Rafael dan Indah akhirnya sampai di depan sebuah pintu kamar yang sedikit terbuka.
Saat Rafael mendorong pintu itu terbuka lebih lebar, apa yang mereka lihat membuat mereka sedikit tertegun.
Peringatan dari Kakek Ardolph sebelumnya menjelaskan segalanya.
Ruangan itu tidak terlihat seperti kamar sama sekali, bahkan benar-benar terlihat seperti kandang babi. Terutama pria yang duduk di atas kasur, yang memakan sepotong paha ayam dari tangan kanannya, sementara tangan kirinya mencoba mengambil potongan ayam lainnya.
" Sungguh persis seperti babi. " ucap Indah lirih tanpa sadar.
Demian yang melihat kedatangan dua orang dari arah pintu menjadi sangat bersemangat, dengan repleks melemparkan potongan ayam di kedua tangannya secara sembarangan dan berlari ke arah Rafael.
" Rafael, kamu akhirnya datang juga! " kata Demian dengan suka cita, seolah dia telah melihat penyelamat hidupnya.
Namun sebelum Demian dapat menyentuh tubuh Rafael, tubuhnya di tendang dengan cukup keras hingga terlempar ke belakang. Menghasilkan bunyi BUG yang cukup keras.
"Ugh... " Desah Demian kesakitan hingga memuntahkan sesuatu dari dalam perutnya.
Rafael lalu melirik ke arah Demian tanpa rasa bersalah sedikitpun, ekspresinya terlihat datar dan dingin lebih dari biasanya. Tatapan matanya terlihat merendahkan dan penuh rasa jijik.
Indah yang melihat Demian di tendang dari samping memegang bagian perutnya tanpa sadar, rasanya pasti sangat sakit setelah di tendang secara tiba-tiba seperti itu. Demian bahkan memuntahkan sebagian makanannya yang telah dia makan beberapa saat yang lalu. Ugh.. Terlihat menjijikan.
Disisi lain, Rafael yang seorang pecinta kebersihan dan kerapihan, tentu saja akan menghempaskan seekor babi yang kotor dan bau yang tengah berusaha menyentuhnya.
" Kau tega sekali! Aku ini sahabatmu atau bukan? kau menendangku begitu saja bahkan pada saat aku tidak siap! " Keluh Demian dengan ekspresi sedih. Dia mencoba bangkit sambil memegang perutnya yang masih terasa sakit dan nyeri.
" Dari mana kau tau? " kata Rafael tiba-tiba tanpa memperdulikan keluhan Demian.
Mendengar pertanyaan Rafael yang tiba-tiba, seolah teringat sesuatu Demian melupakan rasa sakit dan nyeri pada perutnya dan mulai tersenyum misterius.
Pandangan Demian seketika beralih pada sosok pria tampan yang berdiri di sisi Rafael.
Demian memperhatikan sosok pria tampan itu dari bawah hingga ke atas, lalu tatapannya terhenti tepat disepasang bola mata si pria. Sepasang mata pria tampan itu sangat cantik dan memilaukan, hingga Demian merasakan perasaan yang aneh menggeliat dalam hatinya saat menatap sepasang mata cantik itu.
Demian dapat memastikan dengan pasti setelah dia melihat sepasang mata coklat yang terang dan wajah yang sedikit familiar menurutnya.
tidak salah lagi, itu pasti dia! Penampilannya mungkin akan menipu dirinya, namun perasaan yang datang di hatinya saat melihat sepasang mata itu dan aura uniknya yang tersendiri, tidak akan mampu menipu Demian.
Meskipun Demian berkecimpung di Industri Hiburan, namun perlu di ingat, dia merupakan teman masa kecil Rafael yang juga telah mengikuti pelatihan militer sejak dini sebelumnya.
Mengidentifikasi area sekitar dan seseorang merupakan salah satu keahlian terbaiknya, jika saja jiwa bebasnya tidak mendominasi hidupnya, dia tidak akan menjadi seorang aktris namun menjadi seorang prajurit yang berpangkat tinggi di usianya yang masih sangat mudah sekarang.
Melihat Demian yang tidak menjawab pertanyaannya dan malah menatap provokatif ke arahnya, lalu melirik ke arah Indah di sampingnya dengan pandangan yang terlihat mesum menurut Rafael, membuat Rafael segera menarik Indah ke belakangnya.
