laki-laki itu pun sudah menyusup kedalam panty yang juga berwarna merah.

Gadis itu kembali mabuk dengan sentuhan Chanyeol.

"Ya Sayang~"

Chanyeol duduk di sofa ruang tengah, matanya terpejam dengan kepala yang dia sandarkan.

"Itu terlalu nyata jika di sebut mimpi, gadis itu...haah"

Chanyeol bangkit dan kembali ke kamarnya.

"Sebaiknya aku membuka caffe sebelum Sehun datang"

Chanyeol kembali menanggalkan pakaian untuk membersihkan diri.

"Namaku Baekhee, Byun Baekhee aahhh~" gadis itu berbisik di telinga Chanyeol.

"Aku terlalu tergesa sampai aku lupa menanyakan namamu" Chanyeol sambil melesakan kejantananya kedalam gadis itu.

"Mmhhh aahh~aahh~" Baekhee mendesah saat Chanyeol mulai menggerakan pinggulnya

"Ya, seperti aahh~itu, mendesahlah nghhh~" Chanyeol melenguh saat merasakan nikmat yang menjalar keseluruh tubuhnya, ujung kejantananya terasa seperti di pijat saat permukaan kulit nya bergesekan dengan kelamin gadis itu.

"Ouhh~ahh~"  Baekhee terus saja mendesah dengan kerasnya.

"Aku merindukan ini semuahhh~" Chanyeol mengecupi wajah, leher dan kembali menghisap puting payudara Baekhee, membuat gadis itu menggelinjang.

Setelah rapih dengan pakaianya, Chanyeol membereskan tempat tidurnya, bahkan dia masih bisa mencium aroma manis gadis itu.

"Itu bukan mimpi, aku bercinta denganya semalam" Chanyeol terus saja bergumam sembari membereskan tempat tidurnya.

Setelah selesai, dia berjalan menuju lemari pakaianya untuk mencari coat yang akan dia kenakan hari ini.

"Apa dia membalasku?, bahkan dia tidak kembali seperti yang aku lakukan, tck"

Chanyeol mengambil coat berwarna coklat tua yang agak tebal dan memakainya, ini bulan November dan sudah memasuki musim dingin.

"Kumohon, lebih cephh--aahhh~" Baekhee saat merasakan orgasmenya mulai mendekat.

"As your wish babyhh~Arghh..." Chanyeol menggerakan pinggulnya dengan cepat, saat merasakan ujung kejantananya mulai berkedut.

"Mhh...aahh~ahh"

"Ahh~together baby" Chanyeol merasakan kejantananya seperti dipijat dan diperat

"Yashh i got it, ahh~aahh..."

"Call my name dear~" 

"Ouhh Chanhh~ahh..."

"Aakhh~aakhh..."

"Arghhh~Baekh..."

Keduanya menemui klimaksnya bersama. Kejadian malam itu terulang lagi, tapi kali ini mereka bisa melihat wajah satu sama lain dan saling memanggil nama di sela desahan dan lenguhan mereka.

Chanyeol mencari kunci mobil yang dia sendiri lupa menyimpanya di sebelah mana.

"Ah, kemana benda itu?"

Semalam laki-laki itu terlalu terburu-buru, hingga dia lupa meletakan benda itu dimana.

Chanyeol berjalan menuju dapur apartementnya, sepertinya laki-laki itu sudah mengingat jika dia melemparkan benda itu kearah sofa di dekat dapur.

"Di situ rupanya"

"Terimakasih Baek, terimakasih kau sudah kembali" Chanyeol merebahkan tubuhnya di samping Baekhee dan memeluk gadis itu.

"Terimakasih sudah menungguku" Baekhee mendusal di leher Chanyeol, gadis itu menyukainya, aroma laki-laki itu, aroma Park Chanyeol.

"Biarkan dia disana!!" Baekhee menahan saat Chanyeol hendak mencabut kejantananya yang masih terbenam di kemaluan gadis itu.

"Tapi jangan salahkan aku jika dia kembali mengoyak di bawah sana"

Baekhee tersipu dan memukul pelan dada Chanyeol, sedangkan laki-laki itu hanya tertawa jahil.

"Apakah ini juga terhitung One Night Stand??"

Chanyeol mengatakanya begitu saja.

"Aku harap tidak" Baekhee mulai memejamkan matanya.

"Akupun berharap demikian" Chanyeol mengecup kepala gadis itu.

Chanyeol memutar-mutar kunci mobilnya sambil berjalan ke arah pintu keluar, dia bertekad akan melupakan kejadian semalam.

Cklek...

Chanyeol terkejut saat melihat seseorang yang berdiri di depan pintu apartementnya dengan tubuh sedikit menggigil.

"Saengil chukkhae"  Baekhee memegang kotak berukuran sedang yang berisi black forest berukuran medium.

"Baek?" Chanyeol masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Kau berulang tahun hari ini, aku melihatnya di kalender mejamu, dan aku keluar untuk membelinya, tapi aku lupa jika aku tidak tahu password apartementmu" Chanyeol menghela nafas lega saat gadis itu tidak berniat meninggalkan nya sama sekali.

"Astaga" Chanyeol tersenyum bahagia "...kemarilah, kau kedinginan" Chanyeol menarik gadis itu kedalam pelukanya dan membawanya masuk.

"Nyaman nya" Baekhee memejamkan matanya, dia bisa merasakan kehangatan tubuh Chanyeol dan aroma maskulin dari tubuh laki-laki itu, yang menguar menusuk di indera penciumanya.

"Jangan pergi tanpa memberi tahuku"

"Tapi kau--"

"Aku tidak membutuhkan apapun, Kau saja sudah lebih dari cukup untuk hadiah ulang tahunku"

.

.

.

End.

-Lee soo yong-