Seketika seluruh ruangan terasa mencekam, seolah ribuan balok es berukuran besar tiba-tiba terjatuh dari langit dan memenuhi ruangan tersebut.
" Dia milikku! " kata Rafael singkat, namun menjelaskan maksudnya dengan tepat sasaran.
Indah sebagai seorang yang di perebutkan malah tidak mengerti apa pun dan menatap melongo ke arah kedua pria itu secara bergantian.
Mendengar nada tegas Rafael dalam mengklaim Indah, membuat Demian menjadi serius. Ekspresinya yang semula jenaka menghilang dan menjadi tidak senang.
" Dia bukanlah milikmu! Kamulah yang memaksanya untuk terus berada di sisimu! " kata Demian dengan dingin.
Demian sudah mengumpulkan informasi sejak pertama kali dia bertemu dengan Indah di kediaman Rafael malam itu. Menurut informasi yang dia temukan, gadis itu telah di paksa tinggal di rumah itu dan tidak di perbolehkan untuk keluar sama sekali.
Kedua pria itu saling beradu tatapan, seolah memunculkan sebuah gelombang listrik diantara keduanya. Suasananya bahkan lebih mencekam setelah itu.
Disaat keduanya saling beradu, tiba-tiba sebuah suara pecahan kaca terdengar.
PRANGGG...
Seketika suara itu mematahkan kesunyian yang sudah sangat mencekam di ruangan tersebut.
Sontak ketiga orang tersebut berbalik secara bersamaan ke arah asal suara itu.
Linggar yang tanpa terduga duduk di bagian sudut kamar terlihat shock. Dapat dilihat sebuah pecahan gelas dan popcorn yang berhamburan tepat di bawah kakinya.
Berapa detik kemudian Linggar berlari ke luar dengan tak percaya, dia harus menjernihkan pikirannya setelah menerima informasi yang baru saja dia dapatkan dan mungkin bisa membuatnya gila.
Linggar bahkan tiba-tiba menyeret Indah yang semulah berada di belakang Rafael keluar juga.
Tindakan Linggar yang secara tiba-tiba membuat Rafael lengah, sebelum dirinya dapat bereaksi Linggar telah membawah Indah bersamanya.
Rafael ingin mengejar mereka, namun Demian bergerak lebih cepat dan menghalangi jalan Rafael.
______________________________________________
Di istana kerajaan, para tetua telah berkumpul di sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk sebuah pertemuan penting.
Dapat di lihat, Yang Mulia Raja tengah duduk dikursi pemimpin dimana di kedua sisinya duduk Ibu Suri dan Putri Sulung raja.
Semua yang hadir fokus memperhatikan Yang Mulia Raja, pada saat Yang Mulia Raja ingin memberikan pengumuman penting pada mereka semua.
"Seperti yang kalian ketahui, Putri Nurlia akan berulang tahun dalam waktu dekat ini. Jadi saya dan Ibu Suri telah sepakat untuk mencarikan seorang jodoh yang sekaligus akan menjadi penerus kerajaan ini.
Saya harap para tetua akan membantu untuk menyeleksi siapa saja yang mampu dan bisa menempati posisi tersebut Secepatnya! " ucap Raja dengan jelas.
" Ah... " Semua orang yang hadir sangat terkejut dengan apa yang dikatakan Raja baru saja.
Raja sama sekali tidak meminta pendapat mereka terlebih dahulu, alih-alih malah meminta bantuan mereka?
Awalnya semua orang tidak senang, namun ketika mendengar ucapan raja di akhir kalimatnya, wajah mereka berbinar dengan sangat terang.
Tentu saja ini bisa menjadi kesempatan mereka untuk dapat membuat penerus dari keluarga mereka sendiri menjadi penerus Raja secara tidak langsung.
Setelah berdiskusi cukup lama, mereka akhirnya menyelesaikan pertemuan mereka. Masing-masing dari tetua tersebut terburu-buru pulang untuk menyampaikan berita baik ini kepada keluarga mereka, dan mempersiapkan pemuda-pemuda terbaik mereka untuk ikut dalam seleksi tersebut